Malam sudah larut saat Bian pulang, dia tersenyum saat melihat Mumut tertidur di sofa dengan laptop yang masih terbuka di atas meja. Dipandanginya wajah Mumut yang terlelap, begitu damai. Rasanya Bian tak tega mengusiknya, tapi dia juga tidak tega membiarkan Mumut tetap berada di sofa dengan posisinya yang tidak nyaman. Perlahan Bian mendekati Mumut kemudian mencium keningnya setelah itu dengan sangat hati-hati membopong Mumut menuju kamar mereka di lantai atas.
Mumut membuka matanya saat merasa ada yang mengangkat tubuhnya. Mumut terkejut saat melihat wajah Bian yang berada dengan dekat dengannya, tubuhnya menempel di Dada Bian yang masih mengenakan stelan jasnya. Mumut mendengar detak jantungnya yang begitu cepat oh tidak bukan hanya detak jantungnya tapi juga detak jantung Bian juga sedang berpacu dengan cepat.
Mumut tidak berani bergerak, dia menatap Bian dalam diam. Wajah yang sangat tampan itu dihiasi senyum. dalam cahaya remang malam ini wajah itu terlihat sangat memukau. Tanpa sadar Mumut menghela nafas, Bian segera mengalihkan pandangaannya ke arah Mumut, dia tersenyum saat melihat Mumut yang terlihat malu dalam dekapannya.
"Kamu bangun?" Bian merasa bersalah karena telah membuat istrinya. terbangun.
"Aku jalan sendiri saja." Mumut meronta dari dekapan Bian, saat itu posisi mereka berada di tengah tangga jadi Mumut takut akan membuat Bian merasa berat membawanya. Bian justru mengencangkan dekapannya hingga Mumut tak berkutik, di ujung tangga dia bahkan mengecup bibir Mumut dengan lembut.
Mumut terkejut sekaligus merasa malu, dia menyembunyikan wajahnya ke leher Bian yang justru membuat Bian makin bergairah. Bian menciumi leher Mumut hingga membuatnya tertawa geli. Mumut berusaha membebaskan diri dari Bian tetapi lelaki itu makin erat mendekapnya.
Bian membawa Mumut ke tempat tidur dan menghujaninya dengan ciuman, Mumut membalasnya dengan malu-malu. Nafas keduanya semakin memburu karena terbakar gairah.
Bian merasa sangat bahagia saat dia berbisik ke telinga Mumut dan gadis itu membalasnya dengan anggukan yang samar, wajah Mumut memerah saking malunya tapi dia juga menginginkannya. Malam itu mereka menuntaskan malam pertama mereka yang tertunda, merasakan kebahagian mereka. Tak ada lagi Ristie dalam benak Bian atau Andika dalam hati Mumut.
"Maaf," kata Bian sambil mengecup kening Mumut setelah penyatuan mereka. Dia masih ingat saat istrinya menggigit bibir bawahnya menahan sakit saat dia memasukinya tadi. Mumut hanya tersenyum, dia mengusap pipi Bian dengan tangan kanannya. Usapan itu membangkitkan lagi gairahnya.
"Bagaimana acara makan-makannya tadi?" Bian mengelus rambut Mumut.
"Bagus! Mereka sangat berterimakasih karena akhirnya bisa merasakan bagaimana rasanya nongkrong di Cafe Astro. Terimakasih ya, Sayang. You are the best!" puji Mumut.
"Hemm," jawab Bian, matanya memperhatikan bibir merah muda Mumut yang menari-nari saat berbicara tadi.
"Tahu tidak? Orang-orang kantor tahunya suami aku itu pak Arya?!" Mumut tertawa.
"Kenapa gak bilang kalau suami kamu bosnya Pak Arya?" Bian tak bisa melepas tatapannya dari bibir Mumut yang menggemaskan.
"Ehmm, belum waktunya," katanya dengan terkekeh kemudian melanjutkan "Oya, tadi aku juga sudah ketemu Pak Budi, ada beberapa hal yang masih harus direvisi."
"Oke, semangat ya, calon manajerku." Akhirnya Bian tidak bisa menahan keinginannya untuk mengecup bibir tipis Mumut yang lembut hingga keduanya kembali menyatu.
***
Keduanya terbangun pagi hatinya dengan posisi saling berpelukan. Mumut menyingkirkan lengan kekar Bian dari atas tubuhnya. Mumut bersiap untuk mandi dan sholat subuh. Bian meliriknya dan membawanya kembali ke dalam pelukannya.
"Ah!" teriak Mumut manja.
Dengan cepat melepaskan dia melepaskan diri sembari berkata, "Sholat subuh dulu, Ayo!"
Mumut masih merasakan ngilu di bagian bawah tubuhnya tapi dia memaksakan diri untuk berjalan ke kamar mandi. Bian yang melihat Mumut yang berjalan tertatih segera menggeliat bangun dari tidurnya. Mumut kaget saat merasa tubuhnya melayang, Mumut berteriak saking kagetnya. Mumut tak menyangka ternyata Bian telah mengangkat tubuhnya, Bian terkekeh sambil menciuminya kemudian meletakkan Mumut di bathtub dan mengalirkan air hangat untuk mengisinya. Bian segera menyusul Mumut ke dalam bathtub dan menyabuni tubuh mulus istrinya.
Bian merasa dadanya bergemuruh dalam haru saat dia mengimami istrinya sholat subuh. Ada bahagia mengalir di sana. Bian segera tenggelam dalam doanya untuk beberapa lama kemudian setelah itu kembali merengkuh Mumut dalam pelukannya dan mengecup keningnya.
***
Selamat malam readers. Terimakasih dukungannya untuk novel ini Terimakasih untuk setiap batu kuasa yang kalian berikan, Terimakasih untuk bintang dan komennya. Terimakasih sudah mengapresiasi novel ini.