Aku tak percaya dengan penglihatanku, aku hanya diam tak menanggapi pertanyaannya. Aku berhambur ke pelukannya, aku memeluknya dengan erat.
"Tata rindu, mas" aku memeluknya erat sambil berusaha mengusap air mataku yang sudah mengalir.
๐น๐น๐น
Lelaki itu mengusap air mataku, sudah sejak lama aku merindukan tangan itu.
"Sudah ya, jangan menangis lagi. Sudah aku bilang, jangan pernah menangis jika aku tidak ada. Hah?" ucap lelaki itu seraya mengusap air mataku.
"Mas Dicky, ini beneran kamu?" lelaki itu hanya mengangguk
"Tata rindu"
"Mas juga rindu sama kamu, makasih ya sayang kamu tidak pernah melupakan aku. Terima kasih sudah menemani umi selama aku tidak ada, kamu wanita hebat. Jangan menangis lagi ya sayang, berbahagialah. Mas harus pergi, kamu jagain umi ya. Suatu saat kita pasti akan bertemu lagi." titah lelaki itu kemudian beranjak pergi, aku berusaha memegang tangannya namun dia tetap berlalu dari pandanganku.
"Mas Dicky !!!" teriakku
"Alhamdulillah kamu sudah sadar sayang?" tanya umi, sedangkan aku berusaha mencari sekeliling tapi tidak ada siapapun di sini selain aku dan umi.
"Kamu pasti mimpi Dicky ya?" aku hanya mengangguk
"Sudah sudah lebih baik baca istighfar, kamu wudhu dan doakan dia ya. Kamu tidur di sini saja, umi sudah minta izin sama bunda tadi saat kamu pingsan"
"Iya umi" jawabku pelan.
"Umi"
"Boleh Tata tidur di kamar ini?"
"Tentu saja sayang"
Kemudian aku memeluk umi dan menuruti perintah beliau. Berjalan menuju kamar mandi dan mengambil air wudhu, kemudian bersimpuh di hadapanNya. Aku mengenakan mukena yang sudah di persiapkan sebagai mas kawin beberapa tahun lalu. Sebenarnya ada perasaan sedih, tapi bagaimana lagi waktu sudah berlalu dan tak akan pernah kembali lagi.
Setelah mengadu padaNya, aku kembali ke ranjang kamar mas Dicky. Bunda juga tahu aku tidur di rumah umi, umi sudah mengabari bunda dan ayah jadi aku lega. Mereka pasri paham jika aku ke sini pasti butuh ketenangan. Pintu kamar tiba-tiba terbuka, umi berjalan menuju aku yang sedang duduk sambil memegangi foto mas Dicky.
"Sayang"
"Eh umi"
"Kamu kenapa? ada apa?" aku hanya menggeleng
"Umi tahu ada yang kamu sembunyikan"
Aku masih terus terdiam, sedangkan umi tidakk semudah itu percaya dengan ucapanku.
"Ya sudah kalau kamu belum mau cerita sama umi" aku mulai berfikir dan menceritakan sama umi. Aku bersandar di bahunya, umi mengelus kepalaku.
"Sebenarnya Tata sedih mi, sebentar lagi Tata menikah. Tapi tadi Tata melihat mas Arsya memeluk perempuan lain, perempuan itu mantannya"
"Kamu yakin? sudah meminta penjelasan sama Arsya?" aku hanya menggelengkan kepala.
"Tata terlanjur sakit mi, lagian ya katanya yang namanya Putri udah meninggal tapi dia tiba-tiba muncul. Tata jadi kangen mas Dicky, Tata juga pengen mas Dicky kembali" ucapku pada umi.
"Kadang Tata merasa Allah tidak menyayangi Tata, kenapa harus menerima takdir seperti ini mi?" aku mengungkapkan perasaanku kepada umi, beliau sudah seperti orang tuaku sendiri.
"Kamu harus dengarkan dulu penjelasannya, jangan dulu su'udzon" begitu umi menasehatiku
"Kematian adalah sesuatu yang pasti, kita semua akan merasakan itu hanya tinggal menunggu waktunya sayang. Semua MilikNya dan akan kembali padaNya. Harta, jabatan, bahkan diri kita juga adalah milikNya dan akan kembali padaNya. Kita tidak bisa menolak dan menahan sesuatu yanh bukan milik kita. Kamu mengerti maksud umi?" ucapan umi membuatku malu. Beliau saja bisa setegar dan ikhlas seperti itu, kenapa aku masih belum mengikhlaskannya?.
"Umi sayang sama Dicky, dia anak baik dan penurut sangat menyayangi umi dan abi. Umi juga yakin Tata sangat menyayangi dia, tapi Tata tahu kan jika Allah lebih sayang pada dia. Allah memberi kebahagiaan sebenarnya di sisiNya, dan umi juga yakin Allah juga mengirim kebahagiaan untuk kamu. Setelah ada yang pergi pasti ada yang datang, terbukti sekarang ada nak Arsya" lanjut umi masih dengan mengusap kepalaku, sedangkan air mataku sudah mengalir lagi.
"Tapi Tata belum bisa lupain mas Dicky, bagaimanapun kadang Tata rindu mas Dicky. Lagian mas Arsya, entahlah mi"
"Jika kamu merindukan dia, kamu doakan insha allah akan sampai padanya. Kamu boleh mengunjunginya ke makam, atau mengunjungi rumah. Rumah ini selalu terbuka untuk kamu, sayang. Soal Arsya nanti kamu hubungi dia, dan dengarkan penjelasannya"
"Iya umi, maafkan Tata. Tata janji akan berusaha, semoga Allah kasih tempat terbaik di sana. Terima kasih atas sarannya, terima kasih sudah mendengar keluh kesah Tata mi" ucapku tulus
"Ya sudah kamu tidur ya, umi ke kamar. Assalamu'alaikum"
"Makasih ya umi, waalaikumsalam" di ikuti anggukan umi dan melangkah keluar.
Aku mengunci pintu kamar dan masih asyik melihat barang-barangnya. Setidaknya itu membuatku melepas rindu padanya.
Ku buka hp dan sebuah musik menyayat hatiku, lagu ini saat sesuai dengan apa yang ku rasa.
Oh, begini rasanya kehilangan dirimu, kekasih
Tak pernah 'ku bayangkan sakitnya akan seperti ini
Kau telah pergi dari hidupku
Oh, mengapakah kau tinggalkan aku seperti ini?
Saat aku masih berharap
Cinta ini masih bertahan untuk kita
Oh, mengapakah kau membawa semua kenangan indah bersama kita dulu?
Kini berakhir untuk selamanya
Oh, begini rasanya kehilangan dirimu, kekasih
Tak pernah 'ku bayangkan sakitnya akan seperti ini
Kau telah pergi dari sisiku
Hu-whoa... uh...
Mungkin bersama
(Kenyataan ini telah memisahkan kita) Uh, telah memisahkan kita
Biarkan cinta ini jadi kenangan indah untukku,โฆ
Tanpa sadar aku sudah memejamkan mata dan berada di alam mimpi, entah sejak kapan.Baru kali ini aku tidurku sangat nyenyak, aku bahkan bisa merasakan senyum saat perlahan mataku terbuka.
Waktu menunjukan pukul 03.00, tubuhku selalu terbangun seperti sudah di setting setiap sepertiga malam. Aku segera bergegas mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat tahajud, lembar demi lembar alqur'an ku baca. Aku meminta untuk bahagianya, kekuatan untukku, kelancaran hari pernikahanku, dan tak tehitung lagi berapa banyak yang ku pinta.
Tak berapa lama, adzan subuh berkumandang. Aku melanjutkan sholatku, setelah selesai aku mandi dan bergegas ke bawah. Aku melihat umi sudah di dapur, dengan cepat aku menemui beliau serta membantunya.
"Assalamualaikum umi"
"Kamu sudah bangun sayang? tidur nyenyak?"
"Alhamdulillah, Tata nyenyak sekali mi. Kapan-kapan boleh Tata ke sini lagi?"
"Tentu sayang"
Aku membantu umi, dan tidak lama masakan selesai. Aku menyiapkan piring di meja untuk 3 orang.
"Jika saja kamu ada di sini mas, aku siapkan ini untukmu" batinku
"Ambil satu lagi ya sayang" pinta umi, aku masih terdiam dalam lamunanku.
"Kok melamun?"
"Eh maaf mi, piring? buat siapa mi?" belum sempat umi menjawab, suara salam mengagetkan interaksi kami.
"Assalamu'alaikum" ucap kedua orang lelaki dari luar.