Shia tang berdiri perlahan dengan pakaian bersih yang ada di lengannya, lalu membalikkan punggung, menahan rasa sakit yang tersisa dari tubuhnya dan memakai pakaiannya secepat mungkin. Karena kali ini, Shia Tang tidak berani membuat Billy Li marah lagi.
Di luar masih hujan, ada dua payung di depan pintu, satu hitam dan satu merah. Satu dibawa oleh Shia Tang dan satunya lagi dibawa oleh saudari Liu. Setelah mengenakan pakaiannya, pria itu memimpin keluar dan berjalan dengan payung hitamnya.
Shia Tang mengambil ponselnya yang jatuh ke tanah, lalu mengikutinya sambil membawa payung. Billy Li berjalan terlalu cepat di depannya, ia harus mengikutinya sesegera mungkin. Steve dan pengawal lainnya tidak terlihat, Billy Li akan mengendarai mobilnya sendirian.
Shia Tang duduk di samping Billy Li, tangannya tergenggam di lutut dengan gelisah. wajahnya begitu ketakutan. Bahkan, ia tidak berani menanyakan ke mana Billy Li akan membawanya.
Mobil itu melaju kencang di tengah hujan, tapi untungnya hujan tidak terlalu deras. Sehingga, bisa dengan cepat melintasi jalan untuk mencapai kuburan. Saat itu baru pukul lima lebih, langit yang sedang turun hujan mulai menggelap.
Shia Tang turun dengan payung dan menatap kuburan, bulu kuduknya mulai merinding. Pria yang telah menaiki tangga kuburan itu merasa Shia Tang tidak mengikutinya, ia menoleh lalu berteriak dengan dingin, "Masih tidak mengikutiku!"
Shia Tang dengan cepat menekan rasa takutnya dan kembali mengikuti Billy Li dengan payung. Tiba-tiba, pria itu berbicara lagi, "Buang payung itu dari tanganmu!"
"Aku..." Shia Tang ragu-ragu, tetapi melihat mata Billy Li yang semakin ganas, membuat ia terpaksa menurutinya. Shia Tang menyingkirkan payungnya dan mengikuti Billy Li dalam hujan.
Payung merah yang besar tidak bagus jika di bawa ke kuburan. Tiba-tiba, payung hitam berada diatas kepalanya dan menghalangi penglihatannya. Ternyata, Billy Li yang memberikan payung itu padanya.
Shia Tang terkejut dan buru-buru memegang payung itu dengan benar. Terlihat pemilik payung ini sudah melangkah jauh di tengah hujan. Shia tang tertegun, Kenapa dia memberikan payung ini untukku? Kenapa dia memberikan fantasi yang begitu indah, setelah dia melakukan hal semena-mena seperti itu padaku? Apakah pria itu tahu, ketika pertama kali dia menarik ujung pisau itu dariku. Apakah pria itu sedang memberinya harapan? Shia Tang terlihat sedang bimbang.
Lalu, Shia Tang kembali berpikir, Apakah pria itu tahu, bahwa dirinya tidak hanya menyelamatkanku, tetapi dia juga memberiku pelajaran moral, ketika aku diperalat oleh kakak sepupuku. Itu membuatku seolah-olah melihat sisi hangat darinya.
Apakah pria itu tahu, ketika aku tidak bisa menghadapi masa lalu, dia muncul untuk membantuku dan aku diam-diam menganggapnya sebagai ksatria. Apa pria itu tahu atau tidak, bahwa aku sudah menyiapkan diri untuk benar-benar menjadi istrinya, berusaha dengan keras keluar dari masa lalu.
Sepertinya pria ini tidak menyadari apapun, aku juga tidak bermaksud untuk membuatnya tahu. Karena pria ini berkata, diriku sangat menyedihkan! Pria ini mengatakan, orang sepertiku tidak akan pernah pantas mendapatkan kasih sayang dan keluarga! Jadi, aku tidak mungkin memiliki masa depan.
Melihat pria itu sudah berdiri di depan batu nisan, Shia Tang tersenyum pahit. Kemudian berjalan ke arahnya dengan susah payah. Ketika ia berdiri di sampingnya dan melihat foto di batu nisan itu, Shia Tang tergopoh melangkah mundur dengan ketakutan.
Foto di batu nisan itu adalah seorang gadis yang tidak ingin Shia Tang tahu lagi, gadis yang membuat mimpi buruknya terus berlanjut.
Di batu nisan itu tertulis 'Yang terkasih si bintang kecil…' Membuat Shia Tang bertanya dalam hati, Yang terkasih?
Shia Tang bukannya baru tahu, kalau nama gadis itu adalah 'Si bintang kecil'. Di malam-malam saat ia insomnia, Shia Tang mendengar nama 'Si bintang kecil' itu keluar dari mulut Billy Li ketika ia mengigau dalam tidurnya.
"Si bintang kecilku, hadiah yang kujanjikan padamu belum bisa aku wujudkan, tetapi kakak telah membawa orang yang sudah menghancurkan hadiahmu." Kata-kata Billy Li membuat Shia Tang menatapnya dengan heran dan wajahnya yang pucat, kini seperti benar-benar sudah kehilangan warnanya...