Setelah makan dan mandi, Rafka merasa otaknya sudah mulai jernih dan siap mendengar keluh kesah sang istri. Dia duduk bersebelahan dengan Zakiya di atas tempat tidur lalu keduanya bersandar dengan Rafka memegang tangan sang istri dan sesekali menciumi pipinya.
"Kakak ini ada maunya ya? tumben cium-cium segala," ucap Zakiya yang akhirnya menoleh pada Rafka. Laki-laki itu hanya tersenyum.
"Biasanya juga cium-cium kamu kan? emamg ga boleh?" Rafka kembali mencium pipi istrinya. "Tertutup cadar tapi bisa tetap wangi begini ya. Uh istriku sepertinya sedang menggodaku nih. Ini malam jum'at bukan ya?" tanya Rafka senyum-senyum nakal.
"Enggak.. ini malam rabu. Kenapa?"
"Kirain malam jum'at koq auranya beda. Seperti terasa kayak pengantin baru aja. Hehehe."
"Kak, maaf boleh aku bicara?" tanya Zakiya pada akhirnya. Dia rupanya tidak terpengaruh dengan rayuan Rafka. Dia harus mengungkapkannya.
"Mau bicara apa? bicara aja. Kenapa harus minta izin segala sih?"