Chereads / Dokter Besar Ling Ran / Chapter 27 - Penggunaan Obat

Chapter 27 - Penggunaan Obat

Peti Harta level Pemula terbuka dan isinya mengeluarkan sebotol Serum Energi lagi, membuat total serum yang dimiliki Ling Ran menjadi enam botol.

Setelah mendapatkan Peti Harta level pemula sebanyak enam kali dan sudah mendapat serum energi sebanyak tujuh botol, Ling Ran pun sudah tidak terlalu peduli terhadap Peti Harta level Pemula lagi.

Akan tetapi, sebagai dokter magang yang baru memulai program magangnya, Ling Ran tetap masih peduli terhadap pencapaian "Berterima Kasih dengan Tulus" ini.

Suster merasa agak sedikit malas untuk mengganti perban dan kemudian menyerahkannya kepada dokter magang, Ling Ran menerima dengan senang hati, dan menggantinya dengan perlahan-lahan.

Gadis berumur 19 tahun itu pun dibuat merona sesaat oleh ketampanan Ling Ran saat dia merawat lukanya selama beberapa menit.

"Setelah mengganti perban, berikutnya kamu harus memastikan agar luka ini tidak terkena air, dan lakukan pelepasan benang jahit tepat waktu, maka bekas luka akan menjadi minim…" Ling Ran memberitahu hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pasien seperti biasa, dia tidak memberi penjelasan seperti para dokter tua yang menggunakan kata - kata yang sangat teknis, karena itu akan membuatnya merasa tidak nyaman.

Keluarga dari gadis itu juga ikut menganggukkan kepala, kemudian gadis itu bertanya lagi: "Dokter… saat proses pelepasan benang jahit, apakah aku bisa memintamu untuk menanganinya?

"Proses pelepasan benang jahitan bisa dilakukan dimanapun, kamu bisa melakukan di rumah sakit lain ataupun klinik lain." Ling Ran menjawab pertanyaannya sesuai prosedur rumah sakit.

"Aku ingin kamu yang menangani pelepasan benang jahitku…." Gadis itu cemberut.

"Kamu bisa memintaku untuk menanganimu, tapi aku belum tentu sedang bertugas saat kamu datang."

"Tidak masalah, aku akan menunggu saat shiftmu tiba." Gadis tersebut berkata sambil menganggukkan kepalanya.

"Proses Pelepasan jahitan tidak boleh ditunda." Nada bicara Ling Ran berubah menjadi tegas, dia lalu berkata "Pelepasan benang jahitan pada saat yang tepat dapat mengurangi bekas jahitan. Waktu pelepasannya masih boleh maju sedikit dari waktu perkiraan, akan tetapi tidak boleh terlambat. Apakah kamu paham?"

Gadis tersebut terdiam. Kemudian, kerabatnya yang ada di sebelahnya segera berkata: "Kami sudah paham, dan kami akan melakukan proses pembukaan jahitan tepat waktu."

Ling Ran akhirnya puas dan menganggukkan kepalanya.

Gadis tersebut memeluk lukanya dan tatapan matanya bersinar bagaikan penuh dengan bintang-bintang.

Proses pemeriksaan puluhan ranjang berikutnya tidak memakan waktu yang lama. Sekelompok pasien yang ada di tengah-tengah ruang resusitasi juga tidak memperlambat kelancaran para dokter, mereka hanya terkadang memanggil untuk menanyakan keluhan mereka.

Setelah menyelesaikan sesi pemeriksaan. Mereka semua kembali ke posisi jaga masing-masing. Huo Congjun meninggalkan ruang observasi dan kembali lagi ke ruang resusitasi. Dia juga memeriksa seluruh keadaan.

Ling Ran mengikuti di belakang Huo Congjun dan juga ikut memeriksa keadaan.

Departemen UGD setiap harinya menerima ribuan pasien, tapi sebagian besar telah terselesaikan di ruang perawatan. Hanya beberapa pasien yang dikirim ke departemen lain setelah mendapatkan pertolongan pertama.

Pasien yang perlu dimasukkan dalam ruang resusitasi tidaklah banyak setiap harinya. Ketika keadaannya agak santai, mungkin hanya terdapat sekitar dua orang pasien yang mengalami luka berat.

Tentu saja, keadaan longgar seperti ini bisa terjadi akan tetapi tidak bisa terlalu diharapkan. Oleh karena itu, biasanya ruang resusitasi adalah sebuah ruangan yang keadaannya selalu kacau..

Ruangan itu dipenuhi dengan pasien yang sedang koma, menggunakan alat bantu pernafasan, dan pasien yang mengalami luka bakar yang parah. Keluhan pasien yang paling sering muncul adalah kesulitan bernafas, dan mereka dibagi menjadi kondisi parah jenis 1 dan kondisi jenis 2. Mereka merupakan tamu yang sering datang di ruang resusitasi.

"aaaaaa~"

Seorang pria paruh baya dari ranjang sebelah tiba-tiba kejang-kejang, dan keluarganya seketika menjadi panik. Mereka lalu segera berteriak memanggil "Dokter, dokter!"

Seorang dokter wakil direktur segera datang dengan langkah kaki cepat dan memeriksanya, lalu segera berlari ke arah dokter residen dan berkata: "Siapkan Defibrillator."

Suster yang ada di sebelah tanpa menunggu perintah segera mencari nadi pasien dan menyiapkan infus.

Suster yang lain membawa kereta resusitasi dan langsung mengetes jantung pasien, tekanan darah, dan kandungan oksigen dalam darah. 

Huo Congjun lalu membawa Ling Ran berdiri beberapa meter dari lokasi tersebut dan bertanya: "Obat-obatan apa yang perlu dipakai?"

"Hmmm…." Pemahaman Ling Ran terhadap obat-obatan hanya sebatas yang ada di buku saja, jadi dia hanya bisa mengingat kembali ingatannya saat dulu belajar.

"Sudah saatnya untuk memberi perintah." Huo Congjun jelas sedang memberikan simulasi, atau bisa dibilang pengajaran di tempat.

Soal ini, di ujian akhir universitas kedokteran, mungkin hanya bernilai 5 poin. Tapi ketika di saat kondisi yang sebenarnya, benar-benar bisa membuat keringat dingin saat menghadapinya.

Ling Ran merasakan benar atmosfer ketegangan di ruangan, dia pun menarik nafas dalam-dalam dan berkata: "epinefrin, berikan injeksi lidocaine, kemudian…. Berikan infus dekstrosa, dan kurangi lidocainenya…."

Usai berbicara, dokter yang menangani pasien tersebut memberikan perintah: "epinefrin, lidocaine."

Selanjutnya, dokter tersebut melakukan resusitasi kardiopulmoner (CPR), dilanjutkan dengan menggunakan defribillator, kemudian memberinya suntikan.

Kemudian, dia memberikan perintah berikutnya: "5% dekstrosa, transfusi 250 mg lidocaine."

Operasi darurat yang sesuai standar dan juga teratur, dalam beberapa menit dapat mengembalikan pasien yang hampir meninggal.

Ling Ran mengamati langkah kaki suster yang ada di tempat dan mendengarkan dokter yang memberi perintah. Dia sama sekali tidak merasa tegang, dan hanya merasa senang.

Dia merasa senang terhadap 5% dekstrosa dan 250mg Lidocaine, dengan ketepatannya dalam mengukur dosis infus dan langkah urutan proses pertolongan darurat.

Memiliki insting untuk membuat suatu keputusan yang pasti seperti ini merupakan hal yang terpenting, bisa membantu pasien untuk kembali ke kondisinya yang normal.

Dalam pekerjaan bidang lain, membuat keputusan yang benar maupun salah, perbedaannya tidak terlalu besar, dan membutuhkan waktu yang lama untuk efeknya terlihat dan si pembuat kesalahan menyadari bahwa dia telah membuat kesalahan.

Tapi di rumah sakit, garis perbedaan ini sangatlah tipis

Terutama, pada pasien yang kritis, dokter perlu memberikan keputusan yang cepat tentang tindakan apa yang akan dilakukan kepada pasien. 

Mungkin, hanya perlu 1-2 detik untuk elektrokardiogram yang stabil menjadi kacau, dan tekanan darah yang tinggi menjadi normal.

Pertanyaan Huo Congjun tersebut merupakan pertanyaan yang mudah. Mahasiswa kedokteran manapun pasti bisa menjawab pertanyaan tersebut. Tapi perbedaannya adalah, jika salah mengerjakan soal, kita kehilangan poin, jika salah praktek, kita kehilangan nyawa.

"Mengapa menggunakan lidocaine?" Huo Congjun melihat ke arah pasien yang kemudian sadar, baru melanjutkan pertanyaannya.

Dalam situasi yang sibuk, Ling Ran menjawab pertanyaan sambil mengamati setiap gerakan para dokter dan suster "karena lidocaine mempunyai efek anti-ritme yang kuat"

"Ada lagi?"

Ling Ran mengingat kembali materi yang dahulu dipelajari dari buku: "Mempunyai fungsi sebagai antibakteri dan melindungi otak."

Huo Congjun menggelengkan kepalanya "Lidocaine digunakan dalam keadaan darurat karena dapat mencegah peradangan. Ada juga penelitian yang menyatakan penggunaan lidocaine saat operasi dapat secara efektif mengurangi waktu inap pasien. Apakah kamu tidak membaca makalah?" 

Ling Ran berkata jujur: "Jarang."

Mahasiswa kedokteran sangat kekurangan waktu untuk belajar. Bagaimana mungkin ada waktu lagi untuk membaca makalah.

"Setiap hari setidaknya bacalah dua makalah setiap kamu pulang magang." Huo Congjun sudah mulai berperilaku seperti guru pembimbing.

"Baik." jawab Ling Ran mengiyakan.

Ruang resusitasi di UGD sangatlah sibuk dan kacau bagaikan tempat sabung ayam.

Huo Congjun menarik Ling Ran, keduanya seperti dua orang yang sedang mengamati dan berdiskusi sambil melihat pertarungan ayam di ring.

Beberapa dokter juga ingin mendengar pembicaraannya, tapi baru beberapa menit, mereka sudah dibuat sibuk untuk mengerjakan pekerjaan lainnya.

Dua jam kemudian, otak Ling Ran sudah merasa lelah. Dia mulai berpikir apakah perlu untuk menggunakan Serum Energi.

"Siapkan ruang resusitasi, akan ada pasien korban kecelakaan yang datang lima menit lagi." Seorang suster berteriak setelah menutup teleponnya, membuat setiap dokter menjadi siaga.

"Ikut aku untuk menjemput pasiennya." Huo Congjun seketika menjadi bersemangat, dia melepas pegangannya di lengan Ling Ran dan segera berjalan di depan.

Ling Ran yang merasa lelah seketika merasakan lelahnya menghilang, dan dia pun segera mengikuti Huo Congjun.

Dia sebenarnya sudah pernah menjemput pasien yang datang, akan tetapi, pasien yang memasuki ruang perawatan dan pasien yang memasuki ruang resusitasi pasti akan sangat berbeda…. Dan dia akan segera mengetahuinya 5 menit lagi.