Dokter itu berkata dengan sangat lembut. Selembut angin musim semi di bulan maret, "Ayo masuk dan duduklah, kita mengobrol di dalam ya? Kita perlu membicarakan ini." katanya ambil menyisihkan berkas. Kata-kata dokter yang lembut, dapat melembutkan hati orang-orang yang mendengarnya.
"Semenjak guru menyerahkan berkas milikmu padaku. Guru berpesan untuk memberikan perhatian khusus kepadamu. Wanita cantik sepertimu memang harus diberikan perhatian khusus. Jangan biarkan aku mengecewakan guruku." Shia Tang yang mendengar ucapannya lalu melihat dokter itu dengan penuh keraguan.
Dokter itu malah bercanda dengan mengeluarkan identitasnya agar Shia Tang percaya padanya. Shia Tang membalas dengan ragu, "Apa kamu murid Paman Carl?"
Shia Tang teringat satu hal, Apakah dokter ini adalah senior yang membantuku selama di perguruan tinggi. Lalu sekarang, senior ini magang di tempat mantan dokterku? Apakah dunia ini terlalu sempit?
"Jika kamu tidak masuk, pertemuan kita hari ini akan berakhir, lho?" Pria ini berbicara sambil menunjuk ke arah jam dinding.
Dokter ini bernama Ethan Gu. Shia Tang menarik napas dalam-dalam dan akhirnya memilih untuk percaya, kemudian duduk bersandar di kursi pasien.
"Minumlah dulu, santai saja. Lalu kita lanjutkan lagi, oke?" Ethan Gu dengan santai duduk di samping meja sambil melihat-lihat berkas Shia Tang dan terus bertanya dengan lembut.
Shia Tang mengangguk lalu mengambil cangkir yang telah di suguhkan. Dia menyeruput air dengan lembut sambil memandang Ethan Gu dengan tenang melalui tepi cangkir. Lalu, ia mendeskripsikan dokter ini dalam hati. Pria ini terlahir dengan sifat yang lembut dan elegan, alisnya yang tipis menandakan, bahwa dia bukanlah pria yang keras. Berkas yang di bukanya secara perlahan itu seakan mengatakan bahwa dokter ini selembut batu giok.
Shia Tang tidak pernah menduga bahwa dirinya akan menjadi pasien Ethan Gu suatu hari nanti. Hal yang paling tidak ia harapkan adalah bertemu dengan orang yang mengenali dirinya ada di klinik psikiater.
Tiba-tiba, Shia Tang teringat masa lalunya. Saat semua orang di kampus menertawakannya, karena mereka menganggap bahwa dirinya mengidap sakit mental. Tapi, hanya pria ini lah yang menunjukkan senyum ramah dan hangat padanya.
Pada saat itu, pria ini adalah satu-satunya orang yang membuatnya merasa dihargai. Shia Tang bertanya-tanya dalam hati, Apakah pria ini sudah melupakanku? Jika tidak, maka beruntunglah aku karena tidak terlalu berbahaya bagiku jika duduk di sini.
"Kurasa kita bisa mulai." Ethan Gu melihat reaksi Shia Tang yang tanpa sadar sedang mengambil tas dan ingin beranjak pergi.
Ethan Gu menutup berkas lalu bangkit dan berjalan ke arah Shia Tang. Shia Tang ditarik kembali dan tidak punya pilihan selain berbaring dengan patuh.
"Sangat penurut." Ethan Gu menarik kursi yang beroda dan duduk di samping Shia Tang.
Ethan Gu mengambil berkas riwayat Shia Tang dan mulai melakukan tes, "Sekarang, tutup matamu perlahan dan rileks..."
Lima belas menit kemudian, tes berakhir. Tetapi Shia Tang yang bersandar nyaman di kursi itu belum membuka mata. Terdengar suara nafas Shia Tang yang tipis ketika tertidur. Melihat hal itu Ethan Gu tersenyum tipis dan tidak terburu-buru membangunkan Shia Tang.
Ethan Gu menutup berkas itu, menyentuh pelan kening Shia Tang lalu berkata, "Tidur yang nyenyak ya, mimpi adalah dongeng yang paling indah."
Melihat guratan di bawah kelopak mata Shia Tang, Ethan Gu tahu bahwa Shia Tang tidak tidur dengan baik untuk waktu yang lama. Kemudian, ia kembali ke mejanya, ia menekan tombol yang terhubung dengan asistennya, lalu berbicara dengan menurunkan suara. "Miss Lee, bantu aku membatalkan semua janji sore ini... hmm... Karena aku ada urusan mendadak, maaf merepotkan."
Di dalam ruang konsultasi yang bersih ini, hanya terdengar suara seseorang yang sedang membalik kertas dan kadang-kadang mengetuk keyboard komputer. Gadis di kursi itu tidur dengan nyenyak, sangat nyenyak. Terlihat akan sangat sulit bagi seseorang yang ingin membangunkannya.
Ketika Shia Tang terbangun matahari sudah condong ke barat. Sudah lama dirinya tidak tidur sepulas ini. Ia duduk perlahan dan melihat jas yang menjadi selimutnya. Dimana dirinya tidak tahu kapan seseorang menutupinya dengan jas itu. Shia Tang ketakutan dan bergegas menemukan pemilik jas ini.
"Kamu sudah bangun?" Sebuah suara terdengar.
Ketika Shia Tang melihat sepasang mata ramah dengan suaranya yang lembut dirinya balik berkata "Terima kasih, apakah ini jasmu?"
Shia Tang bangkit sambil membetulkan roknya. Lalu, mengembalikan jas itu kepada pemiliknya. Ia memandang sekeliling dan merasa menyesal, "Kau seharusnya membangunkanku, jika seperti ini aku akan mengganggu pekerjaanmu."
Kemudian, ia berpikir, Apakah tadi aku benar-benar tidur dengan nyenyak? Bahkan aku sampai tidak tahu kalau Ethan Gu telah menerima pasien lain...?