Jean menatap Dominic yang juga sedang menatapnya. Tangan Jean mengepal kuat, dia ingin mengeluarkan semua yang selama ini ia pendam tak berani untuk mengungkapkannya. Lidahnya gatal untuk mengeluarkan semua yang ada di dalam isi kepalanya.
"Apa begitu sulit mengatakannya?" Akhirnya Jean memberanikan diri untuk bertanya. Mungkin Jean tahu jika di dalam kontrak itu tertulis jika diantara mereka tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing, namun Jean sangat ingin Dominic terbuka padanya, setidaknya sampai pernikahan selesai.
Dominic hanya menatap Jean tanpa menjawab apapun.
"Bisakah kau sedikit terbuka padaku. Bukankah sangat kesepian tanpa ada orang disisimu? Terkadang menunjukan sisi lemah kepada seseorang bisa sedikit mengurangi rasa kesepian itu. Kau juga manusia biasa, bukan robot atau atau manekin yang hanya diam dan bergerak jika seseorang yang menyuruh atau menggerakannya." Jean memberanikan diri untuk lebih mendekati Dominic yang hanya diam mematung. Jean juga tidak tahu kenapa dia berani mengatakan itu pada Dominic.
"Mari kita menjadi lebih dekat." Jean berkata dengan sungguh-sungguh.
Dominic menyunggingkan satu sudut bibirnya mendengar ucapan Jean. Hatinya tergelitik. "Sepertinya aku sudah terlalu baik padamu." Dominic menyentuh pipi Jean.
"Aku sudah memperingatkannya untuk tidak mencoba mengetahui siapa aku. Tapi kau sangat ingin tahu itu. Apa kau mulai memiliki perasaan padaku?" Dominic menatap lekat kedua mata Jean.
Jantung Jean berhenti untuk beberapa detik, entah karena mendengar Dominic mengatakan itu, atau karena tangan Dominic mengelus lembut pipinya.
"Kalau iya, kau mau apa?" Entah apa yang membuatnya menjadi seberani ini sekarang. Jean sudah muak jika Dominic menjadi dominant dalam hidupnya. Dia ingin mengekspresikan semua hidupnya.
Dominic melepas tangannya dari pipi Jean. "Aku sudah memperingatkan mu untuk tidak bermain perasaan. Kau melanggarnya, Ms, Flo."
Jean sama sekali tidak bergidik sekarang. Sebenarnya Jean tidak tahu perasaannya dengan Dominic seperti apa. Dia hanya ingin lebih dekat dan ingin mengenal Dominic lebih dekat selama mereka masih bersama.
"Apa kau akan menghukumku?" Jean balik menatap Dominic. Tidak ada rasa takut dimatanya.
"Aku sedang tidak ingin bermain denganmu sekarang, tidurlah." Dominic pergi dari hadapan Jean.
"Aku akan menaklukanmu, Mr Archer." Tekad Jean.
****
Pagi hari menjemput. Pemandangan pertama saat ia membuka mata adalah wajah damai Dominic. Jean tersenyum, pada saat seperti ini Dominic terlihat sama seperti orang-orang pada umumnya. Tidak saat dia terbangun, mengancam dengan tatapan tajam, wajah dingin dia tunjukkan.
Jean turun dari kasur king size nya, dia ingin membuat sarapan untuknya dan juga Dominic. Sepertinya tidak pernah sekalipun Jean memasak untuk Dominic. Dan untuk ucapannya semalam tentang ingin menaklukan Dominic, Jean bersungguh-sungguh. Dia ingin mereka dekat, setidaknya sampai pernikahan ini selesai. Meskipun pernikahan diatas kertas, berharap kebahagian selama menikah dengan Dominic Archer tidak masalah bukan?
Kini Jean sedang memotong bawang dan lainnya, dia ingin membuatkan Dominic nasi goreng. Daddy Jean mengatakan jika nasi goreng buatannya adalah yang paling enak, dan Jean ingin Dominic mencoba masakan buatannya.
Dominic datang saat Jean sedang mengaduk nasi di atas penggorengan. Dia langsung duduk di depan Jean. "Kenapa kau sangat bising di pagi hari." Kata Dominic saat melihat apa yang sedang di lakukan Jean.
"Selamat pagi." Jean tersenyum sangat manis, melupakan kekesalannya pada sikap Dominic semalam. Dia akan memulai dari sekarang.
"Kau sedang menggodaku hmm?" Dominic malah mengartikan nya lain.
"Dasar mesum." Jean menyembunyikan wajah memerah nya.
Dominic terkekeh pelan, tapi Jean menyadari. Dia benar-benar terkagum melihat Dominic tersenyum. "Kenapa kau selalu menyembunyikan wajah tampanmu di balik wajah dinginmu." Ucap Jean memuji dengan jelas di hadapan Dominic.
Dominic segera menoleh ke lain arah dan mengatur kembali wajahnya. Tetap saja itu membuat Jean geli. "Apa kau mau?" Jean mendekati Dominic, sengaja untuk menggodanya. Dan ternyata wajah Dominic bisa juga memerah.
'Hu.. Kemana wajah seramnya yang semalam.' Jean menyunggingkan senyumnya.
"Kau malu? Telingamu memerah." Jean gencar menggoda Dominic.
"Tidak, kau mau mati." Dominic masih dengan ketus berbicara. Tapi yang Jean katakan memang benar, kuping dan wajahnya memerah.
'Sudah aku bilang, dia itu hanya manusia biasa. Dia hanya kesepian dan bersembunyi dibalik wajah dinginnya.' batin Jean.
Jean pun sudah selesai memasaknya, dan segera memberikannya kepada Dominic. "Kau suka?" Jean dengan mata berharap. Dia takut jika daddy nya berbohong tentang masakannya demi ingin menyenangkan hati anaknya.
"Tidak buruk, aku tidak akan mati jika makan ini." Jawabnya. Jean kesal karena jawaban Dominic, tapi doa senang berarti masakannya memang enak.
"Kau tidak makan?" Tanya Dominic melihat Jean tidak ikut makan.
"Tidak, aku sedang diet." Jawabnya, sebenernya Jean hanya memasak nasi goreng itu hanya untuk Dominic.
"Dasar bodoh." Dominic menyendok makanan itu dan menyodorkannya untuk Jean.
Jean mengedip-edipkan matanya, dia bingung. Apakah Dominic ingin menyuapinya atau bagaimana?
"Buka mulutmu bodoh." Dominic kesal karena Jean tidak juga membuka mulutnya.
Jean pun langsung membuka mulutnya dan menerima suapan Dominic. "Sangat enak.. " Jean memuji masakannya sendiri.
"Setidaknya kalau aku mati, kau juga akan ikut mati karena masakanmu." Dominic kembali menyuapi Jean.
"Lebih dekat, aku sulit menyuapimu." Kata Dominic memggeritu, karena jarak mereka sedikit jauh.
Jean menggeser bangkunya. Tapi tetap saja Dominic kesulitan. "Duduk disini." Perintah Dominic. Dia menepuk pahanya, meminta Jean duduk di pangkuannya.
Pipi Jean kembali memerah, Dominic benar-benar selalu membuatnya blushing jika sedang waras. "Tidak, aku sudah kenyang, kau habiskan saja." Jean menolak, karena takut Dominic mendengar degup jantungnya.
"Maybe kesini atau aku yang menghampirimu dan menyerang mu langsung." Ancam Dominic, karena dia tahu jika Jean tidak bisa diancam seperti itu.
"Baiklah." Sudah seperti dugaan Dominic. Dia pun menyeringai menang.
Dengan ragu Jean pun duduk di pangkuan Dominic. Setelah duduk, Dominic pun langsung mengacak rambut Jean gemas. "Good girl."
Jean mengerjapkan matanya. Sikap Dominic benar-benar sulit untuk di tebak. "Daddy.. Lapar." Kata Jean dengan suara dibuat-buat.
"Buka mulutmu." Perintah Dominic. Jean pun menurut, Jean kira Dominic akan menyuapinya, tapi Dominic malah menyuapkan untuk dirinya sendiri. Tapi setelah Dominic menyuapkan makanannya, Dominic mendekatkan mulutnya, dan memberikan nasi yang dia suap kemulutnya dia berikan kepada Jean. Dominic menyuapi Jean dari mulut ke mulut.
"Kunyah." Dominic menyuruh Jean. Karena sedari tadi Jean hanya diam tidak berbicara apapun, atau mungkin lupa karena yang Dominic lakukan tadi.
Reflek Jean mengunyah makanannya. Dominic melakukan itu sampai nasi goreng buatan Jean tandas tak tersisa. Saat suapan terakhir, Dominic sengaja dengan lama bermain-main di mulut Jean.
Jangan menelan makanannya dengan susah payah karena Dominic masih bermain-main di mulutnya. Menghisap, menjilat bibir bawahnya.
"Pintar." Dominic kembali mengacak rambut Jean.
Jean benar-benar tidak bisa menebak suasana hati Dominic. Dia senang karena Dominic hari ini benar-benar bersikap manis. Jean berjanji akan membuat Dominic mengeluarkan siapa Dominic yang sebenernya.
__________________________
Wah.. Aku kaget sama antusias kalian.
Jangan bosen buat ngasih power stone, review, komen dan bintang 5 nya ya <3
Karna ini udah bab 30, nanti akan muncul pelan-pelan konflik awal. Aku ga bisa mastiin sampe kapan ini end, tapi aku ini ga bisa buat bab panjang2, kalau sampe bab 50 itu pencapaian luar biasa hehehe.
terimakasih banyak..... <3:*