Zakiya dan Darren akhirnya sampai juga di rumah Rafka tepat pukul sebelas malam. Zakiya sempat takut jika nanti Rafka marah karena pulang larut malam.
"Kalau Kak Rafka marah gimana, Pi?"
"Nanti biar Papi yang jelasin ke Rafka. Sudah kamu tenang saja ya. Semuanya akan baik-baik saja. Kamu jangan berfikir negatif pada suamimu terus. Dia itu laki-laki yang baik, Kiya."
"Iya Pi, Aku tahu itu. Semoga aku tetap bisa berfikir positif." Zakiya mengusap matanya dengan tisu basah. Tapi sayang bengkak di matanya masih jelas terlihat.
"Sudah ayo turun. Nanti Rafka beneran marah lho karena kamu baru sampai rumah jam segini." Darren membuka pintu mobilnya. Dia lalu ke luar diikuti oleh Zakiya.
"Iya Pi. Tapi semoga Kak Rafka ga marah ya Pi."
"Ya sudah ayo turun dulu. Jangan berfikir yang tidak-tidak dulu. Jujur lebih baik dari pada mengembunyikan aibnya.
"Lho Bu Zakiya baru pulang? kirain saya tadi yang ketiduran sampai tidak tahu kalau Bu Zakiya sudah pulang.