Chereads / Ternyata Suamiku Om-Om / Chapter 6 - Sayang Padanya

Chapter 6 - Sayang Padanya

Pov Lala

Dengan geliatan kecil aku membuka ke dua mataku dan ternyata sudah pagi, kulihat jam yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi dan tidak lupa juga aku melihat sisi ranjang ini yang ternyata kosong, kenapa Eric tidak ada di situ? Ohh ya ampun memangnya apa yang aku harapkan? Apa aku berharap kalau saat aku membuka mataku maka akan ada sebuah tangan yang memelukkan? Sial otakku sudah mulai terbelah dengan pikiran aneh semacam ini.

Dengan pasti aku berjalan ke sebuah pintu yang kuyakini sebuah kamar mandi dan ternyata benar bahwa ini memang kamar mandi yang sangat-sangat mewah, tanpa banyak pikir aku melakukan ritual mandiku hingga beberapa saat kemudian aku selesai, tentu saja aku tidak memiliki pakaian ganti tapi mataku tidak luput dari sebuah tas yang berisikan pakain. Kupikir pakaian ini pasti dipersiapkan oleh Eric untukku dan aku pun memakainya, pakaiannya ini atau lebih tepatnya dress ini berwarna merah maroon dengan motif kupu-kupu di dadanya, pasti harganya sangat mahal.

Saat sudah selesai aku keluar dari kamar ini dan berjalan tidak tentu arah, aku menemukan sebuah tangga menuju ke lantai bawah, aku pun turun ke lantai bawah dan di sambut dengan beberapa pelayan yang sedang berlalu lalang, aku mengikuti salah seorang pelayan yang sepertinya menuju ke dapur dan dugaanku tidak salah, sekarang aku berada di sebuah dapur lalu aku mendekati sebuah kursi di depan sebuah meja yang ukurannya tidak besar.

"Nona kenapa anda ke sini? Tuan sudah menunggu anda di meja makan," kupandangi seorang pelayan yang umurnya masih muda, mungkin saat ini dia berumur delapan belas tahun atau mungkin kurang.

"Benarkah?"

"Iya nona."

"Bagaimana dia bisa tahu bahwa aku sudah bangun?" apa di kamar itu ada sebuah cctv? Kalau tidak bagaimana mungkin Eric tahu bahwa aku sudah bangun hemm ini mencurigakan, aku harus bertanya pada dia sebentar lagi.

"Saya juga tidak tahu nona."

"Baiklah kalau begitu ayo antarkan aku ke meja makan."

"Baik nona."

Aku mengikuti pelayan ini dan sampailah aku di sebuah pintu yang ternyata di dalamnya adalah meja makan dan ada Eric disana, aku menghampiri dia tapi tidak lupa mengucapkan terima kasih pada pelayan yang sudah mengantarku. Saat aku sudah berada di kursi tepat sebelah kanannya sedangkan dia berada kursi utama "duduklah sayang," Eric bangun dari duduknya saat melihatku lalu menarikkan kursi untukku.

Lalu aku duduk dan tentu saja aku langsung bertanya padanya tentang kecurigaanku "apa kau memasang cctv di kamar yang aku tempati? Kenapa kau bisa tahu bahwa aku sudah bangun padahal kau tidak berada disana."

Eric menatapku sambil terkekeh "imajinasimu terlalu besar padaku sayang, tenang aja aku tidak memasang cctv di kamarku sendiri tapi mungkin saat kau sudah tinggal di sini aku akan memasangnya dan aku tahu bahwa kau sudah bangun karena tadi aku ke kamarku untuk membangunkanmu tapi ternyata kau sudah tidak ada diranjang."

"Memangnya tadi kau dimana?" ucapku lumayan sewot.

"Aku berada di  ruang kerjaku sayang, apa kau kecewa karena aku tidak ada di sampingmu saat kau bangun?"

Bluss

Pipiku memanas mendengar pertanyaan Eric padaku, kenyataannya memang iya bahwa aku sedikit kecewa karena tidak menemukan Eric di sampingku.

"Tentu saja tidak, untuk apa aku kecewa," aku berucap dengan gugup pada Eric.

"Baiklah, sekarang ayo kita makan, bagaimana kalau kau duduk di pangkuanku saja saat makan?"

Sialan! Kenapa sepertinya Eric terus berusaha membuatku salah tingkah dengan ucapannya, dia memang perayu ulung, siapa sangka bahwa dia adalah orang yang yang kejam. Aku juga bahkan tidak sadar bahwa di meja ini ada banyak makanan yang tersaji, ini pasti karena aku yang terlaku fokus pada Eric dan tidak fokus pada hal lain "ayo makan karena aku mau pulang."

Aku mencoba mengalihkan pembicaraan dan benar saja Eric menatapku mengejek, dia pasti tahu bahwa aku berusaha mengalihkan pembicaraan yang aneh ini "baiklah sayang," syukurlah Eric tidak membahas mengenai hal itu lagi.

Kami makan dalam keheningan dan beberapa menit kemudian kami selesai makan, aku menatap dengan enggan susu cokelat yang disajikan pelayan barusan "minumlah agar berat badannya bertambah dan tinggi badanmu menjadi ideal."

Kenapa Eric suka sekali mengejekku, dia membuatku kesal saja meskipun aku memang mengakui kalau aku pendek tapi dia tidak perlu membahasnya huhh "tidak perlu mengejekku karena tinggi badanku karena gadis pendek ini akan menikah denganmu dua hari lagi," aku mengikuti apa yang dia ucapkan kemarin padaku.

"Hei jangan marah sayang, aku hanya bercanda, aku tidak peduli meskipun kau pendek karena aku menerimamu apa adanya bahkan jika wajahnya dan tubuhmu memiliki banyak ketidak sempurnaan maka aku tidak akan peduli dengan hal itu karena aku mencintaimu," aku yang awalnya kesal berubah terharu dengan ucapan Eric yang membuatku menatapnya dengan sayang, kupeluk dia dengan tiba-tiba sambil naik ke atas pangkuannya.

"Aku sayang padamu tapi aku tidak tahu apakah aku sudah mencintaimu atau belum," kataku dengan tulus, Eric menatapku dengan senyum cerah meskipun aku berkata bahwa aku masih belum tahu apakah aku mencintainya atau belum "itu sudah lebih dari cukup sayang karena kau tidak akan pernah tahu kapan cinta itu akan hadir," kecupan basah kudapat di dahiku hingga akhirnya kecupan berturut turut di seluruh wajahku di hadiahi oleh Eric.

"Hahah cukup-cukup." Eric menghentikan kecupannya lalu menatapku dengan dalam "kau tidak akan pernah meninggalkanku kan sayang?"

"Aku jamin bahwa aku tidak akan meninggalkanmu Eric hehehe."

"Aku serius sayang?"

"Aku juga serius baby," aku berucap sambil mencubit ke dua pipi Eric.

"Katakan lagi."

"Apa?"

"Yang kau ucapkan tadi."

"Apa?"

"Sayang," saat kudengar suara tidak sabar Eric aku langsung tertawa dengan lepas "hahaha aduhh perutku sakit karena tertawa, baiklah aku akan mengucapkannya lagi baby."

Aku sangat senang saat melihat senyum Eric yang semakin mengembang, dia semakin tampan saat tersenyum dan dia akan sangat menakutkan saat tidak tersenyum, meskipun aku suka dengan wajah Eric tapi aku tidak suka saat dia menatapku tajam, itu seperti tatapan tajam makhluk ganas.

"Kau harus selalu memanggilku begitu sayang."

"Memanggilmu apa?"

"Jangan membuatku marah sayang!"

"Hahahaha kau lucu."

*****

Jangan lupa baca cerita baruku 😘