Chereads / Menikahlah denganku / Chapter 26 - MD 26 - Malam Pertama

Chapter 26 - MD 26 - Malam Pertama

Malam harinya suasana di rumah Bian kembali sepi, hanya ada bekas-bekas pesta yang sudah dibereskan. Para pekerja sudah pulang sejak sore tadi, Bi Atik dan Pak Arya berada di ruang belakang. Ibu dan perawatnya berada di kamar.

Di ruang tengah terlihat Mama ditemani Mumut dan Bian. Mama tampak berbincang akrab dengan Mumut sementara Bian terlihat sedang serius menatap smartphonenya.

Di tempat yang lain di sebuah kamar yang mewah seorang perempuan sangat marah ketika melihat kiriman foto dari temannya. Lelaki di foto itu sangat familiar baginya tapi dia tak mengenali perempuan dengan jilbab putih gading yang terlihat malu-malu di sebelahnya.

Dia mengscoll foto-foto yang diterimanya dan itu membuatnya makin marah. Itu adalah foto-foto pernikahan Bian, dia terlihat gagah dan sangat tampan dan perempuan di sebelahnya terlihat sangat cantik dan imut.

Ristie menggeram, bukan ini tujuannya mengirimi Bian sebuah undangan pernikahan! Dia ingin Bian tetap mengejarnya dan menggagalkan pernikahannya. Tapi yang terjadi malah Bian menikah lebih dulu.

Ristie curiga istri Bian pastilah perempuan yang dipilihkan mamanya karena sejak dulu perempuan tua itu tidak pernah menyukainya. Semakin melihat foto-foto itu membuat Ristie semakin emosi dia membanting ponselnya dan berteriak-teriak dengan keras membuat kedua orangtua dan pembantunya segera berlari menuju kamarnya.

***

"Mama sudah mengantuk mau tidur dulu," kata Mama sambil berjalan menuju kamar yang di tempati Ristie semalam, hari ini Mama memutuskan untuk menginap di sini, karena kamar tamu dipakai ibu maka mama menempati kamar yang dipakai Mumut.

" Ya, Ma," tubuh Mumut menegang saat Mama meninggalkannya berdua dengan Bian. Mumut melirik lelaki yang berada di depannya dengan gugup, Bian hanya melempar senyum pada mamanya.

Mumut tak tahu harus melakukan apa, selama ini interaksinya dengan Bian hanya sebatas menyapa dengan senyum dan kepala yang dianggukkan dan lelaki hanya menatapnya sekilas kemudian melanjutkan pekerjaannya.

Mumut tak berani untuk memulai pembicaraan, ia juga tak tahu harus bicara apa, Kalau saja tadi tak ada mama ia pasti sudah mati gaya dari tadi. Mumut membuka ponselnya, ada banyak sekali chat di grup karyawan, ada ratusan chat di sana. Mumut melewatkannya dan membuka pesan pribadi dari Harti.

(Kamu tahu tidak bos menikah hari ini, Mut?)tulis Harti. (Baca di grup karyawan, hampir semua bersyukur karena dia tidak menikah si nenek sihir itu) Harti mencantumkan emoticon ketawa.

(Benarkah?) tanya Mumut.

(Istri bos cantik sekali, banyak yang muji kecantikannya)

Pipi Mumut memerah saat membacanya,ia tak bisa menahan senyumnya, dia tak bisa membayangkan bagaimana reaksi teman-temannya saat tahu kalau pengantin perempuan itu adalah dirinya.

(Bukankah pacar bos juga cantik?)

(Cantik sih tapi lebih cantik istrinya! Kamu pasti belum membuka foto-fotonya di grup?)

Harti mengiriminya beberapa foto, sebagian berisi foto Mumut bahkan ada yang close up, sebagian lagi fotonya bersama Bian. Mumut menatap foto itu dengan kening berkerut, ia merasa perempuan di foto-foto itu bukan dirinya.

Perempuan itu terlalu cantik sehingga sangat pantas bersanding dengan Bian. Mumut merasa itu hanya efek kamera dan juga riasan yang dia pakai yang membuatnya terlihat cantik.

Keduanya masih duduk diam, saat melihat kerutan di kening Mumut, Bian bertanya dalam hati apa yang dipikirkan gadis itu tapi sesaat kemudian dia melihat senyuman di wajah cantik istrinya.

Bian jadi penasaran kemudian mendekatkan dirinya pada Mumut, Mumut terkejut saat mendapati Bian di sampingnya, begitu dekat. Saking terkejutnya Mumut sampai menjatuhkan ponselnya dan membuat ponsel itu mati dan layarnya pecah.

Mumut menatap barang kesayangannya dengan sedih, ia segera memungutnya. Bian merasa bersalah telah mengejutkan istrinya, dia mengambil ponsel itu dari tangan istrinya dan menatapnya.

"Besok kita beli yang baru," Bian meletakkan ponsel Mumut yang sudah rusak itu ke atas meja.

Mumut hanya diam, dia merasa sangat sedih karena ponsel itu adalah sesuatu yang berharga baginya ada banyak kenangan di sana.

"Sekarang mari kita tidur. Sudah malam." lanjut Bian santai, ia segera meraih tangan Mumut dan menggandengnya.

Mumut merasakan tangannya seperti dialiri listrik yang sangat kuat. dia merasa tegang dan jantungnya berdegup lebih kencang lagi saat Bian membimbingnya ke kamar.