Saat Sofia lelah dengan ingatan-ingatannya akan masa lalu, ia pun tertidur dengan album foto berada di sampingnya.
Keesokan paginya ia bangun dengan badan terasa sedikit lelah. 'Mungkin karena aku terlalu banyak pikiran' Batinnya dalam hati.
Sofia memulai aktivitas paginya seperti biasa. Ia akan melakukan sedikit olahraga, saat langit mulai tampak terang. Dan setelahnya ia akan sedikit sarapan dan bebersih diri persiapan untuk turun kerja.
Ia berkerja di salah satu perusahaan ternama di kota itu. Sofia merupakan asisten manajer Keuangan.
Saat ia tiba di lobi kantor, pundaknya di tepuk oleh seseorang. Sofia menoleh dan melihat ternyata temannya seruangan, Ulka.
"Eh, kamu Ul." Sapa Sofia. Mereka memasuki ruang lift bersama.
"Kemarin sore kemana? Izin pulang duluan." Tanya Ulka dan di saat bersamaan, masuk dua orang lelaki ke dalam lift sebelum lift tertutup.
Mereka langsung terdiam sesaat melihat kehadiran dua orang lelaki tersebut.
"Pagi pak." Sapa Sofia dan Ulka bersamaan kepada salah satu lelaki tersebut.
Tidak ada tanggapan atau balasan dari lelaki yang disapa tersebut. Sedangkan lelaki satunya hanya tersenyum tipis kepada mereka berdua.
Sudah bukan rahasia lagi, bahwasannya salah satu Direktur di perusahaan tempat mereka bekerja adalah orang yang paling disegani karena sifat pendiamnya dan pembawaannya yang tegas.
Padahal dirinya terbilang muda, untuk menjadi Direktur di perusahaan tersebut. Hampir seumuran dengan Sofia dan Ulka.
Prama Setyahadi, berumur 27 tahun, tinggi badan sekitar 185 cm dengan tubuh atletis dan kulit sedikit kecokelatan. Sedangkan lelaki satunya merupakan asisten Prama yang bernama Jeki.
Jeki pun memiliki postur tubuh yang mirip dengan Prama. Tinggi, bertubuh atletis dan warna kulit yang tidak terlalu putih.
Ia selalu berada dimanapun Prama berada. Ia selalu siap dan siaga apabila dibutuhkan Prama. Sehingga banyak karyawan perusahaan yang mengidolakan keduanya dan menggelar mereka 'Si kembar'.
Sofia dan Ulka saling berpandangan, karena sapaan mereka tidak digubris oleh Prama. Sofia hanya menaikkan bahunya tanda tidak peduli.
Mereka berdiri di belakang Prama dan Jeki.
"Jadi kamu kemarin sore kemana?" Tanya Ulka berbisik kepada Sofia. Namun ternyata suaranya masih dapat terdengar oleh Prama dan Jeki.
"Aku ada urusan. Penting."Jawab Sofia juga berbisik, dan lagi masih terdengar oleh kedua pria di depan mereka.
"Kemarin kamu dicari Robby." Lanjut Ulka sambil tersenyum penuh arti.
"Robby?? Ngapain sih?!" Sofia bertanya, namun dengan nada yang tidak senang.
"Hmm, nggak tahu juga. Dia nggak bilang sih. Katanya dia nelpon-nelpon kamu, tapi ponsel kamu nggak aktif. Iya sih, aku juga nyoba nelpon kamu, nggak aktif. Makanya aku penasaran kamu kemana." Ulka menerangkan dengan antusias dan ia tidak sadar kalau suaranya sudah tidak berbisik lagi. Sehingga Prama dan Jeki bebas mendengar pembicaraan mereka.
"Ehem." Suara Jeki berdehem sengaja sehingga membuat Sofia tidak jadi untuk menanggapi pembicaraannya dengan Ulka.
Mereka berdua menoleh ke arah Jeki dan Jeki seakan memberi kode agar keduanya tidak berisik saat ini sambil menunjuk ke arah Prama.
Ulka langsung mengganggukkan kepalanya, sedangkan Sofia hanya terdiam menatap Jeki, Prama dan Ulka. Jeki menaikkan alisnya meminta persetujuan Sofia. Sofia tetap diam dan beralih menatap ke tombol-tombol angka di dinding lift.
***
Di dalam ruang kerja, Ulka bercerita dengan Hana tentang pertemuan mereka dengan sang direktur di lift pagi ini.
Sofia hanya tersenyum melihat Ulka yang menceritakan lelaki itu dengan penuh semangat. Padahal dari sudut pandang Sofia, Prama hanyalah lelaki biasa. Terkesan tidak ramah pula.
Saat mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing, Wela yang merupakan manajer mereka, datang dan memanggil Sofia.
"Sofia, berkas untuk rapat siang ini sudah siap?!" Tanyanya pada Sofia di depan meja kerja Sofia. Nada bicara Wela memang terkesan ketus, tapi ia adalah orang yang sangat baik dan perhatian.
"Sudah bu. Sudah saya perbanyak juga." Jawab Sofia di balik meja kerjanya.
"Oke. Siang ini kita rapat di ruang rapat Datu Adil." Jelasnya sambil pergi meninggalkan sofia.
"Baik bu." Jawab Sofia sopan. Ia pun berdiri dan mulai mempersiapkan segala sesuatunya.
"Yang lain, tolong bantu Sofia!" Katanya tegas meninggalkan ruangan.
Seperti biasa, Sofia akan dibantu oleh Hana dan Taufik dalam mempersiapkan segala urusan untuk rapat.
Rapat kali ini melibatkan banyak petinggi di perusahaan tersebut. Sehingga persiapan mereka harus matang. Selain karena Wela juga adalah orang yang menuntut kesempurnaan dalam bekerja.
***
Di ruang rapat, Sofia dan kawan-kawannya sudah selesai mempersiapkan segala sesuatunya.
Saat jam sudah menunjukkan pukul 1.45 siang, para peserta rapat mulai bermunculan. Karena rapat akan dimulai pada pukul 2 siang.
Tidak pernah ada yang berani datang terlambat. Apalagi rapat dihadiri oleh banyak petinggi perusahaan.
Saat Sofia mengutak-atik ponselnya di luar ruang rapat, ia tidak melihat ada seseorang di depannya.
Bruk...
"Aduh." Sofia menabrak orang yang ada di depannya. Ia terlalu fokus pada layar ponselnya.
Sofia menoleh melihat orang yang ditabraknya. Matanya sedikit melotot karena terkejut.
"Bapak? Eh, maaf pak, saya nggak ngelihat." Katanya menunduk.
Prama, orang yang ditabraknya hanya menatap tajam kepada Sofia. Ia tidak bergeming sedikitpun.
Karena Sofia tidak diberi tanggapan, ia pun memberanikan diri menatap atasannya tersebut.
Saat ia melihat Prama, mata mereka saling bertatapan. Sofia mengedipkan matanya beberapa kali. Orang yang ditatap Sofia, masih menatap tajam ke arahnya.
"Maaf pak?" Sekali lagi Sofia berucap sambil menundukkan pandangannya.
"Kamu harus ganti ini!" Suara berat Prama langsung terngiang di telinga Sofia. Ia kembali menoleh melihat yang punya suara. Ia mengerutkan keningnya tanda tidak percaya.
"Mengganti apa pak?" Tanya Sofia bingung. Pikirnya, tidak ada kerugian dalam hal ini. Selain itu, ia juga sudah berulang kali meminta maaf.
Tanpa ada tanggapan, Prama pergi begitu saja meninggalkan Sofia yang masih bingung dengan pernyataan Prama barusan.
Ia pun menoleh untuk melihat Prama yang sudah berbelok memasuki ruang rapat.
Sofia menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Ada perasaan lega saat ia menghembuskan nafas tersebut. Walaupun faktanya ia masih tidak percaya dan kaget dengan yang dikatakan oleh atasannya tadi.
Berusaha untuk melupakan kejadian tadi, Sofia masuk kembali ke ruang rapat dan semua orang sudah hadir serta siap untuk memulai rapat.
Sofia, Hana dan Taufik duduk di belakang peserta rapat. Lebih tepatnya mereka duduk di belakang Wela.
Tanpa Sofia sadari, Prama menatap Sofia sedari ia masuk ruangan sampai ia duduk saat ini. Prama tersenyum sekilas tanpa ada yang melihatnya.