Chereads / Tanril: Telaga Api / Chapter 66 - Mengail Butuh Umpan

Chapter 66 - Mengail Butuh Umpan

Udina tidak menyadari bahwa ia sedang berteriak melihat aksi nekat luar biasa itu! Kepala Wander sesaat hampir membentur tapal kuda itu ketika ia mendadak mengubah arah dalam sekejab. Kuda jantan Arnoss mendarat, meleset penuh dari sasarannya. Akan tetapi tombak Arnoss sudah menusuk cepat bagaikan petir ke tempat Wander menghindar.

Tombak bermata tiga itu terlepas dari genggaman empunya itu! Semuanya terjadi begitu cepat, tapi reaksi Arnoss juga sama cepatnya!

Ketika Wander melewatinya, ia mengambil gada berduri dari sadelnya lalu dengan gerakan akrobatik ia menyelinap di bawah perut kudanya, sambil menyambar Wander dengan gadanya.

Darah muncrat saat gada itu melanggar punggung anak muda yang sama sekali tidak menyangka itu. Mendadak sebuah rantai dan bola baja raksasa meluruk dari atap tepat ke arah pemuda itu! Wander berguling ke samping mati-matian sebelum tergencet.

Dua bayangan lainnya segera menyambar dari tempat persembunyian mereka ke arah Wander.

Seorang Pengejar Mimpi bersenjatakan golok besar, dan yang kedua adalah orang Mauro bertopeng dengan cakar baja di kedua tangannya!

Wander segera kerepotan dan terdesak hebat, saat orang yang melempar bola baja raksasa itu juga turun ke medan laga. Suara tawa Arnoss terdengar nyaring. Ia membalikkan kudanya dan menatap Udina dengan pongah.

"Kamu lihat betapa gampangnya kan, Orang Hutan?"

Hinaannya tidak berlangsung lama, ketika ia terlempar dari tungganganya sendiri! Arnoss bersalto sambil memaki-maki kaget. Ia begitu terkejut ketika melihat tunggangannya sudah terjungkir ke depan, sebelum tumbang!

Udina selalu bangga dengan ketajaman mata dan ilmu ringan tubuhnya. Dengan ketajaman matanya ia bahkan bisa melihat gerak terkecil sekalipun, sementara ilmu ringan tubuh merupakan kunci utama ilmu Rijeen dari klan Landross. Tapi baru saja, ia tidak bisa mengerti kenapa tunggangan Arnoss mendadak roboh.

Itu pasti sebuah pukulan maha cepat yang mengenai pembuluh darah kuda itu…

Tapi dengan kecepatan serangan begitu rupa, kenapa Wander masih bisa dikenai gada?

Udina tidak punya waktu untuk merenungkan lebih jauh, ketika ia melihat Arnoss sudah menerjang marah, menambah tekanan pengeroyokannya.

Betapapun marah atau bencinya ia pada rekan-rekannya, Udina tetap profesional. Dengan lincah ia segera memburu sampai jarak di mana ia bisa mendukung mereka dengan serangan senjata rahasianya.

Matanya bisa melihat setiap gerakan para Pengejar Mimpi dan Wander!

Raksasa dengan bola bajanya yang kebesaran itu sekali lagi lemparannya meleset. Wander mencoba menendang Pengejar Mimpi dari Mauro itu tapi sebuah golok mengarah ke rusuknya! Ketika Wander mencoba menghindarinya, sebuah tinju penuh amarah telah mendarat di wajahnya! Wander terlempar ke belakang tapi anehnya tidak terluka!

Raksasa tadi telah mengerti rupanya bahwa senjatanya tidak berguna, jadi ia ikut menyerang Wander dengan tangan kosongnya dari jarak dekat.

Pemburu Mauro itu juga berhasil mencakar paha Wander, lalu sebuah sapuan kaki hampir membuatnya jatuh. Wander hampir kehilangan keseimbangannya, tapi ia sekali lagi kena pukul di perutnya!

Udina mengamati bahwa gerakan Wander semakin lambat, dan ia terlihat begitu tak berdaya. Makin banyak pukulan mendarat, bahkan termasuk jotosan ganda raksasa itu di punggungnya, sebuah tendangan ke bahunya dari Pengejar Mimpi bergolok.

Tapi ia tetap berdiri!

Lima menit…. Sepuluh menit… Meskipun para Pengejar Mimpi semakin buas, semakin banyak pukulan menderat dengan suara kencang dan telak, Wander tetap berdiri.

Udina tidak bisa mengira apakah ia terluka atau tidak, karena wajah Wander selalu diliputi abu.

Udina perlahan-lahan menyadari sesuatu. Ketika konsentrasinya memuncak, ia bisa melihat kecepatan Wander selalu meledak drastis tepat sebelum sebuah pukulan mendarat.

Udina makin banyak mengalirkan Khici ke matanya. Ia melihat tamparan dari pria raksasa itu tepat mengena bahu Wander, tapi terlihat sesungguhnya Wander tidak terkena sama sekali!

Ia bisa menghindar cepat sekali tapi berpura-pura terkena dan bahkan juga menghasilkan bunyi pukulan seperti terpukul.

"Ia berpura-pura!" Kebenaran akhirnya melesak ke dada Udina.

Pukulan gada Arnoss tadi entah kebetulan, atau sengaja dibiarkan kena tipis oleh Wander… Karena dengan kecepatannya melumpuhkan kuda Arnoss dan tombaknya, tentu saja ia hampir tak mungkin terkena pukulan gada!

Akan tetapi empat pengejar mimpi lainnya telah buta oleh keberangasan mereka. Meskipun mereka bingung akan betapa empuknya tubuh Wander saat pukulan mendarat, tapi mereka tetap mengamuk, saling bersaing untuk tidak didahului yang lain.

Udina merasa khawatir dengan keselamatan para Pengejar Mimpi lainnya. Ia menyadari bahwa

Wander jauh lebih kuat dari mereka berempat, tapi jika ia bisa melumpuhkan Wander dengan senjata rahasianya semua akan selesai.

Udina menyadari benar bahwa Wander kuat luar biasa, seperti monster. Tapi ia percaya penuh dengan kecepatannya. Bagaimanapun, Wander tidak mungkin lebih cepat dari burung baljalak.

Udina memusatkan pikirannya. Di matanya, gerakan Wander dan pengejar mimpi lainnya menjadi begitu lamban. Ia memperhatikan dengan seksama, tubuhnya siap untuk beraksi. Ia sedang menunggu sebuah kesempatan… Cukup satu kesempatan!

Wander menangkis tinju raksasa dengan kedua tangannya, tetapi tendangan lainnya telah menyapu lutut kirinya dari belakang! Lutut Wander tertekuk. Arnoss telah datang dari samping kanan dan golok besar dari kiri! Wander melompat ke atas… dan saat itu Udina melesat dari posisinya dengan kecepatan yang luar biasa! Ia berhasil menubruk Wander dari jarak dekat.

Ketika melihat wajah Wander yang betul-betul shok, Udina telah menembakkan tiga buah bola merah hanya beberap senti dari tubuhnya! Dua bola menghantam kedua lututnya, dan satu lagi entah bagaimana bisa ia hindari!

Tapi itu sudah cukup. Udina menjerit senang, berteriak agar yang lainnya menyerbu Wander. Akan tetapi mendadak ia merasa tubuh bagian bawahnya kaku! Ada yang tidak beres!

Ia kehilangan kendali kedua tungkainya dan roboh…

Sebuah bola merah terjatuh dari rusuknya…

[Bagaimana mungkin…?]

Ia melihat senyum licik Arnoss...

Ada sebuah bola merah lagi di tangannya.

Rivalnya itu menyambitnya lagi!

[Ia dikhianati lagi!]

Udina mengira ia sudah mati, ketika segalanya jadi gelap… Ia bisa merasakan hawa panas yang begitu tebal. Sesaat kemudian ia menyadari bahwa Wander rupanya sudah menjadikan dirinya perisainya dari sambitan bola itu! Di saat yang sama ia juga merasakan sesuatu yang menakutkan mendekat!

Bunyi dentuman dahsyat melemparkan baik Wander maupun Udina ke belakang! Kurang dari sepersekian detik, Udina bisa melihat rantai bola besi yang retak terdorong balik! Detik berikutnya, sesuatu yang basah, berbau tajam dan licin menyirami mereka!

"Minyak! Mereka…"

"Selamat tinggal, pecundang!" Arnoss tergelak-gelak.

Udina tidak pernah merasa begitu panik sebelumnya. Tapi ia terkejut saat melihat Arnoss dan lainnya berkelebat kabur ke segala penjuru!

Ia teringat sesuatu yang sangat buruk.

"K-katapul! Pelontar! Mereka ingin menghujani kita!"

Ia mendengar suara sesak napas pemuda itu, "A… aku… tidak… bisa napas! Lututku… Sial…!"

Wajah Udina jadi pucat. Racun dari bola kandari mematikan jika terkena dada atau jantung, karena kelumpuhan di otot paru-paru atau jantung akan terjadi! Ia tanpa sadar mendengar suara desing dari benda-benda berat yang terlontar, berjatuhan ke arah mereka! Ia lumpuh pinggang ke bawah, sementara pemuda di depannya sekarat tak bisa bernapas! Mereka basah kuyub oleh minyak sedangkan gentong berapi sedang meluncur ke arah mereka!

"Guh… Pe..gang…a…"

"A-apa?"

"Kalau… mau… hidup… pe..gang… pinggang…!"

Udina mengerti dan segera memeluk pinggang Wander erat-erat. Ia tidak tahu kenapa ia menurut. Ia begitu kaget merasakan betapa panas badan pemuda itu! Ia seperti memeluk tungku berapi! Ia hampir melepaskan pegangannya, tapi tangan kiri Wander telah menjepitnya bagaikan pencapit besi.

Ia mendadak melihat sinar biru dari tangan kanan musuhnya! Ia bisa mendengar suara tercekik dan usaha mati-matiannya bernapas, tubuhnya yang menggigil mendambakan udara!

"A-awas!" Udina melihat gentong-gentong berapi mulai berjatuhan! Ia merasakan pegangannya pada Wander tertarik ke depan, ketika Wander membungkuk ke depan. Udina merenungkan betapa sia-sia dan menyakitkan kematiannya ketika pemuda itu menghantamkan tinju bersinar birunya ke tanah!

Ledakan keras bergema, diikuti ratusan ledakan susulan dan segera tempat itu menjadi lautan api…

*

Siasat di balik siasat

Aku tahu kamu tahu bahwa aku tahu

Berlapis, bergelung, bergeliat

Saling menikam

Dari belakang bangau mengincar

Pertempuran ketam dengan kerang