Chereads / Dokter Besar Ling Ran / Chapter 28 - Luka yang Terbuka

Chapter 28 - Luka yang Terbuka

"Tolong beri jalan." terlihat dua orang suster yang sedang mendorong brankar.

Dokter jaga senior, Zhao Leyi, mengikuti di belakang brankar dan memberikan laporan pada Huo Congjun: "Pasien korban kecelakaan, terdapat luka terbuka sepanjang 20 cm di bagian perutnya, beberapa bagian usus dan beberapa omentum(bagian yang menghubungkan dinding perut dengan organ dalam) terpapar dan mengeluarkan darah dan masih mengalir. Bantalan steril sudah diterapkan untuk melindungi usus..."

Huo Congjun berjalan mengikuti brankar juga, dan Ling Ran berjalan di belakang Huo Congjun.

Dua orang kerabat korban mengikuti ditahan di belakang karena tidak boleh ikut masuk. Mereka pun terlihat panik dan gelisah.

Bagi orang biasa, ini merupakan kejadian yang sangat mengerikan. Karena maksud sebenarnya dari usus yang terpapar merupakan semua ususnya menjulur keluar dari perutnya.

Tentu saja dikirim ke rumah sakit lain merupakan pertanda bahwa luka yang dialami bukan luka ringan, dan yang bukan rumah sakit unggulan sangat mungkin untuk tidak bisa menangani hal ini, jadi akhirnya, pasien tersebut khusus dikirim ke rumah sakit Yun Hua.

Akan tetapi, pendapat tentang seberapa parahnya luka itu tergantung pada dokter rumah sakit Yun Hua. Karena UGD di RS Yun Hua setiap bulannya selalu kedatangan bermacam-macam pasien, dan banyak juga yang kondisinya lebih parah.

Huo Congjun mendengarkan sambil melakukan pemeriksaan, lalu dia menjelaskan kepada Ling Ran dan juga kepada kepala dokter jaga Zhao Leyi: "Di sebelah kiri ada 3-12 tulang rusuk yang terlihat jelas terdislokasi, detak jantungnya 105, dan mengalami pendarahan hebat, kita perlu menyiapkan transfusi darah….."

Dia tidak berbicara terlalu cepat, tidak seperti aktor di dalam drama televisi yang terlihat panik.

Tapi, alasan utamanya adalah karena pasien masih belum mencapai titik yang tidak dapat tertolong.

Di departemen UGD yang ada di rumah sakit, dokter selalu berbicara berdasarkan tanda-tanda vital pada pasien. Dalam klasifikasi Departemen UGD, pasien jenis ini merupakan pasien luka berat level 2, dan tingkat ini tidak sedarurat pasien yang sudah koma.

Oleh karena itu, keputusan yang diambil bisa memiliki lebih banyak waktu untuk dipertimbangkan, dan bisa lebih lambat sedikit untuk melakukan pengobatan.

Zhao Leyi telah bekerja di UGD selama hampir 10 tahun. Dia sudah memiliki beragam pengalaman dan telah mengenal Huo Congjun sejak lama. Dia dengan tenang menerjemahkan apa yang dikatakan Huo Congjun dan berbicara sambil melihat catatan medisnya: "Ambil sampel darahnya, segera lakukan tes darah, tes fungsi ginjal, cek golongan darah, elektrolit, dan fungsi pembekuan darah….."

Dia berbicara sambil mengisi form catatan UGDnya, Huo Congjun menganggukkan kepalanya untuk melihat form pemeriksaannya, dan kemudian menyerahkan form pemeriksaannya kepada orang lain.

Saat itu, suster juga telah menyesuaikan posisi tubuh pasien dan memberikan masker oksigen, dia juga menghubungkan monitor elektrokardioskop ke pasien untuk mengukur tanda-tanda vitalnya.

"Siapkan perangkat untuk mengakses venanya, 500 ml larutan Ringer." Huo Congjun kali ini tidak menguji Ling Ran lagi, dia lalu membuat keputusan dengan cepat: "Omeprazole 10 ml, Larutan Garam 10 ml, dan 1 dosis tunggal injeksi intravena."

Setelah melakukan semua hal itu, Huo Congjun kembali melihat tekanan darah, detak jantung, pernafasan, dan tanda-tanda vital lainnya. Dia lalu berkata lagi kepada Zhao Leyi: "Kamu, lanjutkanlah resusitasinya, aku akan berbicara kepada anggota keluarganya. Ling Ran, kamu ikuti aku."

"Baik." Zhao Leyi sangat sibuk sampai tidak bisa mengangkat kepala untuk menghadap ke arah Huo Congjun.

Huo Congjun membawa Ling Ran bersamanya, dan dia berkata sambil berjalan: "Selain mempunyai teknik medis yang baik untuk mengobati pasien, kamu juga harus menjaga hubungan dengan keluarganya. Kamu tidak akan ingat semua perkataanku jika aku memberimu pelajaran terlalu banyak, jadi pertama-tama, kamu harus membangun kepercayaan diri dan ketenangan, dan kamu harus berbicara dengan nada yang tenang dan lembut."

Biasanya, Huo Congjun tidak akan melakukan hal rumit seperti berbicara dengan keluarga pasien.

Dia sudah merupakan direktur departemen, jika di RS militer lain, statusnya akan setara dengan kolonel senior yang berpangkat, yang tidak akan turun ke medan perang kecuali seluruh peluru dan ransum telah habis.

Tapi, tentu saja dengan kondisi darurat yang banyak membuat dokter kelelahan, Huo Congjun masih perlu sesekali untuk turun tangan menanganinya.

Melihat Ling Ran menganggukkan kepalanya, Huo Congjun lalu tersenyum dan berkata: "Nanti kamu jangan mengatakan apapun, amati saja dan pelajari, itu saja yang penting."

"Baik." Ling Ran menganggukkan kepalanya sekali lagi.

Dua orang anggota keluarga yang sudah menunggu di luar resusitasi terlihat gelisah sambil berusaha melihat ke dalam ruangan.

Huo Congjun keluar dari pintu dan memasang wajah yang tenang dan lembut, tidak sekejam di dalam ruang resusitasi.

"Halo, apakah kalian anggota keluarga dari Tuan Lai Zhongde?" Huo Congjun mengingat bahwa mereka adalah dua orang yang ikut turun dari ambulans tapi masih menanyakannya lagi.

"Benar, aku adalah istrinya." wanita yang terlihat lebih tua mengusap air matanya dan bertanya: "Dokter, bagaimana keadaan suamiku?"

"Tuan Lai masih dalam proses resusitasi, dan aku adalah dokter yang bertanggung jawab. Aku ingin menanyakan beberapa hal pada kalian. Apakah pasien memiliki penyakit liver atau penyakit kronis lainnya?

Istri dari pasien menggelengkan kepalanya, dan kemudian menjelaskan: "Suamiku adalah seorang pegawai sipil, dia mempunyai lemak alkohol yang agak tinggi."

Huo Congjun menganggukan kepalanya lalu bertanya lagi: "Apakah ada penyakit menular?"

"Tidak ada, setiap tahun, kami selalu melakukan pemeriksaan."

"Apakah ada Hepatitis B?"

"Tidak ada"

"Bagaimana dengan infeksi yang lain? Di saat seperti ini, kami harus benar-benar paham kondisi pasien."

"Tidak ada." wanita tersebut menjawab dengan yakin.

Huo Congjun kemudian mencentang kertas form yang dia pegang, lalu bertanya lagi "Bagaimana dengan alergi? Alergi terhadap apa?"

"Dia alergi terhadap serbuk bunga, tapi tidak parah." istri korban berusaha untuk mengingat.

Ling Ran yang mendengarkan pembicaraan kedua orang tersebut segera mengingatnya dan berusaha memprosesnya dengan pengetahuannya.

Proses menanyakan kondisi pasien memiliki struktur yang pasti. Akan tetapi, untuk tetap membutuhkan kemampuan tersendiri untuk menanyakannya dengan terstruktur dan urut.

Seperti halnya pasien ini, jika dia seorang pegawai sipil yang melakukan tes kesehatan secara rutin, maka dia pastinya tahu tentang penyakit kronis dan alergi yang dimilikinya. Dokter juga tidak perlu menanyakan lebih lagi. Namun, jika ada penyakit menular, ini biasanya akan dirahasiakan. Huo Congjun juga bersikap paling tegas saat menanyakan hal ini.

Dia lalu mengajukan pertanyaan lagi seputar kebiasaan minum dan obat yang dikonsumsi, dan kemudian berkata: "Dari sudut pandang kami, pasien telah kehilangan cukup banyak darah dan dia memerlukan transfusi darah, apakah anda tahu apakah dia sebelumnya pernah menjalani transfusi darah? Apakah dia memiliki golongan darah khusus?

"Dia golongan darah A, dan pernah melakukan donor darah…."

Huo Congjun kemudian meminta persetujuan tanda tangan untuk formulir proses transfusi darah, formulir pengakuan, dan formulir resusitasi, dan kemudian meminta keluarga untuk melakukan prosedur pembayaran. Setelah selesai, dia membawa Ling Ran kembali ke ruang resusitasi. Saat perjalanan kembali, dia berkata: "Kamu juga harus ingat untuk meminta tanda tangan persetujuan pasien. Ini akan melindungimu dan juga melindungi pasiennya, kamu paham?

"Paham."

"Barusan aku telah berbicara dengan anggota keluarga pasien, bagaimana menurutmu?"

Ling Ran mengingat kembali proses Huo Congjun saat bertanya mengenai keadaan pasien kemudian berkata: "Aku perlu menguasai ritme percakapannya." 

"Bagus. Apakah ada lagi?"

"Sikap harus tegas…."

"Tepat, poin itu sangat penting, kamu jangan memberikan pemikiran yang tidak perlu terhadap pasien. Bersikap ramah dan tegas sekaligus merupakan hal yang sulit. Tapi kerabat tidak membutuhkan harapan palsu, dan misi utama dari UGD kita ini adalah menyelamatkan pasien." Huo Congjun kemudian selesai menjelaskan.

Perkataan seperti ini, tidak dia katakan kepada dokter magang maupun dokter residen lainnya.

Dia mengatakan ini karena dia melihat Ling Ran pantas mendapatkannya, Huo Congjun pun dengan sabar menjelaskan lebih banyak.

Misi di UGD sangatlah rumit dan mudah untuk membuat kesalahan. Akan tetapi, kesalahan seperti apapun tidak boleh merusak hubungan dokter dengan pasien. Jika tidak bisa menangani hal ini, maka masa seseorang untuk menjadi dokter tidak akan lama.

"Direktur Huo." dokter jaga yang sedang sibuk di ranjang resusitasi melihat ke arah Huo Congjun dan serentak menyapanya dengan suara yang agak lantang.

"Bagaimana?" Huo Congjun dapat mendengar keraguan dalam suara mereka.

"Pendarahannya tidak berhenti." dokter jaga tersebut menggertakkan giginya dan berbicara dengan sedikit terpaksa.