Dominic masih menggandeng tangan Jean dengan posesif. Jean hanya mengikuti langkah Dominic pergi. Niat hati ingin berbelanja, tapi malah ada dua lalat yang mengganggu mood. Sayur dan bahan lain yang sudah di taruh di troli pun tidak dibawa.
Sebenarnya Jean tidak memperdulikan ucapannya, tapi Dominic malah menariknya keluar. Jean memperhatikan Dominic dengan jantung masih berdegup dengan cepat. Jean tidak tahu kenapa jantungnya memompa dengan cepat saat Dominic mengatakan itu. Apa Jean sudah benar-benar jatuh cinta dengan Dominic? Jika ya, kenapa begitu cepat.
"Ada apa?" Tanya Dominic menyadari kalau Jean sedang menatapnya.
"Jantungku berdetak dengan cepat." Jujurnya.
Seperti biasa Dominic tidak menjawab.
Dominic memakaikan seatbelt untuk Jean. Dan perlakuan itu membuat Jean berhenti bernafas beberapa detik karena jarak Dominic begitu dekat.
"Bernafas." Ucap Dominic tiba-tiba. Jean pun tersadar, dia menghirup udara sebanyak-banyaknya.
"Aku bernafas." Kisahnya, padahal Dominic melihat dengan jelas Jean menghirup udara.
Dominic tidak menjawab, malah menarik tangan Jean. Mendaratkan bibirnya ke bibir Jean dengan menggebu. Jean yang belum siap memukul dada Dominic.
"Jangan dengarkan wanita sampah itu bicara. Kau jauh lebih berharga dibanding dia." Ucap Dominic.
Entah kenapa air mata Jean menetes saat mendengar ucapan Dominic. Hatinya memanas, Dominic menganggapnya berharga. Jean pun menarik tangan Dominic dan mencium bibir Dominic.
Dominic yang memang selalu siap membiarkan Jean melakukan apapun untuknya.
"Terimakasih." Kata Jean setelah melepas ciumannya.
"Belanjaan." Jean tersadar jika dia belum membeli apapun.
"Kita ke supermarket lain." Dominic hendak menyalakan mobil, tapi Jean menahan tangan Dominic.
"Supermarket lain disini lumayan jauh memakan waktu." Kata Jean.
"Lalu kemana kita harus berbelanja." Tanya Dominic.
Jean menyunggingkan senyumnya. "Jalankan mobilnya, nanti aku beritahu supermarket terdekat." Perintah Jean.
"Siap bos." Gurau Dominic.
Lagi-lagi Jean terpana mendengarnya, Dominic memang terkadang bergurau, tapi gurauannya tidak jauh dari mesum. Tapi ini beda, Dominic benar-benar sedang bergurau. Apa Dominic sudah mulai menunjukan siapa dia sebenarnya?
**
"Sudah sampai." Jean dengan semangat turun dari mobil.
Dominic memperhatikan tempat yang akan mereka kunjungi. Bukan supermarket, seperti swalayan atau toko serba ada. Hewan laut dan lain-lain ada di tempat itu.
"Kita masuk." Jean dengan semangat menggandeng tangan Dominic.
"Aku mau makan king crab." Kata Jean menyunggingkan lima jarinya.
Dominic tersenyum melihat Jean yang begitu semangat berbelanja dan memilih-milih apa yang ingin dia makan di rumah ayahnya.
"Apa ada queen crab?" Tanya Dominic konyol. Jean malah tertawa terbahak mendengarnya.
"Apa? Aku bertanya serius? Kau bilang king, lalu aku jawab queen, apa yang lucu?" Tanya Dominic polos. Mungkin ini pertama kalinya Dominic terlihat bodoh. Jean memilih untuk tidak menjawab dan malah meledaknya.
"Aku mau nya prince dan princess crab." Gurau Jean. Dominic sedikit kesal mendengar ucapan Jean, tapi bibirnya terangkat.
Sudah tiga puluh menit berlalu, mereka juga sudah menyelesaikan acara belanja-belanjanya. Sekarang sudah dalam perjalanan pulang. Kalian percaya jika Jean membawa begitu banyak sayur daging dan juga perlengkapan lainnya. Uang yang diberikan oleh ayah Jean jauh melebihi dari belanjaan mereka.
"Kamu mau masak semua bahan itu?" Tanya Dominic melihat begitu banyak belanjaannya.
"Untuk makan siang dan stok dirumah. Uangmu tidak terkuras habis bukan?" Gurau Jean. Tentu saja, untuk membeli tiga swalayan pun uang Dominic tidak akan habis.
"Aku belikan tiga pulau pun uangku tidak akan habis." Sombongnya.
"Hu.. Betapa kayanya suamiku ini." Jean tertawa menunjukan giginya yang putih. Sekarang mereka seperti selayaknya pasangan suami istri yang bahagia tanpa ada masalah apapun. Jean hanya berharap akan seperti ini sampai saat mereka berpisah. Bahkan Jean sekarang berharap jika mereka akan menjadi suami istri selamanya.
****
Mereka pun sampai dirumah. Tentu saja ayah Jean terkejut dengan barang belanjaan yang dibawa menantunya dan juga anaknya.
"Apa kalian ingin membuka supermarket disini?" Tanya ayah Jean membantu mengeluarkan barang belanjaan di dalam mobil Dominic.
"Ini apa? Astaga.. Besar sekali." Ayah Jean melihat isi kotak yang terdapat king crab milik Jean.
"Ini queen crab." Jawab Jean, setelah itu tertawa sambil memandang Dominic.
"Ada apa?" Tanya ayah Jean melihat anaknya yang tertawa sambil meledek Dominic.
"Tidak ada apa-apa." Kilahnya, Dominic tidak mungkin memberikan tahu jika istilah queen crab yang dikatakan Jean adalah darinya. Habis sudah martabatnya.
"Baiklah, kita menunggu nyonya-nyonya kita masak saja. Bisa main catur?" Tanya ayah Jean. Dominic mengangguk.
"Sedikit." Jawabnya.
"Kalau gitu sambil menunggu masakannya selesai kita main catur saja." Ajaknya. Dan Dominic hanya mengangguk mengiyakan.
**
Di dalam dapur, Jean sedang sibuk memotong, sedangkan ibu tirinya hanya berdiri sambil bermain kukunya yang sudah dia cat dengan cantik. Jean tidak perduli apa yang dilakukan ibu tirinya. Jean pun surat mengerti memang seperti itu ibu tiri nya.
"Kau kerjakan semua, aku ingin mengangkat telpon." Jean tidak menjawab, ibu tirinya pun mengangkat telponnya.
Samar-samar Jean mendengar jika ibu tiri nya sedang marah-marah di telepon. Yang Jean dengar ibu tirinya mengatakan jika pria brondongnya menghilang entah kemana. Jean mengernyit kan dahinya, apa yang ibu tirinya maksud adalah pria yang disekap? Jean jadi penasaran apa yang terjadi dengan pria itu. Mungkin nanti Jean akan bertanya dengan dengan Dominic.
**
Jean pun selesai memasak. Banyak hidangan yang ia kerjakan sendiri tanpa bantuan sedikitpun dari ibu tirinya. Ibu tirinya sibuk tertawa dan bergosip ditelepon tanpa menyentuh sedikitpun sayur dan yang lainnya.
"Dad, Dominic, masakan sudah selesai." Jean menghampiri kedua pria itu yang sedang asik bermain catur.
"Kita makan dulu." Ayah Jean beranjak dari tempat duduk nya.
"Apa yang kalian bicarakan saat tidak ada aku?" Tanya Jean penasaran dengan obrolan kedua pria itu.
"Tidak ada." Jawabnya singkat.
Jean menyipitkan matanya tidak percaya. "Kalian membicarakan aku?" Jean tidak percaya dengan yang diucapkan Dominic.
"Aku hanya mengatakan pada daddy kau, jika anaknya tampak luar biasa saat berada diatasku." Ucap Dominic tepat dikuping Jean. Bulu kuduk Jean meremang merasakan hembusan nafas Dominic yang mengenai kulit lehernya. Ia pun menjauhi Dominic.
"Dasar gila." Setelah mengucapkan itu, Jean pergi.
***
Mereka pun makan siang bersama. Jean sedikit kesal karena melihat ibu tirinya sangat centil dengan Dominic. Jean pun menaruh sendoknya dengan sedikit keras, membuat seisi ruangan terkejut.
Jean menyadari jika yang dia lakukan tidak sopan. Dengan cepat Jean meminta maaf. "Maaf, Jean mau kebelakang ambil princess crab nya dulu." Setelah mengucapkan itu, Jean pergi kedapur untuk melihat king crabnya sudah matang atau belum. Dan ternyata sudah matang. Air liur Jean menetes melihat betapa merahnya crab itu. Sudah beberapa hari ini memang Jean sangat ingin memakan crab itu gara-gara melihat siaran makan di televisi.
Jean merendam sebentar crab itu di air dingin agar panasnya tidak terlalu. Setelah selesai, Jean membawa crab seberat empat kilo gram itu ke ruang makan. Ayah Jean sangat terkejut melihat betapa besarnya crab itu.
"Kau memakan itu sendirian?" Tanya Ayah Jean.
"Makan bersama." Jean pun menaruh dengan susah payah kepiting itu.
"Tidak, untukmu saja." Ayah Jean menolak untuk memakan kepiting itu karena merasa seram melihat betapa besarnya kepiting itu.
"Baiklah kalau daddy tidak mau." Jean memberikan kaki crab ke piring Dominic.
Dominic mengambilnya dan mencoba membukanya. Tapi karena ini pertama kalinya dia memakan kepiting, dia sedikit kesulitan dan tidak tahu dimana dia harus memulai membukanya.
"Harus seperti ini agar daging itu keluar dengan sempurna. Nih." Ayah Jean membukakan daging kepiting itu untuk Dominic dan setelah terbuka Ayah Jean meminta Dominic membuka mulutnya karena Ayah Jean ingin menyuapi Dominic.
Dominic sedikit canggung dengan yang dilakukan Ayah Jean. Adam tidak pernah melakukan itu pada Dominic. Dengan ragu Dominic membuka mulutnya dan Ayah Jean langsung memasukan daging kepiting itu kedalam mulut Dominic.
"Enak?" Tanya Jean.
"Sangat enak. Terimakasih." Jawabnya cepat.
Jean tersenyum melihat Dominic yang kini lebih sering menyunggingkan senyumnya. Jika Jean benar-benar berhasil meluluhkan Dominic, dia akan sangat senang tentunya. Seorang Dominic yang dikenal dengan sifat dinginnya, akhirnya mau menjadi hangat karena Jean. Itu pencapaian besar untuk Jean. Mereka pun melanjutkan makan dengan khidmat.
**
Jean membereskan piring ke dapur seorang diri, ibu tirinya seperti biasa cuek tidak melakukan apapun, takut jika kuku yang baru saja dia cat rusak. Jean benar-benar tidak memiliki hiraukan ibu tirinya, bahkan menggapnya tidak pernah ada.
"Perlu bantuan daddy." Datang Ayah Jean membantu membawakan piring.
"Tidak perlu, daddy temani Dominic saja." Tolak Jean.
"Tidak, daddy tidak mau kandunganmu terjadi sesuatu karena kelelahan." Ucapan Ayah Jean menyadarkan Jean sesuatu.
"Kandungan?" Tanya Jean bingung.
"Haha.. Kamu mau menyembunyikan dari daddy? Tidak akan bisa sayang." Ayah Jean mengacak rambut Jean gemas.
"Kamu lupa kalau kamu sangat membenci kepiting? Daddy tidak akan terkecoh dengan prank kamu." Ucap Ayah Jean lagi.
Jean terpaku, dia tidak tahu sama sekali, bahkan Jean lupa jika dia benci dengan kepiting. Jean juga tersadar jika dia tidak meminum obat yang diberikan dokter. Jean terlalu senang dengan perubahan Dominic sampai dia lupa segalanya.
Sekarang apa yang harus Jean lakukan? Apa yang akan Dominic lakukan jika mengetahui dirinya hamil?
Tapi Jean tetap berpikir poBB.sitif, mungkin karena dia melihat siaran makan itu membuat Jean jadi tidak membenci kepiting.
Tapi, jika Jean benar-benar hamil, apa yang harus dia lakukan?
_____________________
Ga terlalu lama kan ya?:D
Maaf ga bisa balesin satu2 komenan kalian, tapi aku liat semua komenan kalian kok. Makasih banyak. Komenan kalian bikin mood aku baik.
TBC