Chereads / MARI KITA BERSAING / Chapter 4 - Siapa tahu ada orang iseng, yang beruntung

Chapter 4 - Siapa tahu ada orang iseng, yang beruntung

.

"Ah, baiklah baiklah. Aku akan mengatakannya, tapi tolong lepaskan dulu tanganmu" Ujar Glerisya dengan sedikit memelas. Namun, pria itu malah menyeretnya kesisi dinding dan menguncinya dengan tubuh dan kedua tangannya. Itu membuat Glerisya agak panik, karena Ia sudah merasakan tubuh mereka hampir bersentuhan satu sama lainnya. Biar bagaimanapun, dia adalah seseorang wanita yang memiliki ketakutan besar pada laki-laki.

Dengan cepat, otaknya dipaksa untuk berpikir mencari cara untuk bisa keluar dari situasi ini tanpa harus mengeluarkan jurusnya lebih cepat. Bicara dengan baik-baik, itu sepertinya lebih baik. Jurus adalah hal terakhir, jika jalan komunikasi sudah tidak bisa lagi.

Ini juga, membuatnya merasa sedikit menyesal karena telah bertindak tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu. Tapi, yang namanya penyesalan pasti datangnya belakangan. Kalau, datangnya awal awal itu namanya daftar dong.

"Ah bukan, maksudku mungkin Tuan salah dengar. Aku hanya bilang malam ini udaranya terasa dingin" Ralat Glerisya dengan polosnya, setelah mengerti dengan tindakan pria itu. Ia berusaha untuk meralatnya. Walaupun, itu nyatanya sia-sia saja. Tapi, setidaknya dia berusaha bukan?

"Mungkinkah, begitu?" Tanya Zen Yize, Ia terus mempersempit jarak wajahnya dengan gadis mungil itu. Zen Yize tidak sedetikpun, mengalihkan tatapannya pada gadis mungil yang terbalutkan setelan kemeja baju tidur satin itu.

"Ya, aku rasa. Karena, malam ini angin sedikit kencang" Jawab Glerisya dengan anggukan kecil. Itu diucapkan dengan nada sedikit menusuk. Kalimat yang diucapkannya itu bukannya membuat pria itu melepaskannya. Tapi, malah semakin memojokkannya disisi dinding.

Jelas-jelas, malam itu sedikitpun tidak terasa ada angin yang lewat. Jadi, kalau bukan gadis itu menyebutnya tuli apa lagi coba?

Zen Yize bukanlah pria yang bodoh, akan tertipu dengan perkataan sederhana gadis itu.

Glerisya yang mendapati pria itu tidak menanggapinya. Ia kemudian berkata dengan nada yang lebih rendah "Sepertinya, anda tidak mengerti arti negosiasi" Itu adalah kalimat peringatan, pertanda batas kesabarannya sudah di ujung tandul. Tapi, tatapannya pria begitu rileks dan santai. Bahkan, tanpa segan-segan Ia menyadarkan kepalanya kedinding apartemen dibelakangnya. Seolah-olah, yang dikatakannya itu adalah lelucon bukan pringatan.

Zen Yize yang sedari tadi mengamati raut wajah gadis kecil itu, perlahan rautnya berubah heran. Ia merasakan keganjalan dengan perubahan sikap gadis kecil itu.

Sebelum, dia bisa menemukan kejanggalan itu. Suara yang terdengar cemburu menggema dan membuatnya mengalihkan pandangannya "Yizhou, bukannya tadi kamu berjanji akan semalaman penuh denganku. Tapi,—" Ucapnya terhenti oleh suara datar yang jernih.

"Nona tenang saja, aku tidak berniat untuk mengambil jatahmu" Sahut Glerisya dengan senyuman samar. Dalam satu kedipan mata, gadis itu sudah melepaskan dirinya dari kungkungan pria itu. Ia sangat berterimakasih pada wanita muda, berusia 5 tahun diatasnya itu karena telah membuat pria itu mengalihkan perhatiannya.

Zen Yize semakin mengerutkan keningnya lebih dalam, melihat bagaimana gadis itu dengan mudahnya lepas dari cengkramannya tanpa ia sadari. Ia lebih heran lagi, dengan senyuman samar gadis itu. Ia menatap gadis itu dengan tertegun. Pupil matanya sedikit membesar, seolah-olah Ia baru saja melihat Iblis.

Glerisya tidak membuang-buang waktunya untuk menunggu jawaban dari kekasih satu malam Zen Yize atau reaksi pria itu saat dirinya dengan mudahnya bisa lepas darinya. Ia sudah lelah, ingin kembali tidur.

Dengan satu tangan dalam saku kemeja piayamanya dan satu lagi menjinjing ember, Ia memasuki apartementnya dengan sebuah senyuman terukir diwajahnya. Tanpa memperdulikan, mereka yang sama-sama terbengong melihatnya pergi begitu saja.

***

Glerisya meninggalkan sepasang kekasih itu diluar apartement dirinya dan Zen Yize. Ia sama sekali tidak menunggu respon dari kekasih satu malam Zen Yize atas perkataannya tadi dan dia juga tidak mau repot-repot untuk menunggu reaksi terkejut atau marah Zen Yize yang kecolongan sesuatu dalam dirinya.

Tangan kiri menjinjing ember kosong dan tangan kanannya berada dalam saku kemeja piayamanya. Sebuah senyuman samar, tercetak menghiasi wajahnya.

Dia segera masuk kedalam apartementnya dan tak lupa untuk menguncinya secara double.

Ia menyimpan ember kosongnya, di dapur sebelum kembali kekamarnya.

Dia mendudukkan dirinya diatas lembutnya ranjang, yang seadanya itu. Lalu, Ia mengambil sesuatu dalam sakunya. Ternyata itu adalah sebuah Dompet pria, tu ternyata milik Zen Yize yang diambilnya tadi secara diam-diam dari saku celana pria itu.

Dia mengerutkan keningnya dengan lembut, menatap dompet milik orang yang berada ditangannya itu. "Apa ini termasuk mencuri?" Tanyanya lirih, alisnya melengkung dengan indah seperti pelangi.

Glerisya tak menunggu lama lagi, untuk segera membuka dompet tersebut. Didalamnya terdapat puluhan lembar uang pecahan seratus Won dan beberapa kartu untuk melakukan transaksi pembayaran dengan nominal tentunya sangat besar didalamnya dan bahkan salah satunya ada yang Unlimited. Tapi Glerisya sama sekali tidak tertarik, yang Ia ambil adalah dua kartu Identitas asli dan samarannya.

Ia menatap dua kartu Identitas itu dengan sedikit menerawang. Lalu bergumam "Dia sangat ceroboh. Bagaimana bisa kekasih satu malamnya itu tidak menemukan ini semua?" Dengan senyuman kecut, Ia menggelengkan kepalanya dengan keheranan. "Ze Yizhou? Zen Yize Xuan Alvarez? Mereka adalah orang yang sama" Ia membandingkan satu sama lainnya dengan raut datar.

"Namun, kenapa diantara mereka tidak ada yang tahu bahwa mereka orang yang sama? Atau tidak mau ambil pusing?" Renungnya, Lagi-lagi keningnya mengerut dengan halus membentuk lipatan-lipatan kecil disana.

"Entah mereka bodoh atau tidak mau ambil resiko. Aku tidak tahu, yang jelas mereka sangat menikmati apa yang dilakukan pria itu pada mereka" Sambungnya sembari melemparkan kedua kartu Identitas tersebut, kedalam kolong lemari kecil tempat Ia menyimpan beberapa buku tugas kuliahnya. Kolongnya yang sempit dan lemari itu berada dipojok, sehingga tidak memungkinkan orang mengira disana terdapat sesuatu yang berharga.

Dia terdiam, saat melihat masih ada satu barang yang belum dia simpan. Matanya yang jernih, kembali menelisik sudut ruangan kamarnya. Namun, Ia hanya menggeleng lalu keluar dari kamarnya dengan dompet milik Zen Yize masih dalam genggamannya.

Matanya langsung berbinar, saat matanya mengarah kedekat pintu masuk. Tidak jauh dari sana terdapat rak sepatu dan disana sekitar 10 pasangan sepatu tersusun dengan rapi. Ia berjalan kesana dan dengan tidak perduli Ia memasukan dompet tersebut kedalam salah satu sepatu sneakersnya.

"Siapa tahu ada orang iseng yang beruntung menemukannya" Serunya tak perduli, lalu kembali kekamarnya. Sesuatu yang mungkin dimata orang lain fasilitas adalah hal yang sangat berharga dalam hidup mereka. Tapi, tidak sedikit orang juga yang menganggap fasilitas tidak jauh berharga dari kebebasan, keamanan, kenyamanan dan kebahagiaan. Begitu juga dimata gadis ini, fasilitas dimatanya tidak terlalu berharga dalam hidupnya. Makanya, dia menyimpan semua barang Zen Yize yang didalamnya terdapat uang dengan nominal tak terhitung di tempat sembarangan.

Ia pergi kekamarnya—Mandi, lalu kembali tidur setelah meminum ½ kaplet pil obat tidur. Walaupun, Ia hanya meminum setengah kaplet obatnya, tapi itu membuatnya tidur nyeyak hingga dirinya bangun kesiangan dan membolos tidak masuk kuliah.

🌺🌺🌺

Sementara Qyieshi Zean, di Apartemen mewahnya. Saat ini tengah kedatangan kakeknya. Tuan Besar Wang Bay, usianya sudah lebih dari 70 tahun. Istrinya, sudah meninggal 5 tahun yang lalu. Tapi, Ia memutuskan untuk tidak menikah lagi.

Kakek Wang memiliki 1 orang putri dan 2 orang putra. Anak pertamanya seorang putri, yang bernama Lenkan Jhi Wang Bay. Kedua adalah Ayah Qyieshi — Wang Bay Saojie dan putra bungsunya adalah Wang Bay Jhin Han.

Wang Bay Jhin Han, dia adalah seorang duda keren dengan satu orang putri. Jhuin Than Wang Bay Syu, itu nama putrinya yang baru berusia 3 tahun jalan. Sedangkan, dirinya baru berusia 28 tahun 3 bulan.

Gadis cantik yang sangat manis itu, harus hidup tanpa seorang ibu, sejak Ia lahir kedunia. Ibunya yang bernama Tharan Shi, meninggal saat melahirkan putrinya itu. Sehingga nama, gadis yang baru menginjak 3 tahun itu diambil dari nama ibunya dan Jhin Han. Jhuin diambil dari Jhin, sedangkan Than diambil dari Tharan.

Mungkin kalian heran, kenapa diakhiran nama marganya terdapat Syu, itu sebagai simbol bahwa dia adalah cucu dari Keluarga Wang Bay dan ayah mereka yang menjadi putra Wang Baynya.

"Qyies Qyies, bagaimana kuliahmu?" Tanya kakek Wang dengan nada khasnya, membuka pembicaraan. Setelah beberapa saat, Ia datang Cucunya itu tak kunjung angkat bicara. Cucu tampannya, masih betah menonton acara televisi yang sedang tayang saat itu.

"Baik, jadi apa yang membawa Kakek kemari?" Respon Qyieshi Zean, sembari mengalihkan pandangannya pada kakeknya saat bertanya.

Kakek Wang Langsung tertawa renyah, saat cucunya melontarkan pertanyaan itu. "Haha anak bodoh aku kemari karena sangat merindukanmu. Sudah agak lama kita tidak bertemu"

Hal itu, membuat Qyieshi yakin kakeknya datang bukan hanya untuk sekedar datang. "Ya, aku senang akan hal itu." Tanggap Qyieshi dengan anggukan kecil "Tapi, instingku mengatakan kakek datang kemari tidak sesederhana itu" Sambungnya kemudian, dengan nada tidak menutupi rasa curiganya.

Kakek Wang lagi-lagi tertawa, mendengar perkataan cucunya yang bisa dikatakan itu sindiran dan pemuda tampan itu sama sekali tidak menutupi rasa curiganya "Hahah, instingmu memang selalu benar." Sejenak, Ia diam sebelum melanjutkan dengan serius "Aku kemari untuk memintamu, datang ke acara makan malam keluarga Rathore untuk memwakiliku" Itu bukan permintaan, tapi perintah. Namun, tidak tahu Qyieshi Zean akan menurutinya atau tidak.

"Bukan untuk berkenalan dengan putrinya kan? Kalandira Rathore?" Tebak Qyieshi Zean dengan nada datar yang jelas, Ia tahu sendiri tebakannya itu tidak akan meleset.

Kakek Wang lagi-lagi harus tertawa, menanggapi tebakan cucunya itu yang selalu tepat. "Hahhah, tebakanmu benar lagi. Dia cantik, dan usianya 1 tahun lebih muda darimu" Katanya dengan riang, tapi dibalik riangnya itu tersirat raut khawatir. Ia tahu, cucunya ini pasti akan menolaknya.

Qyieshi Zean mengangguk kecil, seolah Ia akan setuju. Tapi, saat Ia buka suara jawabannya tidak sesuai dugaan "Kenapa bukan Paman Jhin Han saja? Juju sangat membutuhkan sosok seorang ibu" Qyieshi Zean mengusulkan, Ia menatap kakeknya dengan senyuman ramah, alisnya yang membentang indah seperti pegunungan sedikit mencuat keatas. Ia memang tidak menolaknya secara langsung. Tapi, orang bodohpun tahu kalau dia menolaknya.

"Usianya terlalu muda, dia lebih cocok denganmu" Respon Kakek Wang dengan pasti, Ia menolak usul Qyieshi Zean tanpa berbelit. Sampai saat ini, dia masih bersabar menghadapi cucunya ini. Tapi, tidak tahu kapan Amarahnya akan meledak.

Qyieshi Zean tidak langsung menjawab, Ia hanya mengukir senyuman simpul. Sebelum, menjawabnya dengan serius "Tapi, bagiku dia tidak cocok. Aku sudah menjatuhkan pilihanku pada Satu Orang Gadis" Qyieshi Zean sedikit menekankan tiga kalimat terakhirnya.

Kakek Wang, menghela nafas lalu berkata dengan sedikit penekanan. Ia tidak suka dibantah, itu sudah menjadi darah dagingnya. "Kamu temui saja dulu, acaranya malam minggu"

"Maaf kakek, Malam minggu adalah jadwalku jaga dirumah sakit" Kata Qyieshi Zean, tidak bisa diganggu gugat.

"Kamu bisa menggantinya untuk malam minggu, dengan malam ini dan kamu bisa pergi besok malam minggunya ke kediaman Rathore" Kakek Wang kembali membujuknya. Walaupun, dia sudah agak marah. Tapi, Ia tetap berusaha menahannya.

"Waktu jagaku 2 malam dalam satu minggu kakek, malam sabtu dan minggu. Malam senin s/d Kamis jadwalku untuk bimbingan skripsi dan seminar. Malam jum'at jadwalku untuk mengecek restoran" Tutur Qyieshi menjelaskan jadwal malamnya dengan sebuah senyuman kemenangan yang tersembunyi.

Kakek Wang yang merasa dari tadi terus dipermainkan oleh cucunya, tak bisa lagi bersabar. Dengan sedikit mengeluarkan suara marahnya, Ia menghentakan kaki tongkat campuran emas dan berlian itu kelantai "Kau! Berani menentangku?" Kata Kakek Wang sembari melototi cucunya itu dengan marah. Ia adalah orang anti dibantah dan selama hidupnya tidak ada orang yang berani membantah perintahnya. Namun, bagi pemuda ini adalah pengecualiannya. Bahkan, Kakek Wang sendiri tidak bisa langsung berteriak saat beberapa kali Pemuda ini menolaknya.

"Tentu tidak, kakek." Jawab Qyieshi dengan gelengan lalu menambahkan "Pagi sampai sore dari senin s/d jum'at kan kakek tahu aku harus kuliah. Sabtu minggu, harus istirahat setelah jaga malam" Kalimat yang diucapkannya ini, langsung membuat Kakek Wang pergi dengan amarah yang sudah memuncak. Sehingga, dia tidak lagi berkata apa-apa. Ini adalah caranya, menghadapi pemuda ini. Karena, selain pergi dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi.

Mungkin, alasannya karena pemuda ini berbeda dari putra-putra dan putri serta cucu-cucunya yang lain. Sehingga, dia tidak bisa melakukan hal sesuai kehendaknya dengan cepat. Ia hanya bisa melakukannya secara perlahan lahan dan memberinya balasan. Anggap saja, mereka seperti tom and Jerry. Akan ada saatnya pembalasan dan penyerangan. Lalu, saling bekerjasama dan menolong satu sama lain dan seterusnya.

"George, ayo pergi" Ujarnya pada Asisten pribadinya, sembari melenggang pergi tanpa pamit pada cucunya itu. Kalau Ia terus berada disini, bisa-bisa Ia langsung serangan jantung karena terus dipermainkan oleh cucunya itu.

"Kakek tidak akan bermalam disini? Mamih dan Papih mungkin sebentar lagi akan pulang" Tanya Qyieshi Zean, saat melihat kakeknya pergi begitu saja.

Kakek Wang yang sudah marah dengan cucunya, sama sekali tidak menoleh ataupun menjawabnya.

"Tuan Muda, Anda kali ini agak keterlaluan. Aku takut, beberapa hari lagi anda akan mendapat balasannya dari Tuan Besar" Kata George sebelum pergi, memberikan peringatan.

"Aku akan menunggunya" Jawab Qyieshi Zean, dengan acuh.

Qyieshi Zean hanya tersenyum kecil, setelah kepergian kakeknya itu. Ada rasa geli dan bersalah bersamaan ketika mengingat raut marah kakeknya.

"Tuan Muda, apa yang dikatakan George memang ada benarnya" Kata Key Milon ikut mengingatkan. Ia sedikit khawatir, kalau Kakek pemuda ini akan berbuat hal yang menekat untuk membalas dendam dan pada akhirnya dia juga yang repot.

"Siapa suruh, kakek membuatku jauh dari peri kecilku?" Jawabnya tanpa bersalah, yang membuat Key Milon diam dengan gelengan.

Setelah kejadian 5 tahun yang lalu, membuat hubungan kakek dan cucu ini sedikit rentang. Dimana kakeknya, membuat dia harus meninggalkan Sheyzean tanpa pamit.

Kakek Wang, menganggap berpacaran diwaktu kecil akan mempengaruhi prestasi cucunya atau mungkin itu hanya alasan klise saja. Supaya terdengar masuk akal.

Saat itu, Kakek Wang mengirimnya ke Jerman dengan beberapa ancaman dan salah satunya dia tidak akan menyetujui hubungannya dengan gadis itu. Namun, nyatanya sampai saat ini kakek tua itu terus berusaha membuatnya menjalin hubungan dengan gadis lain. Kalau saja, pemuda tampan ini tidak teguh dalam pendiriannya mungkin sudah lebih dari 100 kali Ia menjalun hubungan.

Sehingga, dapat dengan mudahnya Ia tadi menebak. Saat, kakeknya mengatakan untuk memawakilinya keacara makan malam bersama keluarga Rathore. Alasan seperti itu, bukan untuk pertama kalinya kakeknya itu ucapkan untuk menjeratnya.

Lama-lama jikalau dia tidak bisa diakali seperti itu, Ia takut kakeknya akan nekat untuk menjebaknya tidur berama perempuan. Maka, karena itulah Ia ingin segera menemukan Shenzan yang mana itu Glerisya.

Dan itu terlalu sulit, untuk menemukannya dalam waktu dekat. Bagaimana tidak sulit? Waktu dia mengenalnya, sosok asli Glerisya. Tapi, dengan nama samaran. Bahkan, gadis itu tidak mengatakan kalau dia adalah putri Shenzhe Yeze, malah mengatakan namanya Shenzean dan itu membuatnya sedikit pusing.

Jalan, satu-satunya dia harus mengecek setiap warga negara didunia ini. Namun, sialnya saat ini kan Glerisya masih berwajah Angelisya. Topeng kulit itu, sudah hampir tidak terlepas dari wajahnya. Mungkin, saat menggantikannya dengan yang baru baru dilepas.