Setelah ia pergi membawa kekesalan pada wajahnya, aku tidak bereaksi untuk beberapa detik seperti kehilangan akal untuk sesaat. Hingga suara Hoonsik yang hampir ku lupakan keberadaannya, melebur suasana dalam keheningan, "Tuan, tuan?"
Perlahan, aku mengangkat wajahku, menggeser pandanganku ke arah Hoonsik yang kebingungan. Menatap hampa ke arahnya, aku tersenyum, namun itu hanya menunjukkan suatu kepedihan dari berbagai macam perasaan yang menusuk jantungku, bertubi-tubi, dan tanpa belas kasihan.