Keesokan harinya, sinar matahari yang luar biasa cerah menembus melalui jendela kaca lebar, menyebarkan kehangatan ke seluruh ruangan.
Matahari yang bergerak semakin tinggi memunculkan cahaya yang menyilaukan, kemudian perlahan-lahan menyoroti wajah Xia Wanan dan membangunkandia dari tidur nyenyaknya.
Xia Wanan membuka mata dan merentangkan anggota tubuhnya seperti biasa. Dia merasa tubuh bagian bawahnya sangat kaku dan sulit digerakkan seperti baru saja tidur di atas batu.
Xia Wanan mengernyit, memikirkan sejak kapan kasur Hotel Four Season menjadi begitu keras. Dia menggerakkan bagian bawah tubuhnya sambil melihat sekitar. Dia seketika tertegun. Xia Wanan bukannya baru saja tidur di atas batu, melainkan berguling-guling di lantai marmer. Tapi apa bedanya dengan tidur di atas batu?
Tidak … Kenapa Xia Wanan tidak tidur di tempat tidur yang nyaman dan malah tidur di lantai?
Xia Wanan buru-buru duduk dan baru menyadari kepalanya sangat pusing.