Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Waktu Yang Abadi

🇮🇩SiRA
--
chs / week
--
NOT RATINGS
9.9k
Views
Synopsis
Sudah hampir dua abad Sofia hidup di dunia ini. Sofia tidak pernah tahu apa yang terjadi pada dirinya, sehingga menyebabkan dirinya harus menjalani kehidupan yang panjang tanpa suami dan anak-anaknya. Ia harus menyaksikan suaminya pergi meninggalkan dirinya selama-lamanya. Begitupun dengan keempat anak-anaknya yang harus pergi terlebih dahulu meninggalkannya. Cucu-cucunya menjalani kehidupan mereka sendiri. Mereka menghasilkan keturunan selanjutnya. Sofia hanya sesekali berkunjung ke tempat mereka. Ia mulai menjauhkan diri dari keluarganya. Hal ini dilakukannya karena ia tidak ingin menyusahkan keluarganya, keturunannya. Akhirnya Sofia hidup sendiri di tempat yang seorang pun tidak pernah mengenalnya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Kesendirian seorang Sofia

Sore itu langit tampak cerah. Namun tidak secerah perasaan Sofia.

Sofia duduk di salah satu kursi pengunjung, di sudut ruangan salah satu kafe yang terkenal di kota itu.

Ia menyesap minumannya sembari memandang langit biru melalui jendela di sampingnya.

Ia memesan minuman dingin favoritnya. Pemilik kafe dan seluruh karyawannya mengetahui minuman kesukaan Sofia. Hal ini dikarenakan seringnya Sofia duduk menyendiri di kafe tersebut.

"Ini." Tawar Ani, si pemilik kafe, yang menyodorkan sepiring kecil roti panas yang baru diangkatnya dari oven.

Sambil tersenyum ramah, Sofia menerima piring roti tersebut. "Terima kasih Ani." Ucapnya pada Ani. Ani pun membalas senyuman Sofia dan kembali ke belakang.

Sofia sudah biasa diberikan makanan atau kue atau minuman gratis oleh si pemilik kafe. Mereka sudah akrab dan sering bercerita satu sama lain. Hanya saja hari ini, Sofia memilih untuk menyendiri dan melamun.

Ada tanggal-tanggal tertentu yang menyebabkan Sofia harus menyendiri. Salah satunya adalah tanggal hari ini.

Ani maupun karyawannya juga tahu, kapan saat Sofia menginginkan kesendirian. Mereka hanya akan datang saat membawakan pesanan atau menawarkan sesuatu kepada Sofia. Selebihnya mereka akan membiarkannya duduk sendiri.

Sofia menarik nafasnya dalam-dalam. Ia kembali teringat akan masa lalunya. Kebahagiaannya. Dan keterpurukannya.

Sofia selalu tak kuasa menahan air matanya, saat ia mengenang masa lalunya itu. Ia menyeka kedua sudut matanya, karena air matanya serasa akan jatuh mengalir.

Segera ia menghabiskan roti yang diberikan Ani tadi dan menenggak habis minumannya.

Ia pun pamit pulang kepada Ani dan beberapa karyawan Ani yang dijumpainya saat menuju pintu keluar.

Sesampainya di rumah, ia segera menyalakan lampu-lampu di dalam rumah, karena tak lama lagi hari akan gelap.

Sofia merasa sangat kesepian apabila sudah berada di dalam rumah. Ia hanya mampu memandangi seluruh foto-foto yang terpajang di dinding rumah maupun yang berada di album foto.

Pada saat makan malam pun, hanya suara denting sendok dan piring yang terdengar. Terkadang sengaja ia menyalakan televisi, agar ada suara-suara dari televisi yang menemani kesendiriannya.

Sofia kembali merasa bersedih di meja makan. "Seandainya..." gumamnya pada diri sendiri. Ia kembali menyeka air matanya yang sudah jatuh ke pipinya.

Selesai makan, Sofia menyempatkan menonton televisi di ruang keluarga. Saat dirasanya ia sudah mengantuk atau bosan dengan acara televisi, ia beranjak ke kamar untuk tidur.

Di kamar tidur, Sofia membuka album foto andalannya. Album foto tersebut memang sengaja ditaruhnya di meja kecil di samping tempat tidurnya.

Dari sampulnya, tampak jelas terlihat bahwa cover album foto tersebut sangatlah lama, merupakan album foto keluaran lawas. Mungkin beberapa puluh tahun yang lalu atau mungkin lebih lama lagi.

Sudah tidak ada lagi yang memproduksi album foto yang memiliki jenis atau model seperti itu. Itu sudah merupakan barang antik.

Saat Sofia membuka halaman pertama, tampak foto sepasang suami istri dengan empat orang anaknya. Pakaian mereka tampak sudah sangat lama sekali. Warna foto tersebut masih hitam putih dan sudah buram.

Terlihat bahwa anak pertama, kedua dan ketiga pasangan tersebut merupakan lelaki. Sedangkan yang keempat adalah seorang perempuan.

Mereka berenam sangat bahagia sekali. Terpancar jelas dari wajah mereka yang tertawa menghadap ke kamera.

Sofia membelai foto tersebut. Matanya kembali berkaca-kaca mengenang masa lalu tersebut.

Pikirannya melayang mundur pada 170 tahun yang lalu, tepatnya tahun 1849, saat ia dan suaminya masih berumur 27 tahun.

***

Ia dan suaminya merupakan pasangan berbahagia yang sangat romantis. Mereka memiliki empat orang anak.

Anak pertama, kedua dan ketiganya berjenis kelamin laki-laki. Dan yang terakhir adalah perempuan.

Suaminya bernama Ali dan ketiga anak lelakinya bernama Akbar, Altaf dan Arsyi. Sedangkan anaknya yang perempuan diberi nama Mulia.

Ali berkerja di salah satu kantor pemerintahan. Ia memiliki jabatan yang strategis sebagai seorang pegawai pemerintahan. Sedangkan Sofia merupakan istri dan ibu rumah tangga.

Sebelumnya Sofia juga berkerja di kantor pemerintahan. Namun semenjak ia melahirkan anak keduanya, ia berhenti berkerja, karena tidak ada orang yang bisa menjaga anak-anaknya di rumah.

Sehingga sejak saat itu, Sofia fokus mengurus rumah tangganya. Setiap harinya ia selalu bangun subuh untuk mempersiapkan segala sesuatunya buat suami dan anak-anaknya.

Saat itu Akbar berusia 10 tahun, Altaf berusia 8 tahun, Arsyi berusia 6 tahun dan Mulia berusia 1 tahun.

Ali dan Sofia memang menginginkan banyak anak. Namun setelah Sofia melahirkan anak keempat, ia meminta kepada Ali suaminya untuk menyudahi menambah anak lagi karena ia khawatir dengan masa depan anak-anaknya.

Ia pun mulai berfikir untuk mencari tambahan penghasilan, agar keuangan mereka cukup setiap harinya.

Awalnya Ali tidak mengizinkan Sofia untuk berkerja, karena ia khawatir anak-anaknya akan kurang mendapatkan perhatian dari Sofia. Akan tetapi dengan alasan dan penjelasan yang diberikan oleh Sofia, Ali jadi mengerti dan mengizinkan Sofia untuk mencari tambahan penghasilan.

Akhirnya Sofia memutuskan untuk membuat kue dan menjualnya ke warung-warung di sekitar rumahnya.

Tak perlu waktu lama, kue buatan Sofia laku keras di beberapa warung tempat ia menjualnya. Setiap minggu ada saja pesanan kue yang harus dipenuhi oleh Sofia.

Karena banyaknya pesanan, Sofia dan suaminya memutuskan untuk memperkerjakan seorang karyawan.

Sampai pada akhirnya setelah setahun lebih Sofia bergelut berjualan kue, ia memiliki delapan orang karyawan yang membantunya. Enam orang perempuan dan dua orang laki-laki.

Kue buatan Sofia semakin laku dan sudah terjual sampai ke luar kota.

Dengan kesepakatan bersama, Sofia dan Ali merenovasi rumah mereka agar menjadi lebih luas dari sebelumnya. Karena di bagian depan rumahnya, akan dijadikan toko sekaligus dapur pembuatan kue. Sofia tidak mau rumah mereka menjadi satu dengan tempat jualannya.

Walaupun Sofia sibuk, namun ia tidak pernah melalaikan tugasnya sebagai seorang istri maupun seorang ibu. Suami dan anak-ananya selalu diutamakannya.

Waktu terus berlalu. Ali mendapatkan promosi jabatan yang menjadikan ia sebagai kepala disalah satu kantor pemerintahan.

Anak-anak mereka juga semakin berprestasi di sekolahnya. Usaha jualan kue Sofia pun semakin meningkat pesat. Sudah puluhan jumlah karyawan Sofia. Ia dan suami merasa hidup bahagia bersama keempat anak-anaknya.

Sampai pada anak pertama mereka memilih jodohnya dan menikah. Akbar memilih untuk keluar dari rumah karena tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya.

Namun ia dan istrinya sangat sering berkunjung kermh Sofia dan Ali.

Saat Akbar memiliki seorang anak, hampir setiap hari Akbar dan istrinya membawa anak mereka kerumah Sofia dan Ali. Jarak rumah mereka sangatlah dekat.

Lalu tak lama setelah Akbar memiliki anak, Altaf pun menyusul menikah. Ia pun keluar dari rumah, sama seperti yang dilakukan Akbar.

Namun setelah Ali dan Sofia berembuk dengan keempat anaknya, akhirnya mereka memutuskan untuk membeli sebidang tanah. Dimana nantinya mereka akan membangun beberapa rumah untuk mereka semua. Dengan maksud agar mereka semua bisa berkumpul dalam satu kawasan, namun dengan rumah masing-masing.