Hari itu Xiaotu sangat tidak bersemangat. Bahkan Cheng Zhiyan yang menjemputnya ke sekolah tidak membuatnya bahagia.
Saat Cheng Zhiyan mendorong sepedanya dan berjalan perlahan di belakang Xiaotu yang tampak lemas. "Xiaotu kamu kenapa? Kok hari ini terlihat tidak bahagia." Tanya Cheng Zhiyan penasaran.
"Hm...." Kedua tangan Xiaotu merangkul tasnya, dia masih terus menundukkan kepalanya dan berjalan sambil menendangi batu.
Kebiasan anak ini kalau sedang sedih selalu menendangi batu selama perjalanan.
Cheng Zhiyan memandanginya secara diam-diam. Setelah beberapa saat dia menghentikan sepedanya dan berlari ke depan Xiaotu lalu berjongkok, kedua tangannya memegang pundak Xiaotu, dan menatapnya dengan sepasang mata jernihnya. "Xiaotu, katakan apa yang terjadi?" Tanyanya dengan lembut.
Suara Cheng Zhiyan yang berusia 15 tahun sudah berubah menjadi lebih berat dan lembut, hal itu mebuat Xiaotu mengira hidung Cheng Zhiyan sedang sakit.