Dua hari kemudian.
Tap.. Tap.. Tap...
Seorang wanita cantik, berambut panjang di kuncir satu atas, dengan pakaian seksinya. Dia menunjukan aksi gilanya lagi. Beberapa orang mengejarnya. Wanita itu terus berlari secepat kilat, dia menoleh sekilas, dengan tatapan mengejek pada beberapa orang yang mengejarnya. Wanita itu berlari menembus gelapnya malam. Tanpa perduli dengan rasa takut yang tiba-tiba melintas di tubuhnya. Dia melepaskan jaket yang membalut tubuhnya. Melemparkan ke belakang tanpa menatap ke belakang sama sekali. Tepat jaket itu mengenai wajah salah satu pengawal di belakangnya.
"Shiitt... "
"Nona, berhentilah!" teriak para pengawal laki-laki itu.
Queen tersenyum tipis, tangannya menggulung rambutnya, hingga tersisa helaian tipis di pelipisnya dan tengkuk putih yang terekpos bebas. Bahkan bahu putihnya terlihat jelas. Merasa susah berlari gara-gara gaun ketat miliknya, wanita itu menarik ujung gaunya melipatnya ke atas. Mengekspos paha mulusnya.
"Nona, Queen!!" teriak laki-laki itu, yang hampir saja kelelahan mengejarnya.
"Kejar saja sampai pinggang kalian encok," godanya dengan senyum jahil.
Queen mengambil tali kecil yang melingkar di pinggangnya. Tali yang setiap waktu selalu di sisinya itu. Hanya sebagai teman dia jahil kepada teman-temannya lainya. Dia membentangkan talinya, menalinya di batang pohon dan dengan segera wanita itu, bersembunyi di balik semak-semak.
"Nona Queen, anda di mana?"
"Nona, Queen!!"
"Anda, di mana?"
Semua nampak bingung, menoleh ke kanan dan ke kiri, sembari berlari kecil, mengawasi keberadaan nona mereka, dan. Bruukkkk...
Salah satu dari mereka terjatuh dengan kaki terikat tali, semua laki-laki di belakangnya terjatuh tepat di atas laki-laki pertama. Tawa keras keluar dari mulut Queen.
"Kalian semua bodoh! Kenapa kalian jatuh di tubuhku?" ketua dari mereka marah memukuli kepala pengawal lainya.
"Maaf tuan!!" ucap mereka beranjak berdiri terburu-buru.
Queen keluar dari semak-semaka, sembari tertawa. "Hahaha.. Kenapa kalian tidur di situ," Queen tersenyum mengjek, lalu berlari secepatnya. Sembari menatap ke belakang sekilas. Melambaikan tangan padanya. Dengan tatapan mengejek.
"Nona, berhenti!"
"Nona, berhentilah!"
Queen mrnoleh ke belakang sekilas.
"Ah... Kenapa mereka masih mengejarku," decak kesal wanita itu.
"Non, tolong berhentilah!" teriak para laki-laki itu. Tidak pernah menyerah untuk mendapatkan Queen kembali.
"Tidak akan!" balasnya terus berlari, ia melepaskan sepatu hight heels yang menghiasi kakinya sembari terus berlari terjingkat-jingkat.
"Kalian tidak akan bisa menangkapku," ungkapnya. Melempar hight heels miliknya tepat mengenai kepala laki-laki di belakangnya.
Hingga dia harus terhenti di sebuah pagar besi coklat yang menjulang tinggi di rumah sederhana di depannya. Dengan pandangan was-was. Kaki jenjangnya mulai memanjat naik dengan lihainya menembus pagar besi coklat itu. Dia berlari masuk ke dalam semak-semak, hingga tujuannya sampai di sebuah rumah kecil dengan atap genting yang merah kuno.
"Nona, anda harus cepat pulang, tuan muda pasti akan mencari anda," teriak laki-laki itu sembari mencari wanita yang dia kejar.
"Huffttt...."
"Kenapa mereka masih saja mengejarku, apa gak capek." gumam wanita itu, dan tepat di depannya dia melihat sebuah tangga, dia tersenyum tipis. menggerakkan ke dua alisnya bersamaan ke atas.
"Ini dia, sepertinya aku harus masuk ke rumah ini untuk sembunyi," ucapnya. Tidak banyak bicara lagi, wanita itu mulai mengangkat tangga menuju ke sebuah balkon kamar di depan matanya. Dia mengangkat kepalanya ke atas, menarik napasnya dalam-dalam. mulai menampakkan kakinya naik ke atas tangga dengan cepat. Bukanya dia masuk je dalam kamar, dia ke atas genting tepat di atas. Entah kamar siapa di bawahnya dia tidak perduli. Asalkan bisa kabur dari para pengawal menyebalkan itu.
Kalian semua berpencar, aku yakin jika nona ada di sini," salah satu pengawal memimpin pengawal lainya. Memintanya segera berpencar.
"Jika kita tidak mendapatkan nona maka kita bisa di salahkan tuan besar. Apalagi nyonya besar pasti akan menampar kita habis-habisan,"
"Baik tuan!"
Krataakkkk...
"Itu dia," teriak pengawal yang melihat nona mudanya naik ke atap.
Nona muda itu meletakkan ke dua ibu jarinya di pipi. Dengan lidah menjulur ke depan. Mengejek para pengawal di bawah. Nona muda dengan baju merah seksinya itu melambaikan tangannya ke arah para pengawal di rumahnya itu.
"Aku bisa hidup bebas sekarang," gumamnya mengernyitkan matanya.
"Byee.."
"Nona hati-hati, jika anda tergelincir kita yang mati nantinya. Tuan pasti akan marah besar,"
Wanita itu tidak perduli, seakan menulikan pendengaranya. Dia terus berlari di atas atap rumah itu.
Sraakkk... Krattaakkk...
Genteng merah itu terlihat sangat rapuh, membuat tubuh Wanita itu terpelosok ke dalam ruangan entah ruangan apa.
Aaa.... Bruuukkkk...
Jatuh tepat di atas ranjang putih dengan selimut biru di atasnya, ranjang kecil berukuran 200cm x 90cm itu. Sedikit bergoyang dibuatnya, dan hampir ambruk.
"Aw--- pinggangku," rintihnya, dengan tangan kanan memegang pinggangnya yang terasa sangat sakit.
"Papa, mama! Pinggangku rontok," decaknya merengek seperti anak kecil.
"Siapa kamu?" suara berat seorang laki-laki membuatnya tersentak. Dia menoleh, sembari mengerutkan dahinya semakin ke dalam. Memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, menatap detail wajah tampan laki-laki di depannya. Matanya berbinar kagum.
"Tampan!" gumamnya lirih.
Laki-aki itu mengerutkan alisnya, "Maksud kamu?" tanyanya.
"Sudah lupakan, tolong aku sekarang,"
Laki-laki itu menarik bibirnya sini, "Minta tolong, apa kamu tidak lihat. Kamu membuat kamar kecilku berantakan. Dengan atap terbuka seperti itu karena ulahmu,"
"Nanti aku ganti," Queen memalingkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan bergantian. Mencoba untuk membuat tulangnya pulih.
Laki-laki itu berdengus kesal,"
"Ganti? Pakai apa? Memangnya kamu sekarang punya uang berapa?" tanyanya mengulurkan tangannya ke depan. Membuat Queen kikuk di buatnya. Dia menyentuh sekujur tubuhnya, mengingat jika semua uangnya ada di jaket yang dua kenakan tadi, mulai dari kartu atm ponsel dan lainya.
Wajah yang semula bengong, kini merengek tanpa air mata. "Ah... Ponsel aku! Uang aku! Ketinggalan,"
Laki-laki itu menghela sabar, "Jangan banyak alasan, cepat kasih aku uang. Semua total biaya 10 juta."
"Apa 10 juta?" Queen mengerjapkan matanya seketika.
"Kenapa?"
"Aku mana punya uang segitu,"
"Bukanya kamu tadi mau bayar,"
Queen menguntupkan bibirnya, wajahnya cemberut, dengan ke dua telunjuk tangannya saling menusuk-nusuk tepat di bawah dagunya.
"Maaf! Aku gak punya uang. Tadi uang aku ketinggalan. Dan, aku sekarang lagi..." ucapan Queen terhenti saat mendengar langkah kaki beberapa pengawal itu bisa masuk ke dalam rumah.
"Eh... Semuanya.. Cepat cari di mana dia sekarang. Jangan sampai nona lolos," suara pengawal itu terdengar lantang.
Tanpa menghiraukan Laki-laki di depannya. Queen melompat dari ranjang kecil itu, dia tampak sangat panik mencari tempat sembunyi.
"Ah... ruangan ini terlalu kecil. Gimana aku bisa bersembunyi,"
Laki-laki itu hanya bingung menatap bingung bingung dengan bibir sedikit menganga. Ke dua matanya mengernyit. Ingin menghentikan langkah wanita itu yang mondar-mandir gak jelas.
"Tempat sembunyi!"
"Di mana tempat sembunyi,"
"Aku butuh tempat sembunyi," Decaknya berkali-kali.
"Apa yang kamu cari?" tanya laki-laki itu.
"Sembunyi, aku harus sembunyi." gumamnya lirih mengabaikan pertanyaan laki-laki itu. Dia masih berjalan kendar-mandiri dengan tangan tidak berhenti bergerak.
"Oke pasti kamu buronan. Aku akan bilang pada mereka semuanya," Queen menoleh ceoat, mengerutkan hidupnya berjalan mendekatinya.
"Jangan bicara,"
"Ehh.. Dii..." mulut laki-laki itu seketika terbungkam, Queen menutup mulutnya dengan telapak tangannya, mendorong tubuhnya ke belakang hingga menempel ke tembok putih. Tubuh mereka saling menyatu tanpa sadar.
"Sssttt!" desah Queen tanpa menatap laki-laki dalam dekapannya itu.