"Tidak!" bibirku mengatakan hal ini tanpa sadar, seolah ada penolakan keras di dasar hatiku yang terdalam, "Maksudku, nanti, aku masih ingin melihatnya — biarkan aku bersamanya untuk beberapa saat lagi."
Aku memaksakan sebuah ketegaran dalam hatiku. Walaupun suara dan bibirku bergetar karena sebuah luka parah, aku ingin menegaskan perkataan itu dengan kekuatan lemah yang aku miliki, walau sekalipun akan membuatku mati.
Di situasi ini, mata kami bertemu. Aku menatap Yunhee dengan permohonan sungguh-sungguh di mataku yang berkabut, berharap Yunhee dapat memberikan sebuah pengertian dan menunjukkan sedikit rasa empatinya untuk seorang yang mengenaskan sepertiku.