Chapter 13 - Hal Berharga

Home Rendi

Rendi dan ayahnya sedang duduk sambil memandangi halaman rumah yang luas dipenuhi pepohonan yang indah

Ayah Rendi melihat anak tercintanya yang ia tak sadari bahwa anaknya yang dulu ia suka gendong dipelukannya dan sekarang sudah Remaja

Rendi melihat dan mengerti apa yang Ayahnya rasakan, walaupun ia dikehidupan masalalunya belum menikah dan mempunyai seorang anak

Rendi mengerti jika seorang Ayah akan merasa sedih dan bahagia ketika melihat anaknya sudah mulai bisa mandiri

Sedih karena Ayahnya tidak bisa memanjakannya lagi dan akan mulai berkurang waktu untuk berkumpul dengan keluarga karena berbagai hal yang akan datang kedepannya

Bahagia karena anak yang ia besarkan dari bayi hingga Remaja membuatnya bangga akan prestasinya

Ayah Rendi mengelus rambut Rendi dengan lembut

" Nak, Ayah bangga denganmu " Ucapnya dengan nada lembut

Rendi tersenyum " Aku lebih bangga denganmu, Jika tidak ada kamu yang menuntunku maka prestasi ini tidaklah ada gunanya karena bimbingan seorang ayah dan ibulah yang sangat berharga bagiku " Jawabnya dengan senyum diwajahnya yang tampan

Ayah Rendi tersenyum bahagia " Kamu bisa aja, yaudah Ayah pergi dulu yah karena ada urusan mendadak dari perusahaan Ayah " Ucap Ayahnya menepuk bahu Rendi dan meninggalkan Rendi yang tersenyum

*Telepon*

Rendi mengeluarkan Handphone dan menjawab telepon tersebut

" Halo dengan siapa "

" Rendi ini Mia "

Tiba-tuba Rendi mengingat seorang perempuan cantik dengan senyum hangat yang selalu menghiasi wajahnya

Mia adalah kaka dari Vivi yang umurnya 2 tahun lebih tua dari Vivi dan Rendi

" Ada apa ka Mia " Jawab Rendi dengan bingung

" Kata Vivi kamu sangat pintar Ren, jadi tolongin Kakak yah please kan Kakak bentar lagi UN " Suara lembut Mia terdengar cemas

Rendi mengerti dan mengiyakan untuk membantu Kak Mia untuk belajar

Bayangan hitam berhenti didepan Rendi

" Ada apa Dark " Tanya Rendi dingin kepada pemimpin pasukan All Stars didepannya

" Tuan, saya menemukan sebuah pulau yang sangat luas dan cocok untuk dijadikan markas kami " Jawabnya dengan hormat

Rendi mempunyai rencana membangun sebuah markas yang khusus untuk pasukannya dan mengantisipasi jika ada ancaman yang mengancam keselamatan orang yang berharga baginya

Walaupun Rendi tahu jika ia mempunyai 2 Pasukan tak terkalah di sisinya

" Maka bangunlah markas disana dan ingat bunuh siapapun yang melakukan kejahatan " Jawab Rendi dengan dingin

" Siap Tuan " Ucap Dark lalu menghilang tanpa jejak

Rendi berjalan kedalam rumahnya dan menemukan Ibunya sedang menonton Tv

Dan kebetulan Ibu Rendi melihatnya sedang berjalan kearah Ibunya

" Bu, aku pergi dulu kerumah Vivi yah " Kata Rendi sambil mencium tangan ibunya

" Hati-hati " Jawab Ibunya dengan senyum

*Zkip Perjalanan*

Rendi berhenti di depan rumah Vivi dan Vivi pun menunggunya didepan gerbang

" Rendi, Mau bantuin kak Mia belajar yah " Kata Vivi dengan nada sedikit cemburu

Rendi tersenyum dan menepuk kepala Vivi " Menolong itu suatu kewajiban " Ucapnya sambil menyeringai

Vivi mengembungkan pipinya yang terlihat sangat lucu dimata Rendi

Vivi pun mengajak Rendi masuk dan Rendi kaget bukan main ketika melihat sebuah tumpukan buku-buku seperti menara eifel (Canda) dan seorang perempuan berambut acak-acakan

" Kenapa dengan kakakmu Vi " Bisik Rendi sambil melihat Mia yang kelihatan Stres

Rambut acak-acakan

Buku berserakan

Vivi tersenyum pahit " Dia belajar dari kemarin sampai sekarang karena bentar lagi ia akan Ujian " Bisik Vivi kepada Rendi

Rendi mendekati Mia dan menutup buku yang sedang ia baca " Sudahlah Ka jangan memaksakan dirimu seperti ini " Kata Rendi

Mia pun melihat Rendi " Ah, Rendi cepat tolongin aku belajar " Balas Mia dengan nada memohon

Rendi menggelengkan kepalanya " Tidak, sekarang Kakak istirahat dan jangan paksakan pikiranmu kak, Kakak itu manusia bukan robot karena manusia itu mempunyai keterbatasannya masing-masing

Jangan pikirkan ujian karena itu tidak penting, jangan takut tidak lulus karena sukses itu bukan dari lulus atau tidaknya ujian " Ucap panjang lebar Rendi

" Tapi aku takut gagal dan mengecewakan orangtuaku " Jawabnya dengan nada sedih

Rendi memandangi Mia yang mulai menangis " Sial, Ujian bukanlah hal yang menentukan hidupmu kak, lihat Ayahku dia tidak sekolah tapi dia menjadi orang terkaya sekarang didunia

Itu karena dia mempunyai kreatif dan dia memanfaatkan pemikiran kreatifnya

Jadi jangan takut gagal karena sukses itu tergantung oleh seberapa kreatifnya pemikiran kakak " Ucap Rendi dengan marah karena dia teringat seorang teman di kehidupan lalunya yang putus asa karena tidak lulus sekolah dan dia ledek oleh tetangganya hingga temannya pun menghinanya dan orang tuanya menyalahkannya yang membuat dia frustasi lalu akhirnya meminum obat-obatan hingga overdosis

Gila, Satu kata pemikiran Rendi kala itu

Padahal temannya waktu itu sangatlah berbakat dibidang olahraga seperti bermain sepakbola dan basket

Jika dia difokuskan kepada bidang olahraga maka Rendi berani menjamin dia akan sukses tapi apalah daya karena gagal dalam ujian bakat yang mempesona hancur

Dan saat ini melihat hal yang sama akan terjadi kepada Kakak perempuan Vivi

Rendi mempunyai pemikiran dimana ia akan membuat sebuah negara dimana aturan sekolah tidak ada sebuah ujian yang menentukan lulus atau tidaknya

melainkan melalui bakat/hal yang membuat para pelajar nyaman dan fokus dalam bidang itu

Ding

Membuat Negara bernama Stars

Karena tuan rumah mempunyai pemikiran dan minat yang mendalam maka system merilis tugas tersebut

Batas waktu : 10 Tahun

Hadiah

1 Undian Dewi Celestial (Tingkat God) |

Rendi menyeringai dan mengabaikan dua perempuan menatapnya dengan aneh karena tiba-tiba mengeluarkan seringai

" Kesenangan dimulai " Gumamnya dengan nada bahagia

Mia dan Vivi saling pandang lalu diam-diam meninggalkan Rendi yang hanya fokus dengan dunianya sendiri