Akhirnya mereka pun makan siang bersama di ruangan Arsya. Yumna merasa sangat bahagia karena pada akhirnya dia menemukan pria yang menggantikan sosok Dicky dalam hidupnya.
🔹🔹🔹
Akhirnya mereka pun makan siang bersama di ruangan Arsya. Yumna senang sangat senang karena dia menemukan pria yang membantunya melupakan Dicky. ?????? Yumna siap keluar dari ruang Arsya, tapi sudah banyak yang menerima, tapi tidak enak berlama-lama. Saat akan beranjak, suara ketukan pintu dari luar. tok tok tok "Maaf dokter Bayu, ada tamu" "Oh iya, suruh tunggu aku masih ada urusan" "Baik dok" Yumna terlihat meminta penjelasan Arsya, hanya diam dan berniat untuk segera pergi. "Maaf nggak bisa mengantar kamu, nggak papa kan yang?" "Lagian mas masih jaga, aku juga bawa mobil kok mas" "Oke, hati-hati di jalan ya sayang. Kabarin sudah sampai di rumah, salam buat ayah bunda ya". Yumna melangkah keluar dari ruangan Arsya, pada saat lift terbuka dia berpapasan dengan seseorang yang keluar dari lift dan tidak asing bagi Yumna. Tapi Yumna tidak ingin menduganya, dia pun melangkahkan kaki masuk ke lift tersebut. Yumna segera masuk ke mobilnya dan menjelajah kota Malang. "Ciiiiiiiiiittttt" suara rem mendadak karena kucibg lewat mengagetkan lamunan Yumna. Pikirannya tidak tahu Mengapa tidak tenang beberapa hari ini. Yumna berhenti di toko bunga, dan pesan sebuket mawar putih yang ada di hias. Yumna menaruhnya di kursi penumpang sebelahnya, lalu melanjutkan perjalanan dan memutar Arah. Beberapa menit kemudian Yumna telah tiba di gerbang rumah yang membuka lebar. Dia menggunakan kacamata hitamnya dan turun dari mobil dengan sebuket mawar putih. Bunga senang dia selalu senang saat bertemu dengan Yumna. "Assalamu'alaikum daaro 'qoumin mu'minin wainna insyaa allahu bikum laahiquun". Yumna lalu membaca zikir dan do'a ziarah kubur, kemudian memulai dengan bahasanya sendiri. "Assalamu'alaikum mas Dicky, apa kabarnya mas di sana? Semoga kau bahagia di ribaanNya. Apa di sana indah? Kamu masih nengingatku bukan?
Maafkan Tata mas, lama tidak berkunjung ke rumahmu. Semoga mas tidak marah. Mas Dicky, bisakah Tata bilang jika Tata rindu? "Yumna sudah mulai terisak menahan tangisnya. "Mas Dicky Tata sangat rindu ... Tata rindu pelukanmu, rindu sikap jahilmu, Tata rindu mas yang selalu sibuk, selalu menyempatkan waktu dan sikap manjamu itu. Mas Dicky, Tata ke sini untuk meminta izin ke Mas Dicky jikasebentar lagi Tata akan menikah mas. Doakan dari sana semoga lancar ya mas sampai hari itu tiba. Tata takut mas, Tata takut jika dia pergi sama seperti mas Dicky. Maafkan Tata mas, bukan Tata mengingkari janji untuk menunggu mas dan selalu setia sama mas Dicky. Tapi saat ini sudah tidak mungkin kita bersatu. Maafkan jika ada tangan lain yang mengusap mata Tata, saat mas tidak ada. Meskipun saat ini ada mas Arsya tidak ada yang bisa melupakanmu mas. Tahukah kamu mas, Tata tetap menyayangi dan selalu menyukai Dicky. Nama mu selalu tersimpan rapi di hati, Tata akan membuat tulisan terakhirmu mas dan semoga kamu juga senang di sana. Tata menyayangi mas, tapi Alah ternyata lebih mencintaimu mas. Semoga bahagia di sana dan kelak akan bertenu lagi". Air mata Yumna mengalir semakin deras, tidak berdaya lagi menahan tangisannya. Setelah merasa kegundahannya hilang Yumna bergegas kembali ke mobil dan kembali. Sesampainya di rumah bunda sudah menunggu dan khawatir. "Kamu dari mana aja nduk?" "Maafin Tata bund, setelah membeli bahan kue Tata ke kantor mas Arsya dan pulangnya Tata mampir ke makam mas Dicky". "Kamu kenapa nduk? Apa ada masalah? Tadi juga Arsya telpon kamu tapi kamu nggak bisa di telepon" "Nggak papa bund, hanya rindu sama mas Dicky lama Tata nggak pergi mengunjunginya. Tata mau bawa charger batrenya lowbet bund" Bunda tahu Yumna sedang menyimpan sesuatu. Jika ada masalah dia akan pergi ke makam sekedar untuk menenangkan hatinya. "Hmm ya sudah, lebih baik kamu cuci tangan dan bersih-bersih. Jangan lupa, Arsya biar nggak beli". "Iya bund" Yumna melangkahkan perpindahan ke kamar dan melepaskan atributnya untuk bersih-bersih. Kata orang yang sering ditanyakan akan datang. Dulu Yumna hanya bisa merasakan jarak yang ditempuh, semuanya di permudah, dan bahkan mengizinkan izin ke komandan Dicky pun di permudah. Tapi ternyata Allah berkehendak yang lain, berlawanan sebelum hari H ujian sebenarnya datang menimpanya. Dia pergi tanpa sepatah kata, dia pergi dan tak pernah kembali lagi. Lagi-lagi Yumna puas diri dengan bersujud dan berdo'a padaNya. Hatinya sedikit tenang meskipun masih ada banyak pertanyaan dalam benaknya. Yumna ??: "Maaf baru ngabarin mas, Yumna sudah sampai rumah. Tadi batrenya lowbat mas" Arsya ??: "Nggak papa sayang, bunda udah kabarin mas mas" Yumna ??: "Maaf ya mas, mas memang yang terbaik. Selamat bekerja sayang ???" Arsya hanya tersenyum-senyum sambil membaca pesannya, membuat tamu yang menerima menerima penasaran. Keesokan harinya Yumna sudah di stasiun untuk berangkat ke Surabaya. Mungkin ini yang dihapusnya yang terakhir sebelum akhirnya keluar dari perusahaannya. Yumna memilih mundur karena menyiapkan nikahnya dan menerima calon suami di Malang yang juga kota kelahirannya. ** di tempat lain Dua pekan setelah pernikahan mereka, Laras dan Fahri sudah terbiasa dengan kehidupannya sebagai sepasang suami istri. Laras mencoba menjadi istri yang baik, sebelum keluar rumah dia meminta izin. "Mas aku harus mau keluar ya" "Kemana?" "Ketemu temen, Putri. Mas masih ingat?" "Oh ya udah, mau di anter?" "Biar aku sendiri saja mas" "Ya sudah, hati-hati" Tidak perlu waktu lama Laras sudah sampai di kafe tempat janjian dengan Putri, sahabatnya SMA. Laras menatap sekeliling dan mendapati Putri sudah duduk di meja dengan segelas Cappucino. Dalam perjalanan menuju meja Putri, dia berpapasan dengan lelaki yang cukup tampan dengan postur yang menarik. "Hai Put, udah lama?" sapa Laras dengan cipika cipiki. "Belum kok ras, baru 10 menit yang lalu" Laras menengok ke gelas di depan Putri, senang ada yang aneh. "Kamu udah pesan Put?" "Nih" sambil mengangkat gelasnya. "Americano? Sejak kapan kamu suka kopi amerika? Dan kenapa tidak pesankan untukku" "Hmm itu ... aku hanya ingin rasa yang berbeda ras. Dia maaf, aku ingin tahu apa yang kamu suka " "Oh begitu, pernahkah kamu tahu aku paling suka apa?" Laras menikmati ada yang aneh, lalu memesan latte kesukaanya dan cemilan untuk menemani mereka mengibrol. "Maafkan aku, aku tidak tahu yah kan, siapa tahu seleramu sudah berubah" "Oke, tidak masalah kok" Mereka berbincang sembari menunggu pensanan datang. "Bagaimana ceritanya Queen dan King sekarang berpisah? Bukankah dulu kalian seperti perangko?" Laras mengawali pembicaran. "Ah itu ... karena aku harus ke Singapura dan dia tidak mau LDR jadi kami memutuskan berpisah" Jawab Putri sekenanya .