Pokoknya, selama rekan bisnis ayahnya merasa puas dan putrinya setuju untuk makan bersamanya, maka kesepakatan itu selesai.
Zuo Weiyi menatap ibunya dengan pandangan penuh dilema.
Di dunia ini, orang yang paling dia segani adalah ibunya.
Setelah beberapa saat memikirkannya, Zuo Weiyi mengambil kertas itu dari Jiang Huaiyuan, "Baiklah, pukul berapa aku harus pergi?"
Mendengar putrinya berkata seperti itu, Jiang Huaiyuan merasa sangat gembira.
"Pukul 11:30, saat jam makan siang."
"Baiklah, aku paham." Dia lalu meletakkan catatannya di dalam tas.
"Jangan sampai terlambat, karena ini berkaitan dengan…" Jiang Huaiyuan hanya tersenyum dan tidak melanjutkan perkataannya, "Bukan apa-apa, kamu berangkat saja."
Selesai mengatakannya, dia lalu berdiri dan berbalik pergi.
Melihat ayahnya yang akan pergi, Zuo Weiyi menatap ibunya yang sepertinya tidak rela Jiang Huaiyuan pergi begitu cepat, dia lalu memaksakan diri untuk berkata, "Karena kamu sudah disini, bagaimana kalau makan siang dulu baru pergi?"
Dia berkata seperti itu demi ibunya.
Sebenarnya kalau dia sendiri terlalu malas untuk menanyakan hal semacam itu kepada ayahnya.
"Tidak, masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan di perusahaan." Selesai mengatakannya, Jiang Huaiyuan hanya tersenyum dan pergi.
Zuo Qing menatap punggung Jiang Huaiyuan yang pergi dengan pandangan yang dipenuhi perasaan tidak rela.
"Bu, jelas-jelas ibu tahu kalau dia adalah orang yang tidak berperasaan, kenapa ibu malah menyuruhku untuk membantunya?"
Meskipun ibunya juga mengetahui hal tersebut, namun masih saja ibunya itu bersikap lemah di depan ayahnya.
Zuo Weiyi sebenarnya tidak mau melakukannya, namun dia juga tidak punya pilihan lain.
Mendengar nada putrinya yang sedikit mencela, Zuo Qing menunduk, "Perusahaan ayahmu sedang dalam masalah, jika acara makan siangmu ini berhasil, mungkin krisis yang terjadi di perusahaan ayahmu dapat teratasi. Bagaimanapun dia adalah ayahmu, kau harus membantunya."
"Ayah? Nama keluargaku adalah Zuo, bukan Jiang!" Zuo Weiyi sangat marah, dari sorot matanya terlihat luka yang sangat dalam.
"Bukankah kamu sudah mengubahnya?"
"Aku tidak pernah mengakui Jiang sebagai margaku!"
Selama belasan tahun tinggal bersama ibunya, dia selalu menggunakan marga Zuo sebagai namanya dan selalu menyebut dirinya Zuo Weiyi. Dia tidak pernah sama sekali menyebut dirinya sebagai Jiang Weiyi.
Meskipun dia telah mengganti marganya menjadi Jiang dalam beberapa tahun terakhir, dia tidak pernah menggunakannya sama sekali.
Lagi pula dia tidak ingin menjadi bagian dari keluarga Jiang, dia memilih menjadi wanita biasa bersama ibunya.
Zuo Qing mendongak dan menatap putrinya, hatinya sedikit terasa sakit.
Seandainya 20 tahun yang lalu dia tidak berhubungan dengan Jiang Huaiyuan, tentu sekarang tidak ada Zuo Weiyi.
Selama 21 tahun dia tidak bisa mewujudkan sebuah keluarga yang bahagia.
"Aku akan kembali ke kamar." Zuo Weiyi sejenak melihat ibunya, kemudian bangkit dan pergi ke kamarnya.
Zuo Qing tiba-tiba berpikir tentang suatu hal, dia lalu segera bertanya kepada putrinya, "Zuo Weiyi, kemarin kamu pergi kemana, kenapa semalaman tidak pulang?"
Mendengar pertanyaan ibunya, langkah Zuo Weiyi tiba-tiba terhenti. Dia menggigit bibirnya, matanya tampak sedang berpikir untuk mencari-cari alasan yang tepat.
"Oh… semalam aku mabuk, kemudian aku menginap di rumah salah satu temanku, karena terlalu malam jadi tidak ada kendaraan umum yang lewat."
Dia dengan asal membuat alasan agar ibunya tidak curiga.
Zuo Qing tidak akan mengira jika putrinya semalam telah tidur bersama seorang pria asing.
"Kamu tidak menjawab telepon ibu, ibu khawatir sesuatu buruk terjadi padamu."
Zuo Weiyi merasa bersalah pada ibunya karena telah membohonginya, "Semalam telepon selulerku kehabisan daya. Aku akan ke kamar dan mandi dulu."