Chereads / Jiwa Yang Terlahir Kembali / Chapter 24 - Benih-Benih Cinta

Chapter 24 - Benih-Benih Cinta

Ketika Zhu Haimei sedang membereskan barang dagangannya, tiba-tiba datang seorang anak muda yang membantu Zhu Haimei mengangkat tangki gas. Kemudian ada dua orang yang memanggil anak muda itu, dan ia pun pergi menghampiri mereka. Setelah hampir selesai berkemas, anak muda itu kembali lagi dengan membawakan Zhu haimei beberapa apel. Zhu Haimei menolaknya, tetapi anak muda itu langsung melemparkan apel-apelnya ke dalam baskom yang sudah kosong, lalu pergi melarikan diri.

Zhu Haimei tersenyum melihat tingkah anak muda tersebut. Kemudian ia menarik trolinya dan berbalik untuk pergi. Ketika ia membalikkan badannya, ia melihat Shen Dongyuan yang sedang berdiri di belakang pohon besar.

Shen Dongyuan yang sudah ketahuan, akhirnya tidak bisa bersembunyi lagi. Ia pun keluar dari tempat persembunyiannya dengan malu-malu.

"Sudah berapa lama kamu di sini?" Tanya Zhu Haimei yang menghentikan langkahnya.

Shen Dongyuan justru mengalihkan pembicaraan dengan mengambil trolinya dan berkata, "Aku saja yang menariknya."

Zhu Haimei pun berjalan di samping Shen Dongyuan dalam diam. "Bagaimana kalau kamu pulang saja? Bukankah sore ini kamu masih ada latihan militer?"

"Tidak apa-apa, ada Zhou di sana. Aku telat sedikit tidak masalah. Bukankah kamu demam tadi malam? Kenapa kamu keluar lagi?" Tanya Shen Dongyuan. Meskipun ia baru sebentar menarik troli, tetapi punggungnya sudah basah oleh keringat. Cuaca hari ini memang sangat panas. Shen Dongyuan kemudian melirik Zhu Haimei yang berjalan di sampingnya. Beberapa helai rambut Zhu Haimei tampak keluar dari topinya. Di bagian punggung kemeja berbahan kaos dengan motif bunga yang dikenakannya juga terlihat basah oleh keringat. Mungkin sejak tadi, pakaian yang Zhu Haimei kenakan sudah basah karena keringat, lalu mengering dan basah lagi selama berjualan.

Dengan wajahnya yang terlihat kurang sehat itu, Zhu Haimei lalu menjawab pertanyaan Shen Dongyuan barusan, "Mereka semua sudah terbiasa membeli makananku saat istirahat makan siang. Kalau aku tidak datang, mereka akan terlambat membeli makanan di kantin." Jika ia tidak berjualan, ia harus memberi tahu para pekerja terlebih dahulu agar mereka tidak terlambat pergi ke kantin dan kehabisan makanan. "Apa kamu sudah makan?" lanjut Zhu Haimei 

"Belum." Jawab Shen Dongyuan. Setelah itu, mereka berdua terdiam di sepanjang perjalanan menuju ke rumah kecil Zhu Haimei.

Zhu Haimei mengambil sayuran hijau dan memotongnya, kemudian mengambil daun bawang dan memasukkannya ke dalam panci lalu menambahkan air. "Makanlah mie di siang hari, nanti malam baru makan makanan yang lebih mengenyangkan."

Shen Dongyuan duduk di kursi santai Zhu Haimei, sementara Zhu Haimei duduk di atas lempengan batu yang ada di samping Shen Dongyuan. Saat menunggu air mendidih, jantung Zhu Haimei berdegup kencang seolah akan melompat keluar dari dalam dadanya. Ia lalu menarik nafas dalam-dalam. 'Oh Sang pemilik tubuh asli, bisakah kamu tidak kekanakan seperti ini? Cuma berdekatan sedikit saja sampai bisa sesenang ini.' Ucapnya dalam hati.

"Bagaimana kalau kamu beristirahat selama dua hari, lalu bekerja lagi setelah sembuh? " Ucap Shen Dongyuan setelah melihat wajah Zhu Haimei yang sangat terlihat kalau ia sedang tidak enak badan.

"Tidak apa-apa. Aku masih bisa melakukannya. Lagipula aku hanya berjualan di siang hari." Jawab Zhu Haimei lalu menghela nafas. Ia kemudian ingat bahwa dirinya belum menghitung uangnya. Ia lalu berdiri dan berlari ke troli untuk mengeluarkan kotak uangnya. Ia kemudian mengeluarkan semua uangnya di atas lempengan batu dan menghitungnya sedikit demi sedikit.

Shen Dongyuan terkejut saat melihat tumpukan uang kertas tersebut. "Banyak sekali!"

"Tidak banyak, ini hanya lima puluh enam yuan." Ujar Zhu Haimei lalu menghela nafas. "Hari ini bibi pemilik rumah datang ke sini dan memberitahu kalau bulan depan harga sewa rumah dan tangki gasnya naik menjadi enam yuan. Sekarang total sewanya menjadi dua belas yuan per bulan."

Shen Dongyuan tidak bisa mengatakan apapun setelah mendengar ucapan barusan. Bagaimana mungkin Zhu Haimei menyebut uang sejumlah lima puluh enam yuan bukan jumlah yang banyak? Penghasilannya selama satu hari sudah hampir menyamai gaji Shen Dongyuan selama setengah bulan. Shen Dongyuan sekarang tidak heran jika Zhu Haimei bisa membeli banyak barang. Akan tetapi, sepertinya Zhu Haimei masih belum membeli pakaian untuk dirinya sendiri. Benar, ia belum pernah membelinya. Zhu Haimei masih mengenakan pakaiannya yang lama, padahal tubuhnya sudah jauh lebih kurus daripada sebelumnya, dan hal itu membuat seluruh pakaian yang ia kenakan menjadi sangat longgar saat dipakai.

Sebenarnya, Zhu Haimei bukannya tidak ingin membeli pakaian, tetapi bahan pakaian di jaman itu sangat tidak nyaman dan modelnya juga tidak bagus. Ia selalu ingin menemukan pakaian yang tepat, tetapi tidak bisa menemukan kain yang bagus. Karena itulah, Zhu Haimei lebih memilih memakai pakaiannya yang lama.

"Ketika kamu mengisi gas nanti, jangan pergi sendirian. Aku saja yang pergi." Ucap Shen Dongyuan.

Zhu Haimei kemudian berdiri dan berkata, "Tidak perlu, kamu juga sangat sibuk."

"Kakak perempuanku menulis surat padaku. Ia bilang bahwa ia menerima sebuah jam tangan, dan Xijin juga sangat senang saat menerima menerima buku-buku itu. Orang tuaku juga sangat senang saat menerima kain-kain itu. Terima kasih banyak." Kata Shen Dongyuan sembari melihat punggung Zhu Haimei.

Xijin adalah nama adik laki-laki Shen Dongyuan. Awalnya, Zhu Haimei berpikir mengapa orang tua Shen Dongyuan memberikan nama Shen Dongyuan pada suaminya itu? Tetapi begitu mendengar nama Xijin, ia langsung mengerti mengapa orang tuanya memberikan nama itu. Jika orang tua Shen Dongyuan memiliki dua putra lagi, akankah mereka menamainya dengan Nanyuan atau Beixiang?

(DongNanXiBei adalah sebutan untuk arah mata angin dalam bahasa mandarin, yang secara harfiah diartikan sebagai timur-selatan-barat-utara. Pada nama 'Dongyuan' terdapat kata 'Dong' yang berarti timur dan nama adiknya 'Xijin' terdapat kata 'Xi' yang berarti barat. Zhu Haimei merasa lucu dan berpikir bahwa mungkin jika orang tua Shen Dongyuan punya dua anak laki-laki lagi, mereka akan menamainya dengan nama Nanyuan (Nan berarti selatan) dan Beixiang (Bei berarti utara)).

Zhu Haimei berhenti sejenak setelah mendengar ucapan terima kasih dari Shen Dongyuan. Ia merasa seperti ada puluhan ribu alpaca yang berlari kencang di dalam hatinya. "Sama-sama. Lagipula, jam tangan yang aku pakai sekarang adalah milik kakak perempuanmu. Dulu, aku sudah melakukan terlalu banyak hal yang seharusnya tidak aku lakukan. Jadi jangan mengucapkan terima kasih padaku." Meskipun mulutnya berkata demikian, tetapi Zhu Haimei sedang bersorak kegirangan di dalam hati karena ucapan terima kasih dari Shen Dongyuan. 'Sang pemilik tubuh asli, ingatlah, aku yang sudah membayar semua hutangmu pada mereka'. Batin Zhu Haimei.

Lalu sang pemilik tubuh asli meresponnya dengan malas. 'Bukankah kamu sudah seharusnya melakukan itu?'

'Ya tuhan. Baiklah, aku memang sudah seharusnya melakukan itu.'

Setelah Zhu Haimei dan Shen Dongyuan selesai makan, mereka lalu pulang bersama ke rumah mereka yang ada di wilayah militer. Karena hari ini Zhu Haimei benar-benar kelelahan, maka sore ini ia harus beristirahat dengan baik. Saat berjalan, mereka berdua tidak berjalan beriringan, melainkan berjalan berurutan. Satu di depan dan satunya lagi di belakang. Jarak mereka pun terpisah hampir setengah meter.

Ketika Shen Dongyuan berhenti tiba-tiba, Zhu Haimei hampir saja menabrak punggung suaminya. "Kenapa kamu tidak jalan?"

Wajah Shen Dongyuan sedikit memerah. "Lusa, aku akan menerima gaji. Bagaimana kalau besoknya aku mengambil hari libur untuk menemanimu pergi jalan-jalan ke kota?"

Jantung Zhu Haimei nyaris melompat keluar setelah mendengar ucapan Shen Dongyuan barusan. "Baiklah." Kata Zhu Haimei setelah berhasil menguasai dirinya dan memarahi sang pemilik tubuh asli karena tidak tahu malu.

Lalu sang pemilik tubuh asli merespon dari dalam pikirannya. 'Marahi saja aku sesuka hatimu.'

Dua hari berikutnya, Zhu Haimei sedang dalam suasana hati yang baik, begitu juga dengan Shen Dongyuan. Selama pelatihan militer, wajah Shen Dongyuan tidak terlihat begitu serius seperti biasanya. Wu Tianlei yang merupakan prajurit veteran di antara mereka pun merasa terkejut saat melihat hal tersebut. "Shen Dongyuan."

"Ada apa?"

"Wajahmu tampak berseri-seri." Sahut Huang Qi. Ia adalah seorang pemimpin pasukan. Huang Qi merupakan sosok yang suka bercanda.

"Oh oh, kakak ipar pasti memasakkan makanan enak lagi untuk Kapten Shen. Kapten Shen, dengar-dengar kakak ipar pernah sekali memasak sup ayam, dan rasanya benar-benar enak, benar kan?"

(Sebutan kakak (adik) ipar di sini hanyalah sebutan akrab untuk istri dari teman yang lebih tua dan bukan berarti saudara ipar yang sesungguhnya).

Wu Tianlei lalu menepuk kepala Huang Qi. Bocah itu hanya tahu makan saja. Terakhir kali saat ia tahu mereka makan-makan di rumah Shen Dongyuan tanpa dirinya, ia membuat kegaduhan karena itu. 

Huang Qi lalu mengelus kepalanya dan berkata, "Aduh, kenapa Letda memukulku? Semua orang mengatakan bahwa istri Kapten Shen memang pandai memasak."

(Komandan Peleton biasanya dijabat oleh seorang Letnan Dua yang disingkat dengan Letda. Jabatannya berada di bawah komandan kompi yang biasanya dijabat oleh seorang Kapten. Sementara Huang Qi yang merupakan seorang pemimpin pasukan, jabatannya seperti ketua kelas).

"Bukankah hari ini kita akan menerima gaji? Bagaimana kalau kita pergi ke rumah Kapten Shen untuk makan malam?"

"Ya, benar. Kita bisa membayar bahan-bahan makanannya sendiri, tapi meminta Kakak ipar memasakkannya untuk kita. Apakah boleh, Kapten Shen?"

Makan saja tidak apa-apa, tetapi Shen Dongyuan juga merasa tidak enak jika membuat para prajurit mengeluarkan terlalu banyak uang. Namun, jika para prajurit yang memiliki porsi makan besar tersebut tidak mengeluarkan uang, maka Shen Dongyuan sendiri yang akan bangkrut. Shen Dongyuan tidak menyetujui ataupun menolak, ia hanya berkata, "Kakak iparmu sedang tidak sehat dalam dua hari ini, ia demam. Bagaimana kalau dua hari lagi saja kalian makan bersama di rumahku?"

Semua orang lalu bertanya, "Kenapa Kakak ipar bisa demam?"

Shen Dongyuan dengan cepat berkata, "Tidak apa-apa. Ia hanya habis kehujanan saja."

Dua hari ini, Zhu Haimei selalu pulang lebih awal dan langsung meminum obat setelah makan. Shen Dongyuan sudah berkali-kali melarangnya untuk pergi berjualan, tetapi Zhu Haimei selalu mengatakan bahwa ia baik-baik saja, dan tetap bersikeras untuk pergi.

Setelah Shen Dongyuan menyelesaikan pelatihannya siang itu, ia bergegas pergi untuk membantu Zhu Haimei mengemasi barang dagangannya di lokasi konstruksi.