Kinan mendengar apa yang dikatakan Azzam. Dia tidak menyangka, laki-laki yang dulu sering mengabaikan ibadah, sekarang jadi bisa bicara layaknya seorang ustadz. Kinan hanya tertawa mendengar ocehan Azzam. Masuk telinga kanan ke luar telinga kiri. Hidayah belum menyentuhnya. Tapi kemudian dia diam pura-pura mendengarkan.
"Ya ya.. aku mengerti Zam. Maafkan aku ya. Aku ga bermaksud meledekmu." Kinan pura-pura menyesal.
"Sudah kan? kamu ga mau ngomong apa-apa lagi? aku harap kamu bisa menjadi lebih baik. Kalau aku bisa berubah, kenapa kamu tidak?" ucap Azzam yang kemudian mau melangkah pergi.
"Zam, aku mau bicara sama kamu. Serius, Zam." ucap Kinan dengan wajah sedih dan menyesal. Dia menarik tangan Azzam dengan tatapan memohon.
"Ada apa lagi? mau ngomong ya ngomong aja Ki."
"Zam, tolong dengarkan aku. Aku menyes sudah meninggalkan kamu. Aku--" Kinan menghentikan kalimatnya. Dia tiba-tiba menangis.