Ketika aku berada di lantai bawah, aku bergegas keluar dari lift dan menangis sejadi-jadinya. Aku mencoba menahan suaraku tetapi tidak ada gunanya. Perasaan sakit yang tak terkendali ini sudah seperti dorongan yang tertekan. Jika aku tetap bertahan, itu akan menghancurkanku tanpa menyisakan apa pun.
Sambil menangis, aku berjalan tanpa tujuan dengan tetap memakai piyama tipisku, sehingga di bawah cakrawala yang gelap, udara musim gugur yang dingin menembus kulitku seperti jarum yang menusuk pori-pori.
Namun, aku merasa seolah-olah aku tidak merasakan apa-apa. Hanya rasa sakit di sekujur tubuhku yang merangkak melalui jiwaku. Itu sangat mencekik.