Chereads / Buka Matamu dan Lihat Aku / Chapter 37 - Sekadar Pulang untuk Istirahat (1)

Chapter 37 - Sekadar Pulang untuk Istirahat (1)

Tepat pada saat itu, ponsel Han Jingnian berdering lagi.

Asisten Zhang mengerti bagaimana harus bersikap saat melihat Han Jingnian mendapat telepon lagi. Sehingga dia berhenti bicara dan menunggu Han Jingnian selesai dari kesibukannya, baru melanjutkan pembicaraannya.

Tapi siapa yang menyangka jika asisten Zhang dengan jelas melihat melalui kaca spion kalau Han Jingnian tidak mengangkat teleponnya?

Asisten Zhang begitu terkejut hingga mulutnya terbuka lebar sampai bisa dimasuki telur.

Dia tertegun dan mulutnya membentuk huruf 'O' untuk sementara waktu. Melihat tatapan Han Jingnian yang seperti tidak sabar mendengarkan penjelasannya, dia kemudian melanjutkan, "Nyonya muda terluka Senin lalu. Beliau dikirim ke rumah sakit umum. Perawat yang merawat nyonya muda mengatakan kalau seseorang memanggil ambulans untuk membawa nyonya muda ke rumah sakit saat siang hari, dan beliau baru sadarkan diri malam harinya. Saat itu beliau koma selama tujuh jam setelah mendapatkan luka itu. Perawat juga mengatakan bahwa nyonya muda dirawat di rumah sakit selama lima hari, setelah itu beliau meninggalkan rumah sakit."

Han Jingnian tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang tidak bersangkutan dengan pembicaraan, "Hari apa saat wanita itu meneleponmu?"

"Umm..." Karena ada terlalu banyak hal yang harus dia urus setiap harinya, asisten Zhang tidak ingat hari apa Xia Wanan meneleponnya. Dia berpikir sejenak, lalu menjawab, "... Sepertinya minggu lalu…"

Sampai di poin itu, tiba-tiba asisten Zhang seperti memahami sesuatu. Dia pun berkata lagi, "Nyonya muda menelepon saya pada hari Senin malam. Saat itu beliau mengatakan bahwa ada keperluan dan harus melakukan perjalanan bisnis. Apa sebenarnya kalau saat itu nyonya muda terluka dan berada di rumah sakit?

"Tapi mengapa nyonya muda berbohong? Beliau..."

Belum selesai asisten Zhang menyelesaikan kalimatnya, dia tiba-tiba merasa kalau suasana di dalam mobil jadi tidak begitu bagus. Asisten Zhang langsung diam dan tidak melanjutkan ucapannya.

Mobil itu bergerak maju dengan kecepatan normal.

Han Jingnian duduk di kursi belakang sambil memandang jendela dengan acuh dan tidak berbicara lagi.

Ponsel di tangan Han Jingnian terus berbunyi, menandakan ada telepon masuk, namun dia mengabaikannya.

Tidak tahu sudah seberapa jauh mobil itu melaju, yang ada di otak Han Jingnian saat ini hanya memikirkan hari dimana Xia Wanan menelepon asisten Zhang. Hari itu, Han Jingnian mengangkat telepon dari meja asistennya dan dia berpikir kalau saat itu suara Xia Wanan memang tidak seperti biasanya. Han Jingnian ingin menanyakannya namun tidak jadi karena mengira dia salah dengar, sehingga Han Jingnian langsung menutup teleponnya. Setelah dipikirkan lagi sekarang, apa saat itu suara Xia Wanan bergetar karena menahan rasa sakit di punggungnya?

Ekspresi wajah Han Jingnian tidak banyak berubah. Tetapi tangannya yang sedang memegang ponsel meremasnya begitu kuat hingga ujung jarinya berwarna putih. 

  …

Malam ini saat pulang kerja, Xia Wanan sudah setengah jam berada di jalan. Jalanan hari ini lebih padat daripada biasanya, sehingga Xia Wanan sampai rumah sudah hampir pukul tujuh malam. 

Ketika Xia Wanan selesai memasak makan malam dan menaruhnya di atas meja, jam menunjukkan pukul setengah delapan.

Seperti biasa, dia masih meletakkan dua mangkuk dan dua pasang sumpit di meja. Sebelum Xia Wanan mulai makan, dia tidak lupa mengisi mangkuk dengan sup di hadapannya.

Xia Wanan tidak terlalu lapar dan dia juga tidak makan banyak. Sehingga setelah makan sedikit, dia dengan cepat meletakkan sumpit dan mangkuknya.

Xia Wanan melihat jam yang menunjukkan waktu belum terlalu larut, sehingga dia tidak perlu buru-buru membersihkan diri. Xia Wanan masih duduk di depan meja dan menggunakan sumpit untuk menulis dengan kaldu di atas meja.

Tiba-tiba pintu apartemennya terbuka. Xia Wanan begitu terkejut hingga menjatuhkan sumpit yang dia pegang.

Ketika dia membungkuk untuk mengambil sumpit, dia memikirkan siapa yang bisa masuk ke apartemen ini selain dirinya. Dan jawabannya tentu saja hanya pemilik apartemen ini, yaitu Han Jingnian.