Hirup pikuk suasana yang bercampur didalam suatu ruangan kelas, terlihat banyak ekspresi bahagia di wajah siswa atau siswi yang didampingi orang tuanya. Disuatu sudut pojok kiri ruang kelas, seorang siswa peria yang tampak tak menghiraukan keadaan semarak lingkungan kelas, duduk sendiri memandang luar kelas melalui jendels yang setengah terbuka, tangan kanannya mengayun sedik cepat sebuah pipa kertas berwarna biru kegelapan sedangkan telapak tangan kirinya menahan bagian dagu agar wajahnya dapat leluasa menghadap area luar jendela kelas, sembari sedikit menghembuskan napas.
"hah, kukira semua sudah selesai, kewajiban ku sebagai seorang pelajar sekolah menengah atas, sudah ku selesaikan di tahun ini, menurut ku tak begitu banyak kenangan yang berarti, Pagi ku berangkat sekolah belajar dan menyelesaikan segala macam tugas sekolah seperti seharusnya nya, sore pulang kekosan lalu bersiap lanjut kerja, kupikir selama masa sekolah aku bisa merasakan masa remaja lebih berkesan, aku tidak terlalu berharap bisa menjadi seorang yang diandalkan tapi setidaknya aku bisa menyelesaikan tugas atau masalah yang memang seharusnya harus ku hadapi, namun nyatanya tiga tahun berlalu lempeng - lempeng aja,, biarlah memang kurasa, kehidupan sekolah ku seperti apa yang sudah kakek katakan sebelumnya,, ".
Tak terasa siang hari cepat berlalu, warna biru langit perlahan meredup menjadi orange, matahari telah berganti posisi, hampi sejajar dengan pandangan peria yang memerhatikan luar jendela.
"krukh krukh, wah sudah waktunya pulang perut sudah lapar, sebentar lagi juga harus kerja sambilan, pulang ahh jenuh, laper juga"
Berjalan melewati ruang kelas yang sepertinya sedikit sunyi karna sudah tidak banyak siswa siswi yang berada dikelas mau pun disekolah, melewati pitu kelas lalu berjalan melalui koridor kelas diiringi bias warna jingga ke orange yang menembus melalui beberapa jendala kaca, terus menuju tanga menurun,
Sebelum sempat menuruni tangga terdengar suara gadis remaja sepertinya memanggil nama peria ini,
"Dannn Dan ighniiellss hahh hahh,, tunggu Ighniels" seperti tak mendengar nya karna peria itu sedang asik hanyut dalam fikiranya, gedebug suara pundag Ighniels yang dipukul pipa kertas,
"hoyyy suramm dipanggil gak nengok"
Wajah gadis menoleh terlebih dahulu dari belakang punggu ighniels, sembari diikuti tubuhnya yang sedikit membungkut dengan tangan menyilang di belakang punggung, wajah gadis itu sedikit terlihat jengkel karna mereasa seperti di cueki oleh ighniels. Gadis itu bernama Lucy Ana akrab dipanggil lucy oleh teman sebayanya, namun Ighniels menggapnya seperti singa betina karna gadis ini memiliki stamina yang sangat energik. dimata Ighniels, 'Ana' adalah gadis yang manis rambut hitam panjang diikat ponytail, tubuh proporsional penampilannya feminim dengat gestur pakaian yang terlihat Tomboy, bagi mereka yang belum akrab dengan Lucy, mungkin sifat Lucy sulit diduga namun Ighniels banyak tahu seperti apa sifat lucy, karna Ighniels merasa telah mengenal Lucy jauh sebelum mereka sama-sama masuk di sekolah menengah pertama,
"cih sedikit mendecik bibir lalu dari arah berlawanan dari tempat munculnya Lucy wajah Ighniels perlahan bergerak mehadap lucy yang sudah ada di depannya
"oh Igua Ana, belum pulang"
'Hemb' pipi Lucy mengembang, berdiri tepat didepat Ighniels dengan kedua tangan berada dipinggul, sedikit menurunkan posisi dada yang sebelumnya tegak"
"hoohh,, Suraam, bukanya seneng di panggil Cewe cantik, minta maaf..!!"
Ighniels seperti nya sudah paham maksud Lucy dari tingkah lakunya Ighniels sudah menebak apa maksud yang tersirar dari sifat Lucy.
Ignhiels lebih banyak mengalah terhadap Lucy, terkadang juga Ighniels sering menjahili Lucy.
Sejak awal mereka sama-sama masuk di sekolah menengah atas, entah kenapa Ighniels merasa bahwa Lucy telah banyak membantunya, begitu juga demikian Ighniels banyak membantu Lucy di luar lingkungan kelas karna mungkin mereka sama-sama anak perantauan dari desa,.
"iya maaf nona lucy,"
Ignhiels memukul Lucy 'pluk' suara lembut pukulan pipa kertas mengetuk kepala Lucy.
"lagian lu juga yang jerit-jerit berlari keluar kelas kaya orang ga jelas, gua mau pulang ini juga sudah sore, bukannya lu juga harus kerja"
"Teheee, iya habis lu kalo ga dipanggil gitu, pasti lu nyuekin gua, ngeliet lu pas lewat depan kelas gua sembari ngeluarin hawa kaya mayat hidup gitu, gimana gua gak kesel coba, lu mau balik tah, bareng nyok, gua juga mau balik"
"hembb, gua mau nyari makan dulu sebelum balik"
"oh ya bagus, sekalian buat permintaan maaf karna tadi lu udah ngatain gua sama mukul gua, pokoknya lu beliin gua Ice Criem di minimarket"
"hoyy hoyy apa pula itu"
"ya udah sih itung-itung karna gua udah nemenin lu pulang"
"bukannya arah jalan pulang ke kosan kita sama"
"heehhh cuma Ice cream doang toh ini juga tanggal muda yakan, sekalian juga buat ngerayayin kelulusan"
"haa iya deh yang penting lu ga banyak tingkah"
Ighniels dan lucy beranjak meninggalkan sekolah, sebelum akhirnya sampai di depan pintu gerbang sekolah, dari pintu keluar gedung sekolah menuju gerbang utama sekolah Ighniels melihat dari kejauhan ada seorang gadis menunggu tepat di depan gerbang sekolah.
Lucy yang sejak tadi dari belakang mengikuti langkah Ighniels sempat melihat kehadiran gadis itu terlihat telapak tangan kanan lucy mengepal diletakan tepat didepan dadanya. Lucy sudah mengenal akrab siapa gadis itu, namun gadis itu tidak terlalu akrab dengan Ighniels di sekolah.
Juga kalau diperhatikan keadaan lingkungan sekolah dengan seksama ini sudah hampir jam empat sore selain guru dan dewan siswa, sudah tidak banyak siswa maupun siswi biasa yang tersisa, karna mungking semua siswa telah pulang bersama keluarganya dengan membawa sertifikat kelulusan.
Sebelum mereka berdua melangkah meninggalkan gedung sekolah Ighniels sempat melirik sedikit kearah lucy, Ighniels melihat wajah lucy yang tampak sedikit gelisah,
"kenapa, lu keliatan geli geli basah ehh gelisah maksud gua"
"hhmmmb 'pluk' dengan pipa kertas yang dipegang tangan kanan lucy lalu memukul kepala ighniels,
posisi Ighniels sedang sedikit membungkuk karna dia lagi mengikat tali sepatu,
Apa apaan sih lu Dan" pipinya mengembung tangannya menyilang lalu dengan cepat wajahnya menoleh tak acuh terhadap sifat Ignhiels,
"sakit uyy,, kenapa sih dari tadi,, sifat lu ini Aneh"
"bodo amat Gua duluan, pokonya gua tunggu di mini market dekat gang kosan".
Dengan cepat langkah kaki lucy meninggalkan Ighniels disaat Ignhiels sedang mengikat tali sepatunya, Setelah selesai mengikat tali sepatu Ighniels sempat melihat lucy yang berlari menuju gerbang sekolah, sesaat Ignhiels melihatnya sepertinya tangan gadis di depan gerbang itu hendak menggapai Lucy namun gadis itu mengurungkan niatnya sesaat setelah tangannya sedikit mengangkat.
Tiba-tiba gadis itu menoleh kearah Ighniels dengan tangan yang kiri yang mengepal didanya gadis itu sedikit melambaikan tanga kananya yang seperti tertuju kearah Ighniels,,
"oohh iya gua kenal gadis itu ternyata 'Nana Mimi' dia adik kelas Lucy kan ngapai dia disitu bukannya ini dah sore,,, biarlah mungkin dia lagi ada perlu, dia juga kan ketua dewan siswa,"
Melanjutkan langkah kaki menuju gerbang sekolah, sesaat sebelum mencapai gerbang Ignhiels tampak melihat kehadiran gadis itu tapi dia cuek aja dengan kehadiran gadis itu, kalau bisa dibilang sifat Ignhiels memang tidak pernah memanggil siapapun walaupun Ighniels mengenalnya, mungkin karna memang Ighniels itu cuek.
Sesaat sebelum melewati gerbang sekolah Nana memanggil Ighniels
"kak Ighniels tunggu,, boleh bicara sebentar"
Tampak sedikit kaget Ignhiels tak menyangka sepertinya yang ditunggu Nana itu dia sendiri
"loh saya, kirain Nana menunggu Lucy, tapi kalau ngobrol sediki lama sih kayanya tidak bisa soalnya sudah mau mendekati jam kerja, saya juga udah janji buat pulang bareng Lucy"
kalau dipikir-pikir udah lama juga lucy ngajak pulang bareng malah biasanya kalaupun ada kesempatan gak sengaja buat pulang bareng dia yang malah nyuekin gua terus pulang duluan, memang gitu sifatnya kalau lagi ada maunya, mungkin karna tanggl muda apa mau minta jatah tah tuah anak (jatah yang dimaksud ditraktir makan, maklum anak kosan)'.
"iya ga papa cuma sebentar saja kok, kebetulan Nana juga sudah mau pulang, jadi kak kalau gitu boleh gak Nana pang bareng kak ighniels"
Sembari mengepalkan tangan didada terkadang Nana sesekali membenarkan posisi kacamata nya,
Sedikit terkejut, Ighniels tak menyangka Nana mau pulang bareng dengannya, iyah sepengetahuan Ighniels, memang arah jalan rumah Nana tak jauh beda dengan Ighniels, hanya berbeda gang saja.
"yah kalau bagi Nana tak jadi masalah, tak apa kita pulang bareng, tapi aku sudah janji pulang bareng Lucy, nah dia kok malah pergi begitu saja, ngomong-nomong memang kamu dan Lucy ada masalah tah,,??
Sembari beranjak meninggalkan gedung sekolah Nana dan Ighniels pulang bareng,
"masalah,,,??? Tidak ada kok, hubungan ku dan kak Lucy baik-baik saja, lagi pula kita memang sering pulang bareng, tapi mungkin karna belakangan ini aku disibukan dengan tugas dewan osis dan kak lucy sibuk dengan ujiannya, jadi semenjak ujian akhir semester kakak kelas tiga kami jadi jarang pulang bareng, tapi bener kok kami tidak punya masalah"
"hemb", dalam hati Ighniels ; 'yah belakangan ini semenjak memasuki ujian akhir semester Lucy sedikit mendekat, sering ngajak belajar bareng di perpustakaan sekolah, malah terkadang saat hari libur Lucy selalu mampir ke kosan menyibukkan ku buat belajar bareng di perpustakaan kota, walaupun terkadang juga dia tak segan membangunkan ku saat lagi asiknya rebahan waktu libur kerja ataupun sekolah, yah walaupun begitu, aku rasa Lucy mengkhawatirkan nilai akademis ku yang bisa dibilang hampir pas-pasan, kalau tidak karna dukungan Lucy yang terus ngajakin belajar bareng, mungkin aku tidak akan bisa lulus ujian dengan mudah, yah ada baiknya aku turuti saja apa permintaannya, itung-itung sebagai ucapan terima kasih, pantas saja hari ini dia begitu semangatnya mengajakku pulang bareng"
Sesaat sedang melamun dalam pikiran, membayangkan alasan kenapa Lucy membantu Ighniels.
"kak,, kak Ighniels,," pluk tas melayang tepat menghantam bawah punggung Ighniels.
"aww,," Ighniels sedikit terkejut walaupun pukulan tas Nana tidak terasa sakit, Ighniels menoleh kearah Nina.
Sinar mentari orange disore hari terpantul tepat diatas sungai, jalan setapak yang mereka lalui merupakan tempat berkesan bagi Nina, walaupun Ighniels tau sejarah apa yang terjadi di tempat ini bagi mereka berdua.
Nina menghentikan langkahnya, badanya tepat mengarah ke sungai, semenjak terlihat wajah Nina sedikit merah merona,, androk pajang sedikit melebihi lutut berkibar sesaat tertepa hembusan angin, diiringi rambut hitam yang seolah menari mengikuti arah angin,
"kak inget gak, waktu malam itu kak Ighniels nyelamatin Nina yang hampir di keroyok preman di dekat bawah jembatan sana".
"oh iya,, waktu malam itu kalau tidak salah ada sekitar 6 pria mabuk yang datang menghampirimu, aku kira wanita yang di kerubungi pria mabuk itu siapa, ternyata Nina. Lagi pula itu juga sudah hampir tengah malam entah kenapa kamu bisa ada disitu, juga waktu itu kita belum terlalu kenal dekat, aku hanya tau gadis itu 'kamu' sering ngobrol dengan Lucy saat di sekolah"
"iyahh aku belum menjelaskan kejadian kenapa aku bisa berada di dekat bawah jembatan ke kak Ighniels, karna aku merasa takut mau diapa-apain, saat itu juga aku lagi depresi ada masalah di kampung, tapi aku sangat bersyukur dan berterima kasih atas bantuan kak Ighniels".
Dengan rambut yang terus melambai sembari di terpa angin, terlihat waja Nina yang tersenyum manis mengingat aksi heroik karna telah diselamatkan Ighniels waktu malam itu,
"kamu juga aneh, seharusnya kamu menjerit atau berlari, kenapa kamu diam saja saat itu". Tidak habis fikir mungkin Ighniels merada kalau Nina sedang ada masalah, karna waktu itu ekspresi Nina terlihat sangatlah putus asa.
Tanpa sadar Nina lantas mendekatkan tubuhnya kearas Ighniels mungkin hanya tersisa jarak kurang lebih 10cm antara mereka,, wajah nina hampir dekat dengan Ighniels, matanya bulat menatap lurus kearah Ighniels, sedikit megangkat kepalanya mungkir karna Ighniels sedikit tinggi dari Ighniels, tapi kalau dilihat dari segi tinggi anak remaja, mereka berdua memiliki tinggi yang proporsional, malahan Ighniels memiliki tinggi hampir 170cm.
"kak,,, sebenarnya semenjak waktu itu kak Ighniels nyelamatin Nina, Nina sering memperhatikan kak Ighniels juga".
wajah Nina terlihat malu-malu, pipinya merona, mataya berkilauan, sore hari di sepanjang tapak jalan tepi sungai ini terasa sunyi,
'wah wah, sontak detak jantung Ighniels berdegup kencang setelah melihat ekpresi Nina' dalam hati Ighniels "Cocotee,,, manis banget nih anak, memang bener sih sehabis aksi penyelamata heroik gua ke waktu itu Nina akhir-akhir ini sering deket kadang tiap berpapasan di waktu sekolah Nina selalu ngasih senyum manis malu-malu, gua kadang sempet mikir,, Napa nih anak,, oh ternyata mungkinkah,, sek sekk santuiii, gua rasa memang terkadang gua sempet denger gosip kalu beberapa temen perempuan dikelas gua juga sering ngegosipin tampang gua kata mereka sih, "katanya loh" lumayan genteng, tapi mungkin karna sifat gua nya cuek ke lingkungan, mangkanya gua rasa gua memang tidak terlalu peka atau mau perduli sama urusan asrama,, eh asmara.
Tapi masa iya si, bisa dibilang Nina itu Salah madona seoklah loh di bawah Lucy, dia ini kan gadis populer.
Sembari memegang dagunya denang sembari menutup matanya Ighniels hanyut dalam fikiran sendiri,,
Pluk sekali lagi suara tas yang menghantam paha kiri Ighniels,
"kak, kebiasaan nyuekin orang tuh hak kamu, tapi gak gini juga sih caranya".
Pipi Nina mengembut wajahnya yang tadi tersenyum berubah jadi cemberut,
"ohh maaf kebiasaan,, hehe, wahh".
Tanpa sadar jari Ighniels menekan salah satu pipi Nina yang mengembung.
"Nahh hah" Nina terkejut sontak memundurkan beberapa langkah kakinya kebelakang sembari memegang pipinya, tiba-tiba tubuh nina melayang jatuh, karna nina berdiri tepat dipinggir tebing sungai yang sedikit miring.
"hoii bahayaaa"
dengan sigap Ighniels merangkul punggung Nina mereka pun jatuh berguling diatas tanah rumput miring lalu berguling beberapa saat, tanpa sadar nina sudah jatuh berada diatas pelukan Ighniels, Ighniels membuka matanya.
"hoyy ceroboh banget lu ini, aduhh,, lihat-lihat tempat dong,,"
Sesaat setelah membuka mata, Ighniels bermaksud mengakat tubuh nina yang berada diatasnya, tapi seketika itu Nina merangkul memeluk Ighniels seolah tidak mau lepas darinya, detak jantung nina begitu terasa di dada Ighniels,
"nina oii bangun,,," 'anjayy nih cewek masa sih dia bener tah suka ma gua' tiba-tiba detak jantung Ighniels juga terasa begitu cepat, sembari perlahan menoba mengangkat tubuhnya, Ighniels coba perlahan melepaskan Nina yang terdiam hanya memeluk Ighniels semenjak jatuh dari atas tadi.
Tiba-tiba di balik baju Ighniels tersa hawa hangat lalu berubah menjadi rasa basah, terasa persis seperti kulit yang menyentuh air, perasaan itu berasal dari kalung batu pipih berwarna putih, diambilnya kalung yang menggantung di leher Ighniels, perlahan kalung itu memancarkan cahaya redup kebiruan,
Saat itu Nina sadar, matanya terbuka tepat melihat kearah kalung putih itu yang perlahan memancarkan warna biru di tengah-tengahnya.
"kalung apa itu kak, ada warna cerah biru ditengahnya" setelah itu, perlahan kesadaran Nina memudar, "kepalaku pusing" lalu Nina pingsan saat itu pula.
"serius, benarkah Nina gadis itu, yang benar saja"
"heii Nina sadar lah,, Nina Nina,,,".
Ighniels sedikit panik lantas ia lalu menggendong Nina di punggungnya lalu melanjutkan langkah menuju tempat dimana mungkin Lucy sudah lama sedang menunggu mereka. Beberapa saat setelah Ighniels melewati jalan setapak di pinggir sungai, terlihat Lucy berdiri menunggu di dekat minimarket, sontak lucy kaget setelah melihat nina yang sedang pingsan di gendong Ighniels, Lucy pun berlari kearah mereka berdua dengan wajah cemas,
"Dan, kenap dengan Nina, apa yang terjadi,, Nina,, Nina".
"Tenanglah dia hanya pingsan karna tadi dia sempat terpelesat di pinggir bukit, untug saja aku sempat menggapai dan memyelamatkannya, mungkin dia syok sesaat lalu pingsan".
"Haduhh kenapa bisa sihh, Dan pasti kamu yang salah, Nina gak mungkin seceroboh itu orangnya".
"yahh yahh maaf tadi aku sedikit mengganggunya, tunggu disini aku mau beli minuman dulu di dalam, jaga Nina siapa tau dia nanti siuman".
"wuihh lu ini Dan".
Ighniels menyerahkan Nina untuk dijaga lucy, lalu Ighniels masuk kedalam minimarket untuk membeli beberapa minuman,
Sesaat memilih minuman Ighniels memikirkan kembali kejadiaan sesaat sebelum Nina pingsan.
"waduhh beneran nih Batu Nur sempat bercahaya biru, dia bereaksi sesaat Nina berada dipelukanku tadi, apa benar Nina juga adalah salah satu gadis yang sudah di takdirkan oleh kakek Noir. ahh masalah itu bisa dipastikan lagi nanti, sekarang yang jelas keadaan Nina yang lebih penting".
Setelah membeli minuman lalu Ighniels keluar dari dalam minimarket, dipintu masuk minimarket Ighniels melihat Nina sudah siuaman, Nina dan Lucy sedang ngobrol, wajah lucy yang terlihat serius dan khawatir menghadap berlawanan dengan wajah Nina yang setengah sadar, mereka berdoa terlihat sangat akrab duduk di kursi santai yang di sediakan minimarket.
Ighniels berjalan membawa dua botol minuman sportdrink kearah mereka berdua, sesaat melangkah mendekati mereka, terdengar suara mereka berdua yang sedang ngobrol.
Lucy ; "lain kali hati-hati dong, kamu juga seharusnya tau keadaan tempatnya, tidak biasanya kamu ini teledor Nina, kalau tidak ada Ighniels yang menangkapmu, ntah gimana nasib kamu,, terus gimana,, rencana kita,tadi sudah kamu bilang belum ke Ighniels, soal itu".
Nina ; "iya habis aku kaget pas kak Ighniels tiba-tiba nyetuh pipi aku, aku jadi kaget, maaf, soal itu aku belum bilang, tapi padahal tadi aku rasa momennya sudah pas, ehh kak Ighniels malah ngagetin".
Ighniels,, tanpa mereka sadar sudah berada tepat di depat mereka,
"soal apa, emang ada hal lain yang mau dibicarakan Sama Nina ke saya yah,, ini Nina minum lah Dulu".
Nina; "ehhh kakk Ighniels sejak kapan, ohh iya terimakasih" sembari minum Nina memalingkan wajahnya dari hadapan Ighniels sempat terlihat wajahnya nina sedikit merah padam,,
Ighniels pun memiringkan kepalanya karna bingung maksud ucapan mereka berdua, sembari membuka tutup botol minuman sportdrink, Ighniels lalu meneguk minuman itu beberapa saat kemudian,, pukk kaki Ighniels di tendang Lucy,
Wajah Lucy terlihat kesal,
Lucy; "hoyy minum buat gua mana, trus Ice cream buat gua mana,,".
Wajahnya cemberut kedua tangannya dia atas pinggang"
"sakit coeg, gile lu ndro, badan gua masih pegel-pegel tadi guling-gulingan jatuh dari bukit,, bisa remuk nih kaki kalo yang nendang atlet lari., gua lupa, nih minum aja dulu, ntar gua beliin lagi, lagian gua juga tadi kepikiran soal keadaan Nina mana sempet gua mikirin android minta Ice cream,".
"woahh,, pipi Lucy membulat wajah Lucy memerah, sesaat disodorkan botol minum bekas diteguk Ighniels, Lucy pun memalingkan wajahnya karan mungkin Dia malu memperlihatkan wajahnya, beberapa detik kemudia, Lucy kembali menatap Ighniels dengan posisi tangan tak brubah namun seditik mendukan tubuhnya sembari melihat kearah botol minum yang di acungkan Ighniels kearah Lucy.
Seakan kehabisan kata-kata, sebenarnya lucy mau-mau saja minum itu, tapi dia sadar ada Nina disisinya,
"si anying lu ngasih gua sisaan," matanya lucy tajam melirik kearah mata Ighniels, seoalah menandakan jelas Lucy mau yang baru.
"iya iya bentar gua beliin Nona Ana" dengan wajah sedikit kesal Ighniels menaruh Botol minum diatas meja lalu berjalan menuju kedalam minimarket.
Nina"wahh kalia berdua sangat akrab yah hihihi," wajah nina sudah baikan, senyum tipis diringi suara tawa kecil yang ditutupi telapak tangan yang bertepuk tipis didepan bibirnya,,
Lucy" Nina,,,, kamu belum mengucap sedikit pun soal itu ke Ighniels yah".
mungkin yang di maksud Lucy soal Nina yang ingin menyatakan perasaan kepada Ighniels.
Nina"yah aku belum sempat bilang ke kak Ighniels, padah tadi momennya kurasa pas aku udah mau mulai bicara, tapi tiba-tiba aku liet mata kak Ighniels dia sedang sibuk ma fikirannya,, pas aku panggil dia gak denger yah aku kesel aku pukul dia make tas eh dia malah noel pipi aku,, terus aku kagetlah sampe mundur, lalu jatuh, saat sadar aku sudah disini.
Lucy" cieh memang gitu sih sifat Ighniels kadang itu yang buat gua kesel, dia tiba-tiba ngelamun tiba-tiba abis itu pergerakannya juga ga ketauan tiba-tiba cuek tapi dia juga perhatian,
Nina " iya iya benertuh kata kak Lucy, hihi kalau udah ngomongin tingkah laku kak Ighniels memang ga ngebosenin tiba-tiba cuek tapi perhatian, tiba-tiba hilang tapi muncul bisa diandelin pas saat penting".
Nina lagi-lagi tersenyum tipis dengan tawa ringan sembari menepuk kecil kedua telapak tangan di depan kedua bibirnya, sifat nina saat berada di depan Lucy sangat manja, berbeda jauh saat Nina berada di sekolah Nina terlihat berwibawa, karismanya sangat terpancar saat dia bertugas sebagai ketua dewan siswa, entah kenapa Lucy merahan heran, bagai mana bisa gadis manja ini menunjukan sifat manjanya hanya didepan Lucy saja, apa mungkin karna Lucy sudah mengenal Nina sejak masa sekolah Dini.
Mereka berdua sedang asyiknya ngobrol seru tanpa sadat sedari tadi Ighniels sudah nongkrong di belakan Nina semabari makan ice cream.
"humuu humuu,, nyam nyam, gua gak nyangka nina punya sifat feminim semanis ini,, lu liet kan tadi lucy, cakep banget dah nih gadis apa lagi pas dia ketawa kecil, coba lucy kalau lu bertingkah imut gitu Gua yakin lu juga pasti gak kalah manis, yah berhubung tapi berhung yahh gimana yah ngebayanginnya galaknya lu disaat harus bersifat manja manja, nih Es cream fanila kesukaan lu kan".
Nina : "kak ighniels sejak kapan distu ehhh ehhh".
Nina tersipu malu, pipinya merah merona sembari menunduk menjauhi wajahnya dari padangan Ighniels,
Begitu pula Lucy wajahnya merah tapi buka karna malu manja melainkan kesel ngambek ma ucapan Ighniels
"dannnn,,,, suara kesal diikuti pipi yang mengembung, tangannya menutupi wajah lucy, matanya berkaca-kaca seolah mau menangis, entah karna ucapanya dari Ighniels dianggap Lucy seperti suatu pujian juga ejekan, secara tidak langsung membuat Lucy sedikit menangis entah karna bahagi atau kecewa, Lucy juga bingung sendiri sama perasaannya.
Nina"kak lucy sudah sudah, memang bener yang kak Lucy bilang kak Ighniels itu orangnya suram kan,
Lucy"iyah dia itu Begoo jombol suram hiksss" tapi gua Nangis karna Nina udah baik-baik aja kok buakan karna ucapan Ighniels "
Ighniels "woyy apa salah gua lu orang berdua aneh, gua mau pulang, bentar lagi gua mau kerja,, Nina biar gua yang ngater gua takut dia masih belum kuat pulang sendiri".
Luch" hahhh, ya udah gua juga mau kerja, ya udah gua duluan Dan anterin Nina selamat sampe rumah awas aja kalo sampe dia kenap-napa lagi. Nina gua pulang duluan yah,,"sembari berbisik di telinganya nina' ingetnyah, semangat besok ga ada lagi kesempatan' Byee byee".
Sesaat menggelengkan dengan cepat kepalanya sembari diiringi suara 'hempp' bibir Lucy berbetuk ^ dituju kearah Ighniels, Lucy lalu berlari dan menghilang di dalam gang yang tak jauh dari minimarket.
"Uwahhh Tuh gadis sifat tsunderenya kadang bikin gua kesel sendir" walah Es creamnya di bawa semua,,, gila gua beli 5 di embat semua ma Lucy.
Sms masuk di hp Ighniels,
Dari Lucy
"makasih Es creamnya :P"
"hahhh,,sudah lah, mari aku antar Nina pulang".
Sebelum beranjak pergi, Nina dan Ighniels mengambil sampah sampah sisa Es cream dia atas meja, ada satu botol sisa minuman sportdrink terjatuh di bawa kolong meja, sembari memungutnya Ighniels mengira itu minuman miliknya tadi yang ia beli di awal, tanpa fikir panjang sambil berjalan menuju tempat sampah Ighniels lalu menghabiskan minuman tersebut,, di saat itu pula Nina terkejut dan terdiam, Nina melihat bekas tanda merah di bibir botol, nina ingat itu botol miliknya yang dia minum sesaat setelah dia siuaman,
Nina " kak kakk Ighniels itu minuman Nina" nina sadar dari warna lipstik merah yang tertinggal di bibir botol sedangkan kak Lucy telah menghabiskan minumannya Ighniels disaat Ighniels kembali kedalam untuk beli Ice Cream, namu sudah terlambat Ighniels meneguk habis minuman sportdrink itu lalu membuat botolnya di tempat sampah.
Ighniels "paan,,, oh maaf aku gak tau kalo itu punya Nina, Nina mau minuman lagi ya udah tunggu saya belikan yang baru," dengan ekspresi cuek se olah-olah tak jadi masalh, Ighniels menawarkan minuman baru, tapi Nina hanya diam seribua bahasa,,
Sembari memiringkan kepala dan tampak bingung, Ighniels menatap kearah Nina
"hey Nina mau minuman tadi apa rasa yang berbeda"
"hahh hahhh kkkk kakk Ighniels kenapa diminum punya Nina"
"lah yah botol jatoh dibawah kirain punya saya, saya gatau kalau itu punya Nina"
" hahhhh hahh, tapii tappii itukan secara gak langsung"
"apanya yang gak langsung,, emang bisa minum secara gak langsung, Nina hari ini sifat kamu kok terasa aneh, oh iya tadu aku sempet denger pas kamu ngobrol ma Lucy, memamng masih ada yang mau kamu omongin ke saya,,,??
Pipinya mengembung tangangnya kedua tanganya mengepal sembari menatap cemberut kearah wajah Ighniels,
"egak ada.. udah, Nina mau pulang"
"uwahh, Ighniels mendekat sembari jari telunjuk mengacung mengraha kepipi Nina".
"hehgg ma ma maauuu ngapinn kakk".
Nina kaget menutupi pipinya sembari mundur beberapa langkah,
"gemes liet pipi nina" hehehe
"wajah Nina merona, sembari mebenarkan posisi kacama yang sudah benar dari sananya.
"udah lah pulang lah"
Senyum Nina berseri seri, sembari menyudahi kegiatan hari ini, di iringi warna jingga sore hari yang perlahan meredup berganti malam,,