Di atas meja di ruang kerja Billy Li, kotak hadiah itu akhirnya dibuka dan isinya adalah sebuah kaset rekaman video. Lalu, ia melihat video itu di layar laptopnya. Kaset rekaman itu berisi video lengkap konser solo Shia Tang di Carnegie Hall of American Conservatory of music, tanpa di edit.
Shia Tang duduk di depan piano, ia terlihat seolah sedang tenggelam dalam dunianya sendiri, anggun, fokus, dan bermain dengan penuh emosi. Ia terlihat sangat bersinar dan percaya diri di atas panggung itu.
Billy Li mengeluarkan kaset rekaman video itu dari laptopnya, lalu mulai menelpon seseorang. Setelah panggilan itu terangkat, kemudian ia bertanya, "Sudah makan belum?"
Pria yang saat ini dihubungi oleh Billy Li itu, terlihat sedang berbaring di kursi dekat kolam renang. Setelah mendengar Billy Li berbicara, pria itu langsung jatuh dari tempatnya.
"Billy?" dengan ragu ia memastikan identitas orang yang menelponnya, karena bagaimanapun juga Billy Li yang begitu dingin di sepanjang harinya tiba-tiba bertanya 'Sudah makan belum?' kepada dirinya, itu sungguh-sungguh aneh.
"Ini aku!" Billy Li kemudian menjawab dengan dingin.
"Apa yang baru saja aku temui itu setan ya?" tanya Carlos Ye tidak percaya.
"Yang tadi itu juga aku!" jawab Billy Li tidak bicara omong kosong, lalu ia langsung masuk ke dalam topik pembicaraan utama, "Bantu aku mencari video lengkap konser solo Shia Tang di Carnegie Hall of American Conservatory of Music, lebih baik cari di sudut sorot yang paling sempurna, kau masih punya waktu enam jam kerja!" katanya kemudian.
"Brengsek! Aku bukan Steve!" jawab Carlos Ye sambil mengingat Steve yang memang bekerja terus menerus selama 24 jam.
"Aku berharap bisa melihat hasilnya besok pagi, itu saja!" kata Billy Li menyudahi pembicaraan itu.
Setelah selesai bicara, Billy Li langsung menutup sambungan teleponnya itu. Lalu setelah Carlos Ye mematikan ponselnya, ia langsung masuk ke dalam kolam renang untuk meredakan api kemarahan yang sudah di sulut oleh Billy Li.
※
Pagi ini setelah mencuci muka, Shia Tang langsung keluar dari kamar mandi dan menuju ke meja riasnya. Di sana terdapat beberapa kotak di atasnya, ia tahu jika kotak tersebut adalah kotak yang tadi malam sudah di buka oleh Billy Li lalu dikembalikan kepadanya.
Shia Tang berjalan mendekati meja rias lalu melihat kotak itu, akhirnya ia memutuskan untuk tidak membukanya. Tetapi, langsung memasukkan ke dalam laci di bawah meja rias dan langsung pergi ke ruang ganti untuk mengambil pakaiannya.
Tidak lama setelah itu, terlihat Billy Li masuk ke dalam kamar, ia melihat hadiah di atas meja rias sudah tidak ada, kemudian bibirnya sedikit terangkat. Tapi, ketika melihat laci di bawah meja tidak tertutup dengan rapat, wajahnya membeku, kemudian ia berbalik dan pergi keluar dengan wajah dingin.
Ketika Shia Tang turun, tiba-tiba terdengar suara piano yang merdu datang dari sudut ruang tamu. Ia tertegun sejenak, namun dengan segera mengeluarkan ekspresi tenang. Setelah turun ke bawah, ia tanpa melihat Billy Li langsung pergi menuju ruang makan. Lalu Billy Li tiba-tiba memanggilnya, "Kemarilah!"
Shia Tang tidak berhenti sejenak, lalu berbaik berjalan menuju Billy Li. Ia berdiri di depannya seperti sebuah boneka, dengan memasang ekspresi acuh tak acuh. Billy Li kemudian menariknya agar duduk di pangkuannya, lalu ia memegang tangan Shia Tang dan meletakkannya di atas tuts piano, "Mainkanlah!" katanya kemudian.
"Tidak bisa!" jawab Shia Tang tidak mematuhi permintaan Billy Li, ia langsung menarik tangannya dari genggaman tangan Billy Li.
"Kenapa tidak bisa?" tanya Billy Li sambil membelai lembut alis dan mata Shia Tang. Suaranya terdengar rendah, tapi begitu dingin.
Shia Tang memalingkan wajah, lalu berkata, "Tidak ingin, aku juga tidak akan bermain lagi!"
"Hmm? Kamu sedang protes dengan cara lain ya?" tanya Billy Li, lalu menarik kembali wajah Shia Tang dan mengusap lembut bibir Shia Tang.
Sekali lagi, Shia Tang dengan tegas menghindar, "Aku hanya ingin menjadi seperti yang kamu inginkan!" katanya.
"Kalau begitu, aku ingin menciummu. Kenapa kamu tidak melakukan apa yang aku inginkan?" tanya Billy Li sambil menyeringai. Kali ini ia langsung menekan tubuh Shia Tang pada tuts piano, menunduk, lalu mencium bibir merahnya yang lembut.
Shia Tang mengerutkan keningnya, ia yang kaku seperti kayu kini sedang membiarkan Billy Li mencium bibirnya. Belum sampai setengah permainan, matanya hanya terus-terusan terbuka tanpa ekspresi.
Karena tidak ada respon dari Shia Tang, Billy Li tidak lagi merasakan rasa manis itu, ia lalu melepas ciumannya dari bibir Shia Tang, "Kau kira dengan cara seperti ini bisa membuatku tak berkutik, lalu begitu saja akan melepaskanmu?" tanyanya dengan dingin.
Shia Tang kaget, lalu Billy Li terkekeh sambil menunduk ke arah cuping telinga Shia Tang yang memakai anting kristal, sambil mengeluarkan kata kutukan yang mengerikan, dan membisikkan ke telinganya,"Kau, selamanya tidak akan bisa lepas dariku!"
Wajah Shia Tang langsung memucat, matanya melebar menatap Billy Li...