Chereads / Hero of the Light / Chapter 3 - Bab 1.2 : Sebelum datangnya purnama

Chapter 3 - Bab 1.2 : Sebelum datangnya purnama

Nana mimi dan Lucy Ana, mereka berdua adalah sepasang sahabat yang saling mengenal sejak usia dini, bisa dibilang mereka tinggal di tempat yang sama namun setatus Lucy lebih tinggi dari Mimi.

Lucy Ana merupakan anak kedua dari pemilik penginapan besar di desa, sedangkan Nana Mimi merupakan Cucu dari pembantu yang secara turun menurun bekerja melayani keluarga besar pemilik Penginapan SauAna,

Nana sudah tidak memiliki Ibu, ayah Nana merantau jauh ke luar kota beberapa saat semenjak Ibu Nana meninggal saat melahirkan Nana. Nana adalah anak Tunggal dari keluarga neneknya Mimi, sesaat Ibu Nana meninggal Nana sempat dirawat dan dibesarkan bersama Ayah Nana di desa, namun beberapa tahun menjelang sesampai Nana berusia sekitar 7 tahun, saat Nana dirasa sudah cukup bisa mandiri, Ayah Nana pun harus pindah meninggalkan Nana di desa untuk berkerja diluar kota, saat usia 7 tahun itu pula Nana dirawat bersama Neneknya di kediaman keluarga lucy lebih tepatnya membantu Nenek Nana bekerja sebagai pembantu di penginapan SauAna,

Nana terlihat sangat mandiri Nana sangat berbakat dan mampu bersih-bersih, mencuci lalu menyiapkan beberapa kebutuhan yang dirasa cukup Membantu meringankan pekerjaan Nenek Nana,

Saat Nana berusia 8 tahun, Lucy sudah berusia 9 tahun,

Nana juga di berikan perhatian lebih oleh pemilik penginapan bahkan Nana ikut disekolahkan di tempat yang sama dengan Lucy, Walaupun memiliki perbedaan status dan Lucy adalah majikan Nana, namun Lucy tidak menghiraukan itu, Lucy sangat baik dan perhatian terhadap Nana malah Lucy pun menganggap Nana itu sebagai adik kandungnya sendiri,

Pernah suatu ketika saat Lucy dan Nana duduk di bangku Sekolah Dasar, Lucy mendapati suatu kejadian saat telah pulang sekolah, Nana yang sedang menunggu Lucy di dekat gerbang sekolah diganggu teman sekolahnya, beberapa anak laki-laki mengejek dan membuli Nana, Lucy yang melihat dari pintu keluar sekolah lantas berlari menerjang gerombolan anak laki-laki yang mengganggu Nana itu tanpa takut.

lucy sangat menyangi Nana, karna bagi Lucy hanya Nana lah yang mampu menemani dan mengerti keadaan Lucy, sejak aksi heroik Lucy yang melindungi Nana, lucy pun sering dipanggil dengan julukan Singa Betina di sekolah nya, karna sering marah terhadap anak-anak lain yang mengejek-ejek Nana,

Sejak saat itu pula Nana sangat menghormati dan menyangi Lucy.

Semenjak memasuki sekolah menengah pertama, Lucy di pindahkan ke kota untuk mengenyam pendidikan lebih layak di kota, pada saat itu pula Nana dan lucy sempat berpisah, namun sesekali Lucy pulang ke desa saat waktu libur sekolah tiba.

Saat memasuki Sekolah menengah atas lucy tetap tinggal di kota, tanpa sepengetahuan Lucy saat Lucy kelas 2 Nana ternyata masuk di sekolah yang sama, saat itu pula mereka sangat dekat bahkan Lucy memberanikan diri untuk ngekost hanya demi tinggal didekat kosan yang sama dengan Nana,

**** ***** *****

Sesampainya di depan pintu kosan, Ighniels yang telah mengantarkan Nana pulang lantas mengucapkan pamit karna Ingin pulang untuk lanjut berkerja di Shift malam

"yah kalau begitu sampai nanti lagi yah, saya mau pulang sudah waktunya buat siap-siap kerja"

"yahh udah deh,, kalau gitu terima kasih yah kak udah mau nganterin Nana pulang, oh iyaa tunggu bentar kak"

Sembari buru-buru masuk kedalam kosan nana kembali keluar sembari membawa beberapa bingkisan yang berupa dua Kotak kue Tart ukuran sedang dan tak terlalu kecil,

"emm ini kue buatan Nana sebagai ucapan selamat atas kelulusan kak Ighniels dan kak Lucy, inget yah kak, yang bungkus biru buat kak Ighniels nah yang merah buat kak Lucy,

Pokoknya jangan sampe tertukar, yang merah itu buat kak Lucy"

"wuahhh makasih banyak nih Nana, kebetulan aku juga sudah lapar"

Diangkatnya tas pelastik berwarna biru di intipnya isi didalam tas namun dengan sigap nana mencegah Ighniels yang mengintip isi dari dalam kantong palstik biru

"ehhh nanti aja kalo udah sampe kosan kak Ighniels boleh liet apa isinya, sudahlah aku mau masuk sudah sore juga mau mandi"

"ehh kenapa harus sampe kosan dulu, umbb kue ini pasti enak banget dari aromanya aja tercium mantap, ya udah sekali lagi makasi banyak yah Nina atas kue nya"

"awas yah kalo dibuka sebelum sampe kosan, awas jangn sampe tertukar, yang biru punya kak Ighniels yang merah punya kak Lucy".

"wahh iyaa siyapp Nona Nana, sekali lagi terima kasih, sampai jumpa besok"

"iya sampai jumpa".

Beranjak pergi meninggalkan depan kosan Nana, Ighniels melangkahkan kaki menuju kosanya yang hanya berjarak satu gang saja dari kosan Nana,

Sebelum Ighniels memasuki lift kosan, handphone Ighniels bergetar, terdapat pesan masuk, pesan itu dikirim oleh Pak Lingsen isi dari pesan itu

"Dan, sesampainya kamu di Cafe datanglah keruanganku ada hal penting yang ingin ku bicarakan mengenai juga mengenai kedua karyawan baru di Cafe, sekiranya kamu sudah mengenal akrab siapa mereka".

Ighniels berfikir bahwa tak ada malasah lain mungkin maksud dari pesan Pak Lingsen baginya adalah hanya sebatas mengenai perkenalan pegawai baru.

sesampainya di depan pintu kosan.

"cekrek cekrek, tangan kanan Ighniels mencoba membuka gagang pintu, namun yang dia dapati pintu kosannya sudah tidak terkunci.

"loh nih pintu bukannya udah gua kunci tadi pagi,,??"

sembari membuka lalu melewati pitu, 'cekrek' suara pelan pintu yang tertutup dan didalamnya Ighniels mendapai sepasang sendal milik Lucy yang tak asing lagi di mata Ighniels.

" buset nih Cewe ga ada rahangnya maen trobos masuk kamar orang, pikir-pikir sejak kapan dia punya kunci kamar gua".

Lalu perlahan Ighniels melangkah kan kaki menujuruang kamar yang tidak terlalu kecil, di dalam kosan nya terdapat satu kamar mandi, dapur mini, dan ranjang ukuran kecil, di tengah ruangan cukup di taruh dua kasur ukuran seorg dewasa, lengkap dengan Tv meja belajar dan lemari pakaian,

Tepat di atas kasur, sudah ada Celana jeans dan kaus wanita beserta dalamannya, disebelah itu terdapan setelan jas seragam pelayan restoran dengan celana dasar hitam dan kemeja putih berompi hitam di dada rompi hitam terdapat pin hitam, di pinggirannya berwarna emas lalu ditengahnya terukir nama Lucy Ana yang berwarna Silver cerah, di dekat seragam itu terdalat sepasang pakaian dalam baru berwarna biru tua.

Dalam hati Ighniels

"gak salah lagi ini pasti Lucy," Ighniels merogoh kantong celana jeans lantas mendapati satu kunci yang mirip kunci kamar yang Ighniels miliki,,

"Bisa kacau privasi peria kalau tiba-tiba gua lagi asik lalu Lucy selonong masuk kamar gua, kan bisa gaswhat/gawat urusan, humuu ". Memegang dagu setelah Ighniels melihat kearah lemari pakaiannya.

Setelah mendapat suatu Ide, Ighniels lantas masuk kedalam lemari sembari membawa seragam dan pakaian Lucy Ighniels hanya menyisahkan kunci kamar dan dalamannya saja, seketika itu lucy keluar dari kamar mandi dengan hanya terbalut handuk putih,,

"Ehh baju sama seragam gua pada kemana,, kok tinggal daleman aja, ini pasti kerjaan Ighniels," sembari bergumam kesal Lucy mengenakan pakaian dalamnya.

Tiba-tiba lucy berjalan kearah lemari baju lalu membuka lemari dengan paksa,

"Daaann" lucy memerhatikan dengan seksama bahwa tidak ada Ighniels di dalam lemari, lalu lucy menunduk kebawah kasur di situ juga tidak ada siapa-siapa,

"cihh,,, nih anak,, apa dia ada di luar"

lucy melangkahkan kaki menuju pintu keluar kamar.

Ighniels yang sudah berdiri tidak jauh dibelakang Lucy.

"wahh sesekali pakai magic tak apa lah, sihir ini sedikit menguras tenaga tapi kalau bisa membuat Lucy sedikit jera apa salahnya, buset pas tadi dia buka pintu, gunung kembar tuh besar juga, lucy juga harum sehabis mandi kerjain lagi lah".

sembari meletakan kue di atas meja dapur, tak sengaja salah satu bungkus kue menyenggol piring.

"krak" suara benturan pelan piring yang tersenggol plastik yang dibawa Ighniels, seketika Lucy yang hendak membuka pintu keluar kamar pun menoleh.

"Dann,,?? Ehh ga ada orang, bungksan apa itu seinget gua tadi ga ada pas gua masuk, tapi tadi ada apa egak yah,? gua gak merhatiin karna buru-buru"

Bungkusan yang dimaksuk yaitu pelastik berwarna merah dan biru yang sudah tergeletak diatas meja dapur,

Denganwajah sedikit bingung lucy pun kembali mebuka pintu luar kamar, lucy nampak kesulitan membukanya, mungkin karna Ighniels yang sebelumnya telah menukarkan kunci itu dengan model kunci yang hampir mirip,,

"ehhh kok ga mau kebuka sihh, rasanya kuncinya ini deh yang gua pake buat buka pintu".

Tiba-tiba "serr serr serr" suara air pancur yang keluar dari dalam kamar mandi,

"Dannn keluarr ga usah isengg lahh".

Lucy melangkah kaki menuju kedalam kamar mandi, sesat sampai didalam kamar mandi yangdia dapati tak ada siapapun selain air yang mancur dari atas sower,

"lohh kok" wajah lucy sudah mulai terlihat takut, "Dan dannn, jangan iseng dong".

kaki Lucy mulai sedikit gemeteran, setelah sower di matikan pelan-pelan lucy melihat keseluruh penjuru ruangan kamar mandi, dengan langkah kaki pelan dan gemetar Lucy berjalan mundur meninggalkan kamar mandi, tanpa lucy sadari tiba-tiba sesosok peria tepat berada disamping pintu keluar kamar mandi, sontak pun Lucy terkejut, lalu jatuh tersungkur dengan pantat terlebih dahulu menyentuh lantai, saat itu pula handuk lucy pun terlepas,

"uwoww" dalam hati Ighniels yang kaget dia menjerit akan pemandangan indah yang disajikan Lucy tapi tidak diiringi dengan wajah Lucy yang kesal dan memerah,

Lucy beranjak berdiri membelakangi Ighniels ia lalu mengenakan handuk seperti bersikap tak ada apa-apa, namun setelah ia selesai memakai handuk,, air mata menetes dari mata Lucy, kedua tangannya mengayun keras bergantian memukul dada Ighniels,

"hikss hiksss tega amat sih luu ma gua, hikss hikss, gua takut bener tadi, lu mah dan hiks hikss".

dalam hati Ighniels.

'waduh nangis nih cewe, kayanya gua udah kelewatan nih'.

"iya maaf maaf gua ga nyangka juga kalo ternya lu bakal sekaget itu,, habis pas gua pulang, tiba-tiba kamar kosan ga kekunci, eh taunya lu lagi mandi, lu juga ga ngasih tau atau kirim pesan kegua sama sekali".

"iya tapi kan ga harus kaya gini juga sihh, semenjak semester akhirkan gua sering kesini bangunin elu, kan lu juga yang ngasih kunci kamar lu kegua".

"wahh yahh gua lupa gua lupaa,, maff maff deh Ana,, sekali lagi gua minta maaf,, Nih nih gua bawa kue Tar Plus Ice Cream golden Vanila kesukaan lu, buat lu nih"

"gua mau kerja" sembari menutupi matanya dengan lengan tangan kanannya, lucy mencoba menghentikan tangisnya, 'kelewatan nih Ighniels'.

Dengan mata yang sedikit memerah, pipinya pun ikut memerah, kedua tangan Lucy mengepal tepat disebelah pinggulnya, Namun saat mendengar kue dan Ice Cream favoritnya, lucy pun kembali sedikit merasa baikan.

"Kue tart beli tah lu,, mana Ice Creamnya"

"pake baju dulu nanti gua kasih"

"Ya udah sana keluar gua mau make baju"

"ehh orang gua mau mandi, bentar lagi mau berangkat kerja, itu kuenya gua taro di atas meja masak, bungkus plastik merah yah,, nah Ice cream nya ada di dalem Kulkas, dah yah gua mau mandi"

Semabri mengusap air mata, wajah Lucy yang semula cemberut perlahan mulai baikan, emang terkadang Ighniels tuh kalau bercanda suka ngebuat Lucy sampe nangis, entah kenapa dari jaman Sekolah menengah pertama dulu, cuma Ighniels yang berani ngejailin Lucy sampai terkadang Lucy nangis, tapi kebanyakan sifat jail Ighniels ditunjukan saat mereka sedang berdua diluar lingkungan sekolah.

Selesai mandi, Ighniels lalu memasak makan malam, disaat itu lucy sudah ganti baju dan duduk nonton Tv di kamar Ighniels, Ighniels berangkat kerja jam setengah tujuh malam dan pulang dan pulang jam 11 malam, seharusnya Ighniels berangkat kerja jam setengah 4 sore, namun karna hari ini hari kelulusan, Ighniels meminta ijin untuk terlambat datang kerja,

Sembari memasak sesekali Ighniels melihat kearah Lucy,

"oi Lucy,,, nasi goreng lu mau pedes apa sedeng"

"embbb sedang aja Dan, jangan dikasih bawang goreng yah"

Sepertinya keadaan lucy sudah baikan nampak tidak terlihat sisa wajah sedihnya yang tadi sempat menangis, walaupun Ighniels tahu masih ada sedikit bekas lebam merah di kantung mata Lucy,,

"nihh nasi goreng lu,, abisin"

"wuihh tumben ada suiran ayamm biasanya pake telor di belah dua, ohhh tanggal muda yah".

"lah ini telur dadarnya di piring gua, pas mantap sama potongan ayam, Haaha"

Sendok lucy dengan cepat meggapai piring Ighniels, namun dengan sigap Ighniels mengelakan piringnya dari sendok Lucy,

"ihh mau telurnyaaa, maruk amat geh luu,, bagii duaaa"

"cihhh iya iya, gilaa Lari kemana Ice cream ma tart tadi"

"hehehe gua simpen lah buat nanti malem"

"terserah ludah, pantes montok tub badan"

"hahaaa kenapa, toh lu juga betah kan deket-deket ma cewe secantik gua hembb,

" iya iyaa gua suka gua seneng,

Lagian kenapa juga lu mandi di kosan gua gak biasanya emang dikosannya lu lagi kemarau tah, nah iya seragam lu hampir mirip dengan seragam cewe di tempat gua kerja, jangan-jangan lu udah mulai kerja di Cafe Soulut tah"

Wajah Lucy sedikit merona sesaat dia memalingkam wajahnya karna merasa tersipu malu atas pengakuan Ighniels yang mungkin Lucy rasa juga bercae

"Pluk pluk" suara kedua tangan Lucy memukul lembut kedua pipinya lalu kembali melanjutkan makam sembari membalas oborolan Ighniels.

"iyah pipa air dikosan gua lagi rusak ibu kosan juga udah bilang dari kemaren,.. Gua keterima di Cafe Soulut mulai besok gua udah mulai kerja tapi malem ini gua masih harus nyesuain diri, gua juga sempet ngomong sama bapak manager kalau Dan Ighniels tuh temen gua sekolah satu tingkatan, lalu manager bilang, gua di suruh dateng kerja nanti sore bareng lu, ohh iya Dan ada 1 lagi karyawan cewe yang di terima, gua yakin Lu juga kenal siapa cewe itu nanti,

"cihh pak Lingsen gampang amat nerima gadis buat jadi karyawan, seinget gua kalo bukan orang yang dia kenal dia ga mau sembarangan nerima karyawan, juga kenapa pak Lingsen nyerahin karyawan baru ke gua, mana lu lagi orangnya, wahh semoga karyawan cewe baru nanti ga ngecewain"

Ditaruhnhya piring ya sudah habis, di letak kan kedua tangan diatas pinggul, sembari membusungkan dada, pipi Lucy pun menggembung.

"weiii emang lu ga suka kalo gua kerja disitu,,, gini - gini penampilan gua udah lebih dari cukup buat disamain dengan pramugari, seharusnya lu bersyukur bisa punya temen kerja secantik guaa".

"mulai kumur-kumur nih anak"

tus, jari Ighniels menyentuh pipi Lucy yang menggembung, lalu membawa kedua piring kotor untuk di taruh di tempat pencucian piring,

"beresin tuh mejamakan",

Ighniels menyipitkan kedua matanya meperhatikan ekspresi Lucy dengan seksama, "pas gua sentuh pipi lu, ekspresi kaget lu mirip banget ma Nina, apa jangan-jangan lu sama Nina itu saudara, ahh tapi sifat lu orang itu kaya air dan api".

"aa aaa aaapaa paan sih lu, maen toel toel," sesaat setelah pipi lucy di sentuh, sembari memegang pipinya, tiba-tiba jantung Lucy berdetak kuat, kaget

"dalam hati lucy, hahh kenapa jantung gua kok deg-deg kan, perasaan dari dulu gua suka ke Ighniels tapi baru kali ini gua ngerasa detak jantung gua kenceng banget,,"

sembari membersihkan meja makan Lucy bergumam sendiri dalam hatinya.

Jam dinding sudah menunjuk ke angka 6, lantas Ighniels dan lucy bersiap berangkat kerja.

Setelah mereka berdua selesai bersiap, juga lucy yang selesai berhias, di depan pintu kamar Ighniels yang hendak mengunci pintu,

"mana kucni yang lu pegang tadi"

Terlihat ekspesi sedikit murung di wajah lucy, sembari merogoh isi tasnya lusy mengambil kuci berwarna silver,

"ini,,,"

mata lucy tak seperti berkaca-kaca. Ighniels mengambil kunci yang diserahkan Lucy lalu menggantinya dengan model yang sama namun pola gerigi yang berbeda, lalu memberikan kunci duplikat kosan tersebut kepada Lucy,

Ighniels menjelaskan kunci yang dipegangnya sudah di tukar dan di berikan ke Lucy.

"nahh ini kunci kamar mandi, tadi pas gua pulang, lu kan lagi mandi, tadinya gua pikir buat ngunci lu di kamar mandi tapi takutnya lu malah histeris yah jadi gua tuker ma kunci kamar yang ada di kantong celana jeans lu".

Lucy tambah cemberut, namun sesaat wajahnya sedikit berseri lalu sambil menoleh ia lalu mengibaskan rambutnya.

Sebelum beranjak pergi, dengan seksama dan memperhatikan penampilan Lucy,,

Dari ujung kaki hingga ujung kepala, sembari memegang dagunya Ighniels memperhatikan dengan teliti penampilan lucy,,

"hembbb kayanya ada sedikit yang kurang,?? Oohhh pantess".

"Apaa sihh, ada yang salah tah"

kedua tangan Lucy mengepal di sebelah androknya,, matanya ditutup sedikit memalingkan wajah yang tersipu malu, dengan tingkah canggung Lucy merasa keheranan.

"Lucyyyyy" sontak Lucy kaget dan posisi tubuhnya kembali tegak

"iyaahh"

"rileks aja,, lu bawa ikat rambut gak, kalau bawa, itu lu pake"

"ya ga usah ngagetin dong".

pipinya kembali cemberut, Lucy mengikat poni tail rambutnya yang hitam panjang

Ighniels pun tersenyum puas

" sipp Cakepp, nah kalo gitu kan tamu mana yang gak bakal bahagia dengan penampilan lu, dah yok berangkat".

Ighniels berjalan terlebih dahulu lalu sembari di iringi langkah Lucy menuju lift gedung kosan, nih kosan dah hampir seperti apartemen lah, di dalam lift karna kosan Ighniels terletak di lantai 4, sesaat Lucy melihat pantulan penampilannya, terlihat penampilan gadis dewasa, sesaat lalu di sanjung Ighniels, seketika itu pula wajah Lucy merah padam, lift pun berhenti pintu lift terbuka Ighniels dan Lucy beranjak pergi dari kosan,

Sesaat melewati ujung gang tampak seorang gadis dengan pakaian yang sama denga Lucy keluar dari dalam mini market sembari memegang minuman kaleng, gadis itu tidak lain lagi adalah Nana,,

Dalam hati Ighniels "sudah ku duga ternyata benar seperti yang diramalkan kakek"

"kak lucy kak Ighniels, mulai hari dan seterusnya mohon kerjasamanya" seru nana saat menghampiri Lucy fan dan Ighniels.

Lucy" Wahh Nana kamu cantik pas banget seragam itu sama kamu".

Nans"kak Lucy juga ga kalah jauh lebih cantik kok".

Ighniels memerhatikan tingkah kedua gadis yang mulai hari ini bekerja dengannya di bawah arahan Ighniels,

"humu humu,, memang benar penampilan lu orang serasi, tapi inget penampilan juga harus diimbangi dengan sekil kerja yang baik"

"Plukk" suara sedikit keras akibat hantaman tangan Lucy memukul dada Ighniels,

"hahaha jangan khawatir kalau masalah skil menghadapi tamu gua ma Nana udah cukup berpengalaman kok, yakan Nana" kata Lucy dengan senyum wajah yang tampak percaya diri,

Nana"mulai hari ini mohon bimbingannya kak Ighniels"

Sembari melanjutkan perjalanan menuju tempat kerja di yang lokasinya tak jauh dari pusat kota, dengan menaiki bus hanya memakan waktu tidak kurang dari 30 menit,

Mereka bertiga mula-mula berjalan kaki bersama meliwati minimarket lalu melewati pinggir sungai, setelah melewati jembatan, tak jauh beberapa langkah dari situ terdapat pemberhentian Bus,, sembari menunggu kedatangan Bus,

Hawa dingin mulai terasa di dekat Ighniels, perasaan tak mengenakan seperti sedang diawasi, pengalaman ini seperti tak asing dan pernah terjadi dulu saat Ighniels masih tinggal di desa, Ighniels tahu betul dari mana asal hawa dingin bercampur kehampaan yang mengawasi nya, dilain sisi Lucy dan Nana seperti tidak merasakan apapu seolah hanya Ighniels lah yang bersikap waspada, ketia Ighniels sedang mengawasa daerah sekitar Halte bus,

Lucy" Ighniels ada apa,, muka lu kok keliatan sedikit tegang"

Ighniels " oh maaf, gak papa, gua cuma mikir keadaan tempat kerja aja, kan yang jaga Cafe cuma Pak Lingsen dan Ibu Meri, karyawan wanita hanya ada Miesta anak gadis pak Lingsen dan Ibu Meri, sejak kemarin Miesta sedang disibukan urusan kuliahnya, jadi mungkin hanya Kita bertiga yang diberikan tanggung jawab penuh untuk mengelola Cafe,

lucy" ohh jadi masib ada karyawan wanita disana, kok gua baru denger ini"

Nana sempat terkejut mengenai penjelasan struktur pegawai kerja cafe, terlebih lagi mengenai Miesta satu-satunya karyawan gadis selama ini kerja bareng Ighniels,

Ighniels "lah mau gimana lagi Cafenya juga tidak terlalu besar"

Bus pun sampai di pemberhentian mereka beranjak masuk kedalam bus, selama perjalanan Ighniels masih bersikap waspa, namun setelah sampai di pemberhentian bus dekat dengan tempat kerja, perasaan Ighniels yang sedang diawasi mulai menghilang, mungkin karna keadaan kota yang masih ramai karna waktu masih belum sampai tengah malam.

Mereka melanjutkan perjalan sesampainya di depan Cafe, terdapat kertas yang bertuliskan tutup menggantung tepat di tengah-tengah pintu masuk Cafe, lantas mereka masuk dari pintu khusus pegawai yang terletak di sebelah cafe,

Sesampainya di dalam Cafe

Ighniels " letakan saja barang bawaan kalian didalam loker itu, kunci lokernya nati ku ambil, oh iya kalian boleh membawa handphone saat bekerja, tapi sebisa mungkin jangan digunakan saat kalian sedang melayani tamu, aku akan menunggu di dalam pitu kedua, pintu pertama adalah ruang istirahat kalian bisa menggunakan ruangan itu untuk beristirahat atau apapun semua kalian, naik keatas tangga adalah ruanga keluarga peribadi milik keluarga Pak Lingsen, terkadang Miesta menginap diatas, aku akan menunggu di pintu kedua itu ruangan meeting, seperti nya pak Lingsen sudah menunggu ku disana, kalau ada sesuatu yang tidak kalian pahammi tanyakan langsung saja".

lucy dan Nana meletakkan barang bawaannya

"baik"

Setelah meletakkan barang bawaan mereka berdua memasuki ruang istirahat,

Ighniels "Tunggu di dalam aku akan menemui pak Lingsen"

Ighniels meninggalkan Lucy dan Nana, lantas mengetuk pintu, sebelahnya,

"masuk lah" saut suara Pak Lingsen dari dalam,

Setelah masuk Ighniels dipersilahkan duduk,

Pak Lingsen" sebelum itu saya ucapkan selamat atas kelulusan mu dan Lucy,.

Mengenai tugas dan pekerjaan mereka aku akan mepercayakanmu untuk sepenuhnya mengajarkan mereka, lalu ada hal lain yang ingin ku sampaikan padamu"

Pak lingseng menyerahkan sebuah kotak kayu berukuran kecil, diatasnya terdapat sepucuk surat,

"ini adalah titipan dari kakekmu, seperti yang kau ketahui aku dan kakekmu sudah saling kenal sejak dulu, kakekmu sudah ku anggap layaknya saudara bagiku, kakekmu juga meminta ku untuk membantumu, bagiku tak jadi masalah karna aku banyak berhutang budi dengan kakekmu, kakekmu sempat menyinggung soal dua orang gadis yang akan sangat berpengaruh dalam kehidupanmu, aku hanya diminta agar kau selalu waspada dan menjaga baik-baik mengenai gadis biru dan merah, juga soal kotak itu kakekmu berpesan agar kau selalu membawa apa yang ada dilamnya, kakekmu mengingatkan agar kau selalu waspada terhadap lingkungan terlebih mengawasi dan meperhatikan dua gadis itu, dan yang terakhir kakekmu berpesan saat nanti besok gerhana bulan, jangan Sedikit pun lengah, itu saja yang ingin kusampaikan, kau boleh berkerja, mungkin malam ini kita akan tutup lebih awal sekitar jam 10 malam, apa ada hal lain yang ingin kau pertanyakan Dan,.

Pak lingseng mengerutkan dahinya tatapan matanya tajam seolah mengisyaratkan banyak perhatian,, Ighniels merasa kali ini pak Lingsen sangat serius, pernah sekali hal ini terjadi tapi itu sudah lama sekali saat Ighniels masij duduk di kelas 2, tak banyak pertanyaan Ighniels memutuskan mengundurkan diri untuk lanjut berkerja,

Ighniels " seperti nya tidak ada yang saya pertanyakan pak, sekali lagi saya ucapkan terima kasih banyak atas ucapan selamat dari anda, juga atas begitu banyak perhatian yang bapak berikan, saya akan berusaha sebaik mungkin menjalankan amanat yang kakek titipkan, sekali lagi saya ucapkan terima kasih banya pak,

Pak Lingsen mengendurkan dahinya lalu menyadarkan punggung nya kebelakang tepat menempel punggung kursi,,

"saya tak menyangkan ternyata kedua gadis itu berasal dari desa yang sama, mereka berdua juga cantik, hahaha kurasa kau harus banyak belajar bertanggung yah dan,, aku rasa tak masalah bagiku untuk mempercayakan Miesta kepadamu, tapi keputusan ada pada mu, heii Dan sifatmu terlalu kaku kalau mengenai wanita seharusnya kau menikmati masa muda, apa lagi kau di anugerah kan dua gadis yang cantik jelita,, hahahahaa"

Seketika itu suasana serius yang tadi mengisi ruangan pecah, Ighniels paham betul bagai mana sifat Pak Lingsen, baginya beliu seperpamanya sendiri Ighniels juga telah mengenal beliu jauh saat Ighniels masih muda

Ighniels " tapi pak mereka berdua memang canti tapi sifatnya sungguh membuat ku lelah"

Pak Lingsen " alah namanya anak muda nikmati saja jalanai saja, selama kau seorang peria yang bertanggung jawab, apapun hasilnya tak jadi masalah,, hhaaahaaa haa huek huk huk,, sial tubuh tua ini sulit dia ajak komproni, kalau begitu aku sudahi meeting kali ini, selamat berkerja,, hukk huk hahhh"

Pak Lingsen terlebih dahulu meninggal kan ruangan, Ighniels berdiri sebelum sempat pak Ighniels meninggalkan ruangan.

"Ighniels" baik pak terimakasih banyak atas kepercayaan nya"

Setelah pak Lingsen meninggalkan kantor, Ighniels mebuka surat yang berada di atas kotak kayi tersebut lalu membacanya dengan seksama.

"

Untuk Dan Ighniels

Dari kake dan nenek Noir

Mohon maaf karna kakek dan nenek belum sempat berkunjung ke tempatmu,, mungkin saat kau membaca surat ini kau sudah lulus sekolah.

Sebelum itu kakek ingin menyampaikan dan memberikan sesuatu kepadamu,,

Dan kau tahu betul mengenai takdirmu, dan jika semua berjalan seperti yang ditakdirnya saat tanggal 22 juni kau akan genap berusia 18 tahun, saat malam itu pula akan terjadi gerhana bulan,

Ingat bahwa aka ada dua gadis, seorang gadis merah pemilik kekuatan api burung Phoenix dan seorang gadis biru pemilik kekuatan air suci Aqua, mereka berdua adalah wadah dari kekuatan batu suci biru dan merah, mereka ditakdirkan untuk berada disampingmu, tanpa ada batu suci Nur milikmu kekuatan mereka pada saat bulan purnama akan memakan tubuh lemah mereka, sebisa mungkin kau harus berada disis mereka untuk menekan dan menyerap kekuatan gadis-gadis itu, saati akan mencapai bulan purnama pergeraka pasukan bayangan kegelapan Kaisar Iblis akan lebih kuat, roh roh jahat yang dikendalikan kaisar Iblis akan datang untuk mencelakai gadis-gadis itu, walau pun kau bisa dengan mudah menanga i roh jahat, tapi tidak dengan gadis itu, kekuatan spirit gadis itu sangat kuat tapi tidak dengan tubub mereka, kakek sangat mengandalkan mu untuk menjaga gadis-gadis itu karena mereka lah yang ditakdirkan kan untuk hidup mendampingi mu,

Satu lagi, kotak kayu itu merupakan bentuk dari kekuatan mu dari dunia cahaya, gunakan selalu batu itu, itu menjaga dirimu dan gadis-gadis itu, kakek akan menunggumu saat waktu yang ditakdirkan telah tiba,

Semoga perlindungan dewa Nur selalu menjagamu disana,

Salam hangat dari kakek dan nenekmu didesa.

"

Ighniels tak menepis soal takdir yang akan di laluinya nanti namun mengenai Lucy dan Nana Ighniels lebih memikirkan apa kah benar mereka berdua berhubungan dengan apa yang di takdir pada hidup Ighniels,

"aahh masalah itu bisa difikirkan nanati, untuk saat ini kakek memintaku untuk lebih ketat menjaga Lucy dan Nana, Bulan purna akan terjadi besok malam, aku harus lebih waspada".

Lalu Ighniels melirik kearah kotak yang berada diatas meja, dia membukanya terdapan batu bulat berwarna putih keristal, yang berukurakn cincin orang dewasa, ditengahnya terdapat ukiran naga emas, sesaat batu itu putih keristal itu diangkat tangan Ighniels, kalung didanya bereaksi hangat, dengan cepat Ighniels melepaskan kalung batu pipih bulat hampir berbentuk keristal, disaat itu pula terjadi reaksi Cahaya di kedu batu tersebuk,,

"wisshhh" kedua batu itu menyatu, tepat di tengah batu kalung Ighniels terdapat ukiran naga, lalu saat itu pula Ighniels melihat ukiran naga itu bersinarkan cahaya emas, "wushh" naga keluar dari dalam batu itu, ukuran naga itu mungkin sebesar kucing liar, naga itu terbang melayang lalu dengan cepat menerobos masuk dada Ighniels, setelah naga itu menghilang kotak kayu menjadi lapuk, perlahan dan ikut menghilang seperti debu yang di hembus angin,, batu di tang Ighniels tidak lagi bercahaya, Ukiran naga emas masi ada ditengahnya, beberapa saat setelah kejadian itu pintu ruangan meeting diketuk,

"Dan mau berapq lama lagi lu di dalem, Cafe udah buka setengah jam yang lalu, lu mau bolos kerja tah" sahut suara Lucy dengan kepala nya yang terlebih dahuli mengintip masuk kedalam,,

Tanpa Ighniels sadar waktu sudah menunjukkan jam setengah 8 malam,,

"oh iya gua bakal turun"

Dengan cepat Ighniels mempersiapkan diri untuk lanjut berkerja, sesampainya diruangan utama cafe sudah ada beberapa pengun jung yang datang, Terlihat Nana yang sedang menerima pesanan dan lucy sibuk mengantarkan pesanan, Pak Lingsen tampak dibelakang meja bar, dengan tenang tangangya sembari meberersihkan gelas, mata Pak Lingsen yang nampak seperti memejam sesekalai melirik kearah Lucy dan Nana, terlihay sedikit senyum puas dan kepala yang sesekali mengaggguk seolah membenarkan sesuatu,,

Ighniels masuk kedalam Bar berdiri tegak di samping Pak lingseng, seorang tamu memesan segelas minuman kepada Ighniels, dengan sigap Ighniels menyiapkan minuman yang dipesan tamu, tampak seperti tidak ada masalah, cafe berjalan dengan semestinya tamu bergantian keluar masuk memesan makanan, Nana dan Lucy bergantian mencatat dan mengantarkan makan, sesekali Ighniels ikut andil mencatat jug mengantarkan makanan, namu Lucy dan Nana menyadari bahwa semua tamu wanita yang dilayani Ighniels itu adalah Wanita sebaya, semua tamu yang dilayani Ighniels selalu memberikan gestur yang menggoda Ighniels.

Waktu pun cepat berlalu, tak terasa sudah jam 9 malam, tamun yang terisia pun tak banyak hanya ada 2 tabel, yang satu tabel sepasang tamu dan satu tabel berisi 4 wanita sebaya, pesanan sudah diantarkan semua bill pun sudah diletakan di masing-masing tabel, menanggapi keadaan ini Pak Lingseng berinsiatif menyurh Ighniels meletakan penanda yang bertuliskan Closing untuk ditaruh tepat di tengah pintu masuk, lalu menyuruh Ighniels meberitahukan kepada tamu yang tersisa bahwa sudah tidak menerima pesanan dikarna kan Cafe aka tutup lebih awal,,

Saat Ighniels menjelaskan kepada salah satu tabel yang berisi wanita sebaya, salah satu tamu wanita itu pun menjawab dengan nada suara mengeluh yang rendah,

Ighniels" nona-nona sekalian, mohon maaf bahwa cafe akan ditutup lebih awal, dan sudah tidak dapat lagi menerima pesanan,

Sembari merendahkan diri dengan lembut Ighniels menyampaikan kan pemberitahuan itu,

Salah satu tamu wanita yang berpakaian kebaya biru modis legkap dengan perhiasan, wajahnya bisa dibilang muda umurnya mungkin masih sekitar 25tahun kebawa, wanita itu menjawab sembari duduk menyilangkan kakinya, badan wanita itu di condongkan kedepan, terlihat belahan dadanya sehingga Ighniels sedikit mengalihkan wajah dari pemandangan itu

Wanita" ehhh kenapa ditutup lebih awal, biasanya jam 11 malam baru tutup, ini masih pagi kenapa buru-buru"

Seketita itu Wanita yang berbicara itu melirik kebelakang Ighniels, tampak seorang gadis muda yang menatap kesal kearahnya, namun wanita itu membalas dengan senyuman seperti merendah " hehh" sesaat wanita melirik gadis yang tak lain itu adalah Lucy,, lantas ia kembali lebih bersiksl agresif kepada Ighniels, tubuh wanita itu sedikit ditegakkan namun dengan dada yang tajam masih measih mebusung ke arah Ighniels,,

Wanita"ohh kalau begitu sehabis tutup cafe apa kamu punya waktu,, kami masih mau lanjut minum-minum, kalau saya tidak salah bukannya kamu baru saja lulus sekolah kan,, itung-itung sebagai acara perayaan kelulusan kamu" wajahnya tampak menggoda memang dilihat dari dekat wanita itu masih sangat muda mungkin dia masih kuliah, karna kebanyakan wanita sebaya di jam segini masih kerja.

Ighniels " wahh terima kasih atas ucapan selamat nya nona"

Wanita " jangan panggil aku nona panggil saja Tiera,, aku ini masih muda loh masih 22 tahun,, teman-teman ku juga pasti senang kalau kamu ikut gabung,, mau yahh" mengedipkan matanya tampak jelas terasa ada perhatian yang menggoda dari Nona Tiera

Ighniels " sekali lagi terima kasih atas ajakan nona Tiera, namun saya tidak bisa ikut bergabung saya masih ada keperluan di rumah, sekali lagi atas ajakan baiknya saya ucapkan terima kasih banyak,".

Nona Tiera"yah kalau untuk hari ini tidak bisa bagaimana kalau di lain waktu" sembari nona Tiera menyerahkan bill pembayaran, jarinya mengelus pelan karna Ighniels menerima langsung bill itu darinya, di atas slip pembayaran terdapat kartu nama nona tiera,

Ighniels sedikit merasa ngilu dalam hatinya"uhh bahaya bahaya godaan duniawi uhh"

Ighniels"terimakasih atas kunjungannya"

Nona tiera mengedipkan mata gestur tanganya seperti gadang telpon diletakkan di dekat kupingnya, bibirnya seperti berbica namun tidak ada suara tapi Ighniels tahu maksudnya "Call me", lantas dengan cepat Ighniels mengundurkan diri dari meja nona tiera, sesaat beberapa langkah kaki dia mendengar suara nona-nona itu yang asik ngo brol sahut sahutan (ehh tiera aku yang membawamu kesini kenapa kamu yang gerak cepat, siapa cepat dia dapat, dia tampan kan namanya Dan Ighniels)

Sembari terus melangkah dengan sedikit percaya diri tanpa sadar Ighniels udah senyum-senyum sendiri, sesaat menyerahkan bill pembayan kepada Pak lingsen Lucy menyahut dengan suara kesal kearah Ighniels

Lucy " dasar buayaa, di goda tante kesenangan,, hummp" wajahnya kesal seperti nya Lucy cemburu, tapi tanggapannya berbeda dengan Nana, malah tatapan dingin Nana terpancar kuat kearah Ighniels, bibir Nana terus mengucapkan kalimat seperti mantra, ada tulisan yang seperti melabung keluar dari dalam mulut Nana,

Nana "mati,mati, mati, mati, mati"

Ighniels yang lantas bingung menanggapi sikap mereka berdua lalu menyerahkan bill kepada Pak lingsen, Pak Lingsen menyahut

"hummuu, masa muda, jangan sampai salah langkah Ighniels hahahahaha"

Ighniels "hahhhh, pada kenapa sih"

Ighniels menghampiri Lucy dan Nana, Sebelum Ighniels sampai Lucy pergi dengan acuhnya, sedangkan Nana seperti mematung tatapan dinginnya tak berkedip tajam kearah Ighniels, seketika itu jari Ighniels menyentuh pipi Nana, Nana pun kaget tersadar

Nana " ehhh ada kak Ighniels"

Ighniels " bantu beres-beres tamu sudah pada pergi"

Mata Nana terpejam dia tersenyum tapi kenap senyuman itu seperti niat ingin membunuh"

Nana "baik kakkk" nada suara lembut tapi bikin takut,

Ighniels kembali ke belakang bar lalu berberes

"pada kenapa sih ni anak"

Pak Lingsen yang beranjak keluar dari bar sambil tertawa

"hahah hahah komedi masa muda" sepertinya pal lingsen merasa puas dengan hanya melihat tingkah laku karyawan mudanya yang masib naif terhadap perasaan mereka masing-masing,

Setelah mereka Selesai beres-beres menutup cafe, mereka diberitahukan bahwa besok cafe tutup dua hari, karna pak Lingseng akan pergi ke luar kota untuk merayakan kelulusan anaknya Miesta yang telah mendapatkan gelar sarjana, setelah itu kamipun di persilahkan pulang ...