Aya mendengarkan musik di handphonenya menggunakan earphone yang ditaruh di telinga kanan dan kirinya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya mengikuti alunan musik sambil sesekali menyanyikan liriknya.
Ia duduk di salah satu kursi kosong sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Sebenarnya ia malas kalau sudah disuruh menunggu seperti ini. Makanya ia mengisi waktu menunggunya dengan mendengarkan musik.
Saat ini, ia dan keluarganya sedang duduk menunggu kedatangan penumpang pesawat. Mereka sedang menunggu bapak Agus beserta istri dan anaknya. Seperti yang dikatakan oleh orang tuanya, bahwasannya keluarga pak Agus akan menginap di rumah mereka selama mereka berada di Indonesia.
Beberapa hari ini, Aya dan orang tuanya sibuk menyiapkan segala sesuatunya di rumah dalam rangka menyambut kedatangan mereka. Aya merasa sedikit jengkel akan hal ini. Waktunya tersita hanya karena kedatangan mereka.
Aya menarik nafas panjang dan "hhhhhhh....." membuangnya. Sesekali ia juga menguap dan mengelap air mata disudut matanya karena harus menahan kantuk di siang hari ini.
👫💓👫💓👫
Setelah ada suara dari ruang informasi yang menggema di seluruh ruangan termasuk di luar tempat mereka menunggu, orang tua Aya lalu berdiri dan beranjak menuju ke pintu kedatangan.
Mau tak mau Aya pun ikut berdiri dan menyusul kedua orang tuanya. Dengan langkah malas, ia menyeret kedua kakinya mendekati kedua orang tuanya berdiri.
"Jangan ditekukin gitu dong mukanya Ay. Nggak enak dilihat tahu. Senyum dong sayang." Ibu Ira merapikan rambut Aya, melepas earphone yang dipakainya dan menarik pipi kanan kiri Aya membentuk senyuman.
"Mami!! Malukan dilihat orang!" Seru Aya, sambil memasukkan earphonenya ke dalam tas selempang cokelat berumbai.
"Makanya serius dong. Ini teman papi sekeluarga lo. Jangan bikin malu ya??" Pak Toni ikut menambahkan sambil merangkul anak gadisnya itu. Mereka bertiga tertawa bersama.
Setelah beberapa saat, banyak orang yang sudah keluar, pak Toni masih mencari-cari di kerumunan banyak orang karena belum ada kelihatan orang yang ditunggu.
Tak lama kemudian, akhirnya datang juga yang ditunggu-tunggu keluarga pak Toni. Terlihat pak Agus dan keluarganya membawa sebuah troli yang berisikan barang-barang bawaan mereka. Ada beberapa travel bag dan sebuah tas ransel yang di taruh paling atas troli.
Troli itu di dorong oleh seorang lelaki muda yang memiliki wajah tampan dan putih bersih, bertubuh ramping berotot karena sepertinya rajin berolahraga dan yang pasti ia tinggi.
Sama seperti lelaki itu, pria di sebelahnya yang tak lain adalah pak Agus, juga berperawakan kurang lebih sama. Hanya saja pak Agus tidak setinggi anaknya. Ibunya, yang bernama Santi, memiliki wajah yang cantik dengan tubuh yang mungil.
Orang tua Aya lalu menyambut mereka dengan bersalaman dan berpelukan. Aya yang sedari tadi diam memperhatikan, terkejut saat ayahnya menyuruhnya untuk bersalaman. Ia segera maju dan bersalaman kepada pak Agus dan istrinya.
Pada saat ia berhadapan dengan Ara, ia agak ragu-ragu mengulurkan tangannya. Ara yang sadar akan hal itu, menaikkan sebelah alisnya, namun dengan spontan mengulurkan tangannya terlebih dahulu yang disambut Aya dengan senyuman manis menghiasi wajahnya.
Ara terkesima melihat wajah cantik Aya yang semakin cantik dengan senyuman manis menghiasi wajahnya. Ada lesung pipit di kanan kiri pipinya. Dan ada rona merah muda di pipi tersebut. "Ia manis" pikir Ara sesaat.
Setelah berbasa basi sebentar, mereka lalu memutuskan untuk pergi keluar dari bandara.
Aya terkejut saat orang tuanya mengatakan kalau ia dan Ara disuruh menggunakan mobil sendiri. Sedangkan mereka selaku orang tua dengan mobil yang lainnya.
Memang pada saat mereka tiba di bandara, mereka menggunakan dua buah mobil. Yang satunya dikendarai oleh orang tuanya dan yang satunya lagi dikendarai langsung oleh Aya.
Aya hanya bisa memajukan mulutnya tanda protes kepada kedua orang tuanya yang disambut kepura-puraan tidak tahu oleh orang tuanya. Ara tersenyum melihat tingkah Aya yang dianggapnya menggemaskan.
Sebelum mereka pulang menuju rumah kediaman bapak Toni, mereka singgah terlebih dahulu di salah satu rumah makan favorit orang tua Aya. Mereka melanjutkan cerita sambil menikmati makan siang.
👫💓👫💓👫
Setibanya mereka di rumah, segera asisten rumah tangga menyambut kedatangan mereka dan mengambil barang-barang milik pak Agus sekeluarga.
Aya menyerahkan kunci mobilnya kepada salah satu pelayan mereka. Ia mengajak Ara masuk ke dalam rumah. Ara hanya senyum dan menganggukan kepalanya. Ia menuntut di belakang Aya.
"Ia seakan-akan tidak mengenalku." Desah Ara pelan. Tapi ia tetap tersenyum. Tersenyum. Sedikit licik.
Orang tua Ara telah selesai memberitahukan keadaan rumah kepada pak Agus sekeluarga.
Kamar orang tua Ara, terletak di lantai 1, sama dengan kamar orang tua Aya. Sedangkan Ara kebagian kamar di lantai 2, yang bersamaan dengan kamar Aya yang juga terletak di lantai 2.
Sebelumnya Aya sudah mendebatkan hal ini dengan kedua orang tuanya. Ia protes kalau kamarnya harus selantai dengan Ara. Tetapi orang tua Aya sudah memutuskan seperti itu. Yang pada akhirnya, Aya mengalah menerima keputusan itu.
Aya diminta ibunya untuk membawa Ara ke lantai atas, melihat kamar yang akan ditempatinya. Dengan senyum terpaksa, Aya beringsut pergi.
"Ayo." Ajak Aya datar kepada Ara. Sekali lagi Ara tersenyum melihat tingkah Aya.
Ia menuntut lagi di belakang Aya. Ia membiarkan Aya jalan duluan di depannya.
Kedua orang tua mereka hanya tersenyum melihat kedua anak mereka naik berurutan.
"Maaf ya, kayaknya Aya belum siap deh." Kata ibu Ira kepada kedua orang tua Ara.
"Nggak apa-apalah say. Aya masih belum biasa dan belum kenal aja. Dulukan mereka masih kecil waktu kita sering kumpul-kumpul. Mungkin sudah lupa." Jelas ibu Santi.
"Namanya juga masih muda, masih anak-anak pula. Biarkan mereka saling mengenal dulu." Tambah bapan Agus dan bermain mata dengan pak Toni. "Gimana bro?" Tanya pak Agus.
"He em. Aku sih nyantai aja. Yang penting mereka jadi aja." Kata pak Toni sambil tertawa dan merangkul pak Agus, mengajaknya ke ruang kerjanya.
Sedangkan ibu Ira menggandeng tangan ibu Santi dan mengajaknya ke halaman di belakang rumahnya.
👫💓👫💓👫
Di depan pintu kamar, Aya berdiri dan mempersilahkan Ara masuk ke dalam. "llIni kamar kamu. Silahkan dilihat-lihat. Kalau ada yang kurang, panggil aja si mba. Dia ada aja di dapur." Jelas Aya yang sudah membukakan pintu kamar.
Ara masuk melewati Aya. Saat ia sudah di dalam, ia menoleh kembali ke arah Aya. "Hei, kamu nggak ikutan masuk? Nemanin aku, atau ngapaian kek." Pinta Ara saat dilihatnya Aya hendak pergi meninggalkannya.
Aya kembali menghadap ke arah Ara. "Enggak. Aku ada kerjaan." Katanya tak perduli. Lalu ia berbalik lagi dan pergi meninggalkan Ara.
Ara hanya berdiri ditinggal oleh Aya. "Tunggu kamu Ay" dengan senyuman nakal khas Ara.
*
*
@@@#@@@#@@@
Dari Penulis :
Sebelumnya saya nggak ada buat catatan di bab ini. Tapi karena ada masukan dari pembaca, karena katanya ceritanya nggak nyambung 😁, jadilah saya tambah catatan. Biar readers pada nggak bingung pas baca bab ini.
Seharusnya juga di awal bab ini ya catatannya 🤔.. Tapi nggak papalah ya di akhir cerita ☺.
Bab ini sengaja saya mundurin alur ceritanya. Memang maksud hati mau buat readers bertanya-tanya, tapi tetap bisa nebak.
Tapi kalau ternyata buat bingung, malah jadinya malas baca, wadowwww...
Saya akan kasi pemberitahuan duluan deh kalau gitu, kalau suatu waktu alurnya akan saya mundurin jauh. Biar nggak bingung ya.
Terima kasih ya tetap setia membaca cerita saya ini. Saya mohon komentar masukan dan saran dari readers. Dan juga bintang 5 serta Power Stonenya ya 🤗🤗🤗
Salam
SiRA.