Chereads / Menikahlah denganku / Chapter 30 - MD 30 - Tidak Mudah Menjadi Manajer di Perusahaanku

Chapter 30 - MD 30 - Tidak Mudah Menjadi Manajer di Perusahaanku

Mumut tersenyum melihat ibunya yang sedang tertidur, dia berharap ibu segera sembuh dari sakitnya. Mumut segera pamit pada perawat Muna kalau dia akan keluar sebentar untuk suatu keperluan.

Mumut menuju warnet yang berada tak jauh dari rumah sakit tempat ibunya dirawat untuk mendownload beberapa jurnal untuk skripsinya dan mengkopinya ke dalam flashdisk. Yang Mumut dengar dosen pembimbingnya cukup killer karena itu dia mencoba berusaha yang terbaik agar dipermudah bimbingannya

Setelah selesai mendownload jurna-jurnal yang dibutuhkan, Mumut kemudian membayarnya pada penjaga warnet yang ramah itu dan keluar dari tempat itu untuk ke kembali ke tempat ibunya.

Mumut berjalan dengan cepat menuju rumah sakit yang berjarak sekitar tiga ratus meter dari warnet tadi. Mumut tak menyadari saat sebuah mobil sport hitam melintas di sebelahnya dan mendahuluinya.

Saat Mumut kembali ke paviliun tempat ibu dirawat, dia melihat Bian sudah ada di sana, duduk di kursi sambil membaca berita dari smartphonenya. Dia menoleh dan tersenyum saat melihat kehadiran Mumut.

Mumut membeku melihat senyum itu, senyum yang begitu mempesona. Mumut memang sering melihatnya sebelumnya tapi senyum itu tak pernah tertuju padanya, tapi kali ini senyum itu tertuju padanya dan itu membuat dadanya berdebar lebih kencang.

"Pak... Bian?!" Mumut terlalu gugup untuk membalas senyumnya.

"Dari mana?" Nada suara Bian yang begitu lembut mampu mengantarkan daya listrik yang mampu menyetrum Mumut membuatnya merasa semakin gugup.

"Warnet," Mumut merasa tubuhnya mengejang saat menempatkan dirinya di kursi yang ada di sebelah Bian. Dia segera mengambil nafas dalam-dalam dan berusaha setenang mungkin untuk menutupi kegugupannya.

"Warnet?" Bian menatapnya.

"Uh, eh. Iya.." Ditatap sedemikian rupa oleh Bian membuat Mumut makin berdebar. Dia bisa merasakan aliran darah di tubuhnya mengalir dengan cepat membuatnya berdesir.

"Ada apa?" Bian tak mengalihkan tatapannya dari netra Mumut.

Mumut merasa diinterogasi dan dia tidak dapat mengelak.

"Eeeh, mencari jurnal buat bahan skripsi,"

Bian menyipitkan matanya, masih menatap Mumut. Bian ingat Randy pernah menanyakan tentang skripsinya pada Mumut. Senyum Bian makin lebar saat menatapi wajah Mumut yang menunduk

"Sudah sampai bab berapa?"

"Belum mulai, kemarin baru berkonsultasi judulnya ke dosen pembimbing dan alhamdulillah di acc, saya baru mencari bahan-bahannya." suara Mumut terdengar bergetar saat menyampaikan hal itu.

Bian bertanya pada Mumut tentang judul yang diambilnya dan Mumut menyebutkannya dengan cepat.

"Kenapa kamu mengambil kuliah di manajemen?" tanya Bian sam

"Saya tidak ingin selamanya menjadi hanya cleaning service karena itu saya harus meningkatkan pendidikan. Saya berharap suatu saat bisa menjadi salah satu manajer di perusahaan Bapak," jawab Mumut dengan malu-malu, ada semangat di matanya yang membuat Bian terpana dengan tekad gadis itu.

Bian tertawa sambil mengelus kepala Mumut, membuat gadis itu menjadi salah tingkah. Bian bisa melihat semburat di pipi Mumut yang membuatnya terlihat sangat cantik.

"Tidak mudah menjadi manajer di perusahaanku! Kamu yakin bisa?" goda Bian sambil menatap mata Mumut, senyuman menghiasi bibirnya.

"InsyaAllah, dengan kemampuan yang saya miliki, saya bisa!" tekad Mumut penuh keyakinan.

"Mari kita buktikan! Kalau kamu bisa lulus Cumlaude, aku bisa memikirkan untuk mrmberimu posisi itu!" tantang Bian yang langsung tertawa mendengar tekad Mumut..

Mumut merengut mendengar tawa Bian membuat laki-laki itu merasa gemas, ia meletakkan tangannya ke pundak Mumut dan menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Wajah Mumut segera memerah. Dia segera melepaskan dirinya dari Bian sambil celingukan melihat sekitar.

Bian justru mengeratkan pelukannya, tawa lembutnya memenuhi gendang telinga Mumut membuat jantung Mumut seperti mau meledak.

Suara dehaman seseorang membuat Bian menghentikan tindakannya yang hendak mencium Mumut. Keduanya menoleh ke arah suara itu berasal dan menemukan Randy tengah berdiri beberapa meter tak jauh dari mereka. Mumut merasa malu sementara Bian hanya tertawa dan menyuruh Randy mendekat.

"Dasar pengantin baru! Ini masih siang, Bos!" Randy tertawa.

Mumut segera memanfaatkan saat itu untuk melepaskan diri dari Bian dan berlari ke kamar ibunya. Mumut melihat pak Arya ada di ruangan itu, sedang berbincang dengan suster Muna tentang kondisi ibu. Mumut tersenyum pada pak Arya dan lelaki tua supir Bian itu membungkuk hormat kepadanya. Mumut duduk di sofa, pandangannya jatuh ke ponselnya, membaca beberapa chat yang masuk.

'Sudah sampai bab berapa, Mut?' Itu chat dari Andika, Mumut menghela nafas panjang merasakan debaran dadanya dan berusaha menetralkan perasaannya yang tidak karuan karena ulah Bian.

'Belum, aku baru acc judul' tulis Mumut di layar ponselnya.

Mumut bahkan belum mulai membuatnya karena kejadian beberapa hari ini dan juga karena dia tak punya laptop, dia menjual laptop bututnya setengah tahun yang lalu untuk membayar hutangnya. Biasanya dia akan pergi ke warnet atau meminjam komputer di kantor setelah jam kerja selesai untuk mengerjakan tugas-tugasnya.

Di teras, Bian dan Randy tengah berbincang serius. Randy terlihat menelpon seseorang, sementara Bian hanya mengamatinya dengan senyum yang masih menggantung di bibirnya.

***

AlanyLove