Setelah menyelesaikan perkataannya, ia tidak lagi berkata apa-apa selain hanya terdiam tanpa suara. Tersenyum lemah, ia menatap cincin itu dengan kelembutan di matanya di mana ada kepedihan di dalamnya.
Sementara itu, aku terus menatapnya dengan bingung sekaligus heran. Perkataan itu begitu tiba-tiba, seperti hujan lebat yang turun di hari yang cerah. Namun, setelah memikirkan perkataan itu baik-baik sekali lagi, aku pun sedikit demi sedikit bisa memahami perasaannya dan memutuskan suatu hal, "Baiklah, aku akan mengenakannya. Tapi, maukah kau mengenakannya untukku?"
Aku tidak tahu, apakah ini adalah hal tepat untukku di kemudian hari? Dan, apakah ini akan memberi beban yang cukup berat ataupun tidak di masa depan? Itu tidak terlintas di pikiranku sama sekali, yang ada hanyalah menerimanya dengan sebuah ketulusan.