Dengan lembut, Shia Tang melepas tangan Billy. Kemudian, ia mengangkat kelopak mata Billy Li dan meniupnya dengan perlahan.
Aroma manis Shia Tang menembus indra penciuman Billy Li, membuatnya teringat kembali akan aroma manis Shia Tang saat itu. Tubuh Billy Li kembali memanas, kedua tangannya perlahan-lahan melingkar ke pinggang Shia Tang. Matanya perlahan terbuka karena kehangatan yang diberikan olehnya. Ia melihat ke dalam tatapan mata Shia Tang dengan penuh perhatian.
Mereka berdua saling memandang, membuat Shia Tang sampai lupa bernapas. Ia menatap Billy tanpa berkedip. Jari-jari ramping pria itu dengan lembut mengangkat dagu Shia Tang, seolah-olah mendesak untuk melihat wajah tampannya. Ketika bibir mereka hampir bertemu, Shia Tang tiba-tiba mendorong tubuhnya.
"Seseorang mengambil foto! Disitu... aku melihatnya!" Shia Tang mulai menggila lagi.
Billy Li mengerutkan kening, merasa sedikit kecewa di dalam hati. Ia melihat ke arah yang ditunjuk oleh Shia Tang, lalu bangkit dan menepuk-nepuk pasir yang menempel di pakaiannya dan menarik tangan Shia Tang untuk kembali ke villa. Ia berkata dengan ringan, "Tidak akan ada lagi orang yang akan berani memotretmu."
Apa ini sikap Billy Li ketika bicara dengan Shia Tang yang normal? Bukankah terlalu sederhana? Apakah pria itu tidak merasa malu dan merasa harus menceraikanku? Pikir Shia Tang dalam hati.
Shia Tang ingin menarik kembali tangannya, tetapi sepertinya tangannya tidak mau mendengarkan otaknya. Ia dengan patuh membiarkan tangan besar Billy Li menggenggam tangan kecilnya. Telapak tangan lebar, tebal, dan sangat hangat itu menarik tangan Shia Tang dan menggenggamnya dengan erat.
Matahari terbenam memantulkan bayangan mereka dengan sangat indah. Tangan yang saling bertautan serta langkah kaki pria dan wanita ini membekas di atas pasir, terlihat sangat cocok satu sama lain. Tidak. Semua ini hanyalah ilusi, jangan sampai menganggapnya terlalu serius.
Shia Tang dengan keras menarik kembali tangannya, menunjuk ke arah Billy Li dan mundur ketakutan, "Aku ingat! Kau meninggalkanku di kuburan dan hampir membunuhku!"
Billy Li berhenti melangkah dan sama sekali tidak menoleh untuk melihat Shia Tang. Ia hanya bertanya dengan ringan, "Jadi sekarang kamu ingin membuat perhitungan denganku?"
Shia Tang tertegun dan membatin, Kenapa Billy Li bertanya dengan begitu tenang? Seolah-olah, aku adalah orang normal. Pria itu terlihat sangat serius saat berbicara denganku.
Shia Tang mulai panik dan tidak berani melihat wajah Billy Li. Ia tidak bisa menebak lagi apa yang sebenarnya akan dilakukan pria tersebut. Dengan mudah, ia menangis histeris, "Aku ingin bercerai! Aku tidak ingin menjadi istrimu lagi... Cerai, kita bercerai..." Shia Tang terlihat sangat gila.
"Aku yang bertanggung jawab atas penyebab penyakitmu. Jangan memikirkan perceraian." Billy Li mendekat ke sisinya dan menjawab dengan dingin. Ia meraih pergelangan tangannya dan berkata, "Mungkin makanan sudah siap, ayo kembali ke Villa sekarang!"
Shia Tang terus memukuli Billy Li dengan satu tangannya yang bebas sambil berkata, "Kamu yang sakit! Aku mau bercerai, kamu dengar tidak?"
Billy Li tertawa rendah. "Kamu yang seperti ini sungguh terlihat ganas sekali, sepertinya penyakitmu benar-benar serius."
Saat mendengarnya, Shia Tang langsung membeku dan menghentikan pukulannya. Lalu berpikir, Mengapa kata-kata Billy Li terdengar sangat aneh? Seharusnya yang aku lakukan saat ini sudah persis seperti perilaku orang gila, kan?
Bukankah, aku sudah membuat orang kesulitan membedakan perubahan antara normal dan abnormal? Mengapa Billy Li membuatku ditertawakan oleh dunia? Kenapa Billy Li masih tidak mau melepaskanku? Apakah pria itu masih memikirkan bagaimana cara untuk menyiksaku?
Atau, apa yang sudah aku lakukan masih belum cukup? Apakah Billy Li benar-benar ingin memaksaku untuk berdiri di puncak dunia dan memberitahu dunia bahwa aku menderita 'penyakit jiwa'?
Shia Tang tidak membutuhkan pertanggungjawaban Billy Li. Ia hanya ingin menjauh dari pria itu, ia tidak akan terpengaruh lagi oleh kata-kata dan perbuatannya yang manis.
Saat kembali ke villa, Shia Tang menghancurkan semua makanan yang baru saja disajikan. Kegilaannya membuat semua orang menghindar. Hanya Billy Li yang terlihat tetap tenang sambil bersandar di pojok, menatap Shia Tang yang sedang marah dalam diam. Mata gelap sedalam laut itu tidak menunjukkan ekspresi apapun.
Billy Li menunggu Shia Tang tidak melempar benda lagi, lalu dengan dingin memerintahkan para pelayan untuk memasak lagi. Ia kemudian membawa Shia Tang naik ke lantai atas...