Chereads / Sistem Teknologi Gelap / Chapter 73 - Aku Masih Tidak Mau Ke Langit!

Chapter 73 - Aku Masih Tidak Mau Ke Langit!

Waktu menunjukkan pukul setengah 9 pagi, dan kursi-kursi di kelas sudah hampir penuh.

Luzhou berjalan ke kursi kosong di bagian belakang dan segera duduk.

Pada jam 8.50, kursi kelas telah benar-benar penuh, sehingga beberapa murid mengambil kursi dari kelas sebelah, dan duduk di lorong-lorong di antara barisan kursi yang sudah disediakan.

Tidak hanya mahasiswa Jin Da yang ikut kelas tambahan ini, ada beberapa mahasiswa dari universitas di sekitar, yang juga ikut masuk dan berpartisipasi.

Dari antusiasme ini, sudah jelas bahwa pengaruh profesor Ren Changming sangatlah besar.

Tepat jam 9, kelas segera dimulai, dan Luzhou menatap pria tua di podium dengan perasaan tidak asing. Sepertinya, ia pernah bertemu pria itu, namun ia duduk terlalu jauh, dan jika pria itu tidak memakai pakaian yang sama, Luzhou akan kesulitan untuk mengingat di mana ia pernah melihat pria tersebut.

PPT pendukung kelas mulai muncul, dan mahasiswa tahun pertama di sebelahnya akhirnya berhenti mengobrol, dan mulai mengambil buku catatan beserta dengan pulpen.

Tiba-tiba, gadis itu terdiam saat melihat Luzhou.

Setelah memandang beberapa kali, akhirnya gadis itu berbisik, "Apakah kamu Luzhou?"

Luzhou mengangguk, "Benar."

Mata gadis itu tampak berbinar-binar, suara bisikannya terdengar gembira. "Apa kamu salah satu dari tiga besar itu, Luzhou?"

"Iya benar… Ada apa?"

"Tidak, tidak. Tidak apa-apa." Gadis itu segera menggeleng.

Kalau begitu, kenapa memanggil?!

Luzhou terdiam, dan akhirnya ia memutuskan untuk berpaling, mengambil buku catatannya, dan mencatat penjelasan Dosen di depan kelas.

"..."

"..." Luzhou tampak diam.

Luzhou tidak tahu apakah ia hanya sedang tidak konsentrasi, atau memang kedua gadis mahasiswa tahun pertama di sampingnya, terus memandangnya dan berbisik-bisik dengan nada gembira.

Ia hanya bisa menghela nafas dalam hati.

Apa ini kehidupan seorang seleb?

Rasanya…

Lumayan, sih.

Untungnya, kedua gadis itu tidak terus-menerus membicarakannya, dan setelah beberapa saat, mereka berganti topik.

Luzhou segera berkonsentrasi, tidak ada lagi yang ia pikirkan selain penjelasan Dosen yang ada di depan.

Untungnya, Profesor Ren baru menyelesaikan kata-kata pembuka, sehingga Luzhou tidak tertinggal terlalu jauh.

"Sesuai dengan matematika yang kita semua pernah pelajari di sekolah dulu, ada angka-angka yang hanya memiliki dua faktor, yakni 1 dan dirinya sendiri, dan itulah yang disebut bilangan prima. Mungkin ada beberapa dari kalian yang mengingat 100 bilangan prima teratas untuk ulangan dulu, namun sekarang kita akan mempelajari tentang bilangan prima kembar. Bilangan prima kembar adalah sepasang bilangan prima dengan jarak 2, satu sama lain, seperti 3 dan 5, 5 dan 7, dan 7 dan 11. Dengan kata lain, rumus bilangan prima kembar ini adalah p dan (p+2). Semakin besar angka, semakin kecil juga jumlah bilangan prima kembar yang bisa ditemukan."

"Di bawah 100, ada 8 pasang bilangan prima kembar, namun hanya ada 2 pasang di kisaran 501 sampai 600. Semakin besar bilangan, semakin jauh juga jarak satu bilangan prima dengan bilangan prima lainnya–—Namun, ada juga Hipotesis Goldbach, yang menyatakan bahwa jumlah bilangan prima kembar tidak bisa dihitung dan akan terus ada, bahkan…"

Setelah itu, Profesor Ren menuliskan sebaris angka di atas papan.

[2003663613×2195000-1 & 2003663613×2195000+1]

Lalu ia kembali memandang para murid, dan menyunggingkan senyum, kemudian melanjutkan penjelasan.

"Ada banyak bilangan prima dengan selisih dua, dan tidak akan pernah habis. Inilah inti dari hipotesis terkenal itu."

Sementara ini, Profesor Ren masih belum menjelaskan bagian bilangan prima kembar yang rumit, sehingga Luzhou yang masih belum mempelajari bilangan prima kembar secara seksama pun bisa mengikuti penjelasannya.

Sama dengan para mahasiswa tahun pertama. Baik para penyuka matematika atau para amatir, mereka semua mendengarkan penjelasan profesor tersebut dengan seksama.

Namun, tidak lama kemudian, penjelasan menjadi semakin berat.

"Hipotesis prima kembar adalah salah satu masalah yang sulit diselesaikan oleh komunitas akademia matematika, namun tahun lalu, ada studi baru…" Profesor Ren tersenyum kemudian memindahkan PPT, lalu melanjutkan ucapannya. "Zhang Yitang, seorang matematikawan dari China, telah membuktikan bentuk sederhana dari bilangan prima kembar, dan menemukan ada banyak sekali pasangan bilangan prima dalam perbedaan 70 juta, sehingga pencapaian baru dalam…"

Profesor Ren membenarkan letak kacamata-nya lalu menuliskan rumus Zhang di atas papan.

[Theta (n) = lnn jika n adalah bilangan prima; Jika Theta (n) = 0, ambil lambda (n) - ..., definisi S1 (x) = ..., S2 (x) = ...,]

[Dibuktikan S2 – (log3x) S > 0….]

[...]

Melihat semua rumus itu, para murid-murid yang awalnya mengerti pun menjadi kebingungan.

Tidak perlu jauh-jauh, ekspresi gadis di samping Luzhou seakan-akan telah mengatakan 'Di mana aku?', 'Apa yang kulakukan disini?'. Rasanya seperti ketinggalan roket ke planet lain jika konsentrasi buyar sedetik saja.

Luzhou tentu saja masih bisa mengikuti penjelasan tersebut.

Singkatnya, Tuan Zhang telah berhasil menggunakan fungsi lambda untuk membuktikan bahwa K>= 3.5 * 10 ^6, sehingga dapat disimpulkan S2 – (Log3x) S1 > 0 adalah rumus yang benar.

Dengan mencatat 3.5 * 10 ^6 sebagai jarak penelitian, telah terbukti bahwa ada bilangan-bilangan dengan perbedaan 70 juta atau kurang.

"Jadi, menurut metode Tuan Zhang, saat ini rumus telah dikurangi menjadi K>= 3.5 * 10 ^ 6 menjadi K>=50. Dengan kata lain, jarak telah dikurangi menjadi 246. Sisanya akan menjadi pekerjaan matematikawan di masa depan."

Kemudian Profesor Ren meletakkan kapurnya di atas meja. "Mungkin saja, suatu hari nanti, ada sosok hebat yang berhasil menyelesaikan soal bersejarah ini, akan ada di sini."

"Aku akan menunggu datangnya hari itu!"

Plok! Plok! Plok!

Suara tepuk tangan bergema di dalam kelas.

Semua mahasiswa memberikan tepuk tangan meriah.

Mengerti atau tidak urusan belakangan, yang penting tepuk tangannya dulu!

Tentu saja, mereka yang mengerti dapat dilihat dari ekspresi serius pada wajah mereka.

Termasuk Luzhou.

Ini hanya perkenalan saja, dan kelas tambahan ini tidak bisa dibilang sebagai kelas sesungguhnya. Kelas ini lebih ditujukan untuk membakar minat para murid terhadap matematika.

Profesor Ren membicarakan tentang Hipotesis Goldbach, Hipotesis prima kembar, dan pembicaraan tentang Hipotesis Goldbach diikuti dengan penemuan terbaru di bidang Teori Angka.

Dapat dikatakan bahwa profesor tua itu sudah makan asam garam saat bergelut di dunia matematika.

Dia bisa saja berbicara tentang hal-hal paling rumit, dan pemula pun pasti akan mendengarkannya dengan seksama.

Namun, bobot penjelasan di akhir jauh lebih ringan daripada penjelasan awal, sehingga Luzhou memutuskan untuk fokus memikirkan bukti hipotesis bilangan prima kembar tadi.

Luzhou mengingat saat ia bekerja di perpustakaan, seraya menatap tulisan pada papan yang ada di depan. Ia mendapatkan inspirasi, namun lagi-lagi ia terlambat, dan inspirasi itu hilang lagi.

Tidak lama kemudian, kelas telah selesai.

Anggota Himpunan Mahasiswa berjalan maju ke baris terdepan dan mulai melakukan presentasi.

Akhirnya, setelah namanya dipanggil, Luzhou bersiap untuk pergi ke perpustakaan. Namun gadis yang tadi duduk di sebelahnya lagi-lagi memanggil.

"Kakak, Kak, tunggu sebentar. Bisakah aku menambahkan QQ-mu?"

Tidak ingin menghabiskan waktu, Luzhou segera menuliskan username-nya di kertas yang diberikan gadis itu, lalu pergi tanpa mengatakan apa-apa. Gadis itu bahkan hanya bisa diam.

Namun, baru beberapa saat setelah ia berjalan, dan seseorang yang menghentikannya.

Bukan orang sembarangan–— sosok yang menghentikannya adalah profesor Ren sendiri.

Pria tua itu tersenyum, dan Luzhou menyesal tidak menunggu di tangga dekat pintu masuk.

"Ah, Nak. Kita bertemu lagi."

"???" Luzhou tampak bingung mendengar sapaannya.

Kita sudah pernah ketemu?

Iya sih, rasanya pernah lihat…

Sebelum Luzhou sempat menjawab, pria tua itu angkat bicara.

"Nak, apa kamu tertarik bekerja dalam bidang antariksa?"

Luzhou yang masih sibuk memikirkan tentang bilangan prima kembar tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan itu.

Sial, apa ini pertanyaan yang akan membuatku menjadi astronot?

Harus jawab apa ini?!

Kemudian Luzhou tersenyum, "Uh, Profesor, aku masih tidak ingin pergi ke langit."

Luzhou berjalan ke kursi kosong di bagian belakang dan segera duduk.

Pada jam 8.50, kursi kelas telah benar-benar penuh, sehingga beberapa murid mengambil kursi dari kelas sebelah, dan duduk di lorong-lorong di antara barisan kursi yang sudah disediakan.

Tidak hanya mahasiswa Jin Da yang ikut kelas tambahan ini, ada beberapa mahasiswa dari universitas di sekitar, yang juga ikut masuk dan berpartisipasi.

Dari antusiasme ini, sudah jelas bahwa pengaruh profesor Ren Changming sangatlah besar.

Tepat jam 9, kelas segera dimulai, dan Luzhou menatap pria tua di podium dengan perasaan tidak asing. Sepertinya, ia pernah bertemu pria itu, namun ia duduk terlalu jauh, dan jika pria itu tidak memakai pakaian yang sama, Luzhou akan kesulitan untuk mengingat di mana ia pernah melihat pria tersebut.

PPT pendukung kelas mulai muncul, dan mahasiswa tahun pertama di sebelahnya akhirnya berhenti mengobrol, dan mulai mengambil buku catatan beserta dengan pulpen.

Tiba-tiba, gadis itu terdiam saat melihat Luzhou.

Setelah memandang beberapa kali, akhirnya gadis itu berbisik, "Apakah kamu Luzhou?"

Luzhou mengangguk, "Benar."

Mata gadis itu tampak berbinar-binar, suara bisikannya terdengar gembira. "Apa kamu salah satu dari tiga besar itu, Luzhou?"

"Iya benar… Ada apa?"

"Tidak, tidak. Tidak apa-apa." Gadis itu segera menggeleng.

Kalau begitu, kenapa memanggil?!

Luzhou terdiam, dan akhirnya ia memutuskan untuk berpaling, mengambil buku catatannya, dan mencatat penjelasan Dosen di depan kelas.

"..."

"..." Luzhou tampak diam.

Luzhou tidak tahu apakah ia hanya sedang tidak konsentrasi, atau memang kedua gadis mahasiswa tahun pertama di sampingnya, terus memandangnya dan berbisik-bisik dengan nada gembira.

Ia hanya bisa menghela nafas dalam hati.

Apa ini kehidupan seorang seleb?

Rasanya…

Lumayan, sih.

Untungnya, kedua gadis itu tidak terus-menerus membicarakannya, dan setelah beberapa saat, mereka berganti topik.

Luzhou segera berkonsentrasi, tidak ada lagi yang ia pikirkan selain penjelasan Dosen yang ada di depan.

Untungnya, Profesor Ren baru menyelesaikan kata-kata pembuka, sehingga Luzhou tidak tertinggal terlalu jauh.

"Sesuai dengan matematika yang kita semua pernah pelajari di sekolah dulu, ada angka-angka yang hanya memiliki dua faktor, yakni 1 dan dirinya sendiri, dan itulah yang disebut bilangan prima. Mungkin ada beberapa dari kalian yang mengingat 100 bilangan prima teratas untuk ulangan dulu, namun sekarang kita akan mempelajari tentang bilangan prima kembar. Bilangan prima kembar adalah sepasang bilangan prima dengan jarak 2, satu sama lain, seperti 3 dan 5, 5 dan 7, dan 7 dan 11. Dengan kata lain, rumus bilangan prima kembar ini adalah p dan (p+2). Semakin besar angka, semakin kecil juga jumlah bilangan prima kembar yang bisa ditemukan."

"Di bawah 100, ada 8 pasang bilangan prima kembar, namun hanya ada 2 pasang di kisaran 501 sampai 600. Semakin besar bilangan, semakin jauh juga jarak satu bilangan prima dengan bilangan prima lainnya–—Namun, ada juga Hipotesis Goldbach, yang menyatakan bahwa jumlah bilangan prima kembar tidak bisa dihitung dan akan terus ada, bahkan…"

Setelah itu, Profesor Ren menuliskan sebaris angka di atas papan.

[2003663613×2195000-1 & 2003663613×2195000+1]

Lalu ia kembali memandang para murid, dan menyunggingkan senyum, kemudian melanjutkan penjelasan.

"Ada banyak bilangan prima dengan selisih dua, dan tidak akan pernah habis. Inilah inti dari hipotesis terkenal itu."

Sementara ini, Profesor Ren masih belum menjelaskan bagian bilangan prima kembar yang rumit, sehingga Luzhou yang masih belum mempelajari bilangan prima kembar secara seksama pun bisa mengikuti penjelasannya.

Sama dengan para mahasiswa tahun pertama. Baik para penyuka matematika atau para amatir, mereka semua mendengarkan penjelasan profesor tersebut dengan seksama.

Namun, tidak lama kemudian, penjelasan menjadi semakin berat.

"Hipotesis prima kembar adalah salah satu masalah yang sulit diselesaikan oleh komunitas akademia matematika, namun tahun lalu, ada studi baru…" Profesor Ren tersenyum kemudian memindahkan PPT, lalu melanjutkan ucapannya. "Zhang Yitang, seorang matematikawan dari China, telah membuktikan bentuk sederhana dari bilangan prima kembar, dan menemukan ada banyak sekali pasangan bilangan prima dalam perbedaan 70 juta, sehingga pencapaian baru dalam…"

Profesor Ren membenarkan letak kacamata-nya lalu menuliskan rumus Zhang di atas papan.

[Theta (n) = lnn jika n adalah bilangan prima; Jika Theta (n) = 0, ambil lambda (n) - ..., definisi S1 (x) = ..., S2 (x) = ...,]

[Dibuktikan S2 – (log3x) S > 0….]

[...]

Melihat semua rumus itu, para murid-murid yang awalnya mengerti pun menjadi kebingungan.

Tidak perlu jauh-jauh, ekspresi gadis di samping Luzhou seakan-akan telah mengatakan "Di mana aku?", "Apa yang kulakukan disini?". Rasanya seperti ketinggalan roket ke planet lain jika konsentrasi buyar sedetik saja.

Luzhou tentu saja masih bisa mengikuti penjelasan tersebut.

Singkatnya, Tuan Zhang telah berhasil menggunakan fungsi lambda untuk membuktikan bahwa K>= 3.5 * 10 ^6, sehingga dapat disimpulkan S2 – (Log3x) S1 > 0 adalah rumus yang benar.

Dengan mencatat 3.5 * 10 ^6 sebagai jarak penelitian, telah terbukti bahwa ada bilangan-bilangan dengan perbedaan 70 juta atau kurang.

"Jadi, menurut metode Tuan Zhang, saat ini rumus telah dikurangi menjadi K>= 3.5 * 10 ^ 6 menjadi K>=50. Dengan kata lain, jarak telah dikurangi menjadi 246. Sisanya akan menjadi pekerjaan matematikawan di masa depan."

Kemudian Profesor Ren meletakkan kapurnya di atas meja. "Mungkin saja, suatu hari nanti, ada sosok hebat yang berhasil menyelesaikan soal bersejarah ini, akan ada di sini."

"Aku akan menunggu datangnya hari itu!"

Plok! Plok! Plok!

Suara tepuk tangan bergema di dalam kelas.

Semua mahasiswa memberikan tepuk tangan meriah.

Mengerti atau tidak urusan belakangan, yang penting tepuk tangannya dulu!

Tentu saja, mereka yang mengerti dapat dilihat dari ekspresi serius pada wajah mereka.

Termasuk Luzhou.

Ini hanya perkenalan saja, dan kelas tambahan ini tidak bisa dibilang sebagai kelas sesungguhnya. Kelas ini lebih ditujukan untuk membakar minat para murid terhadap matematika.

Profesor Ren membicarakan tentang Hipotesis Goldbach, Hipotesis prima kembar, dan pembicaraan tentang Hipotesis Goldbach diikuti dengan penemuan terbaru di bidang Teori Angka.

Dapat dikatakan bahwa profesor tua itu sudah makan asam garam saat bergelut di dunia matematika.

Dia bisa saja berbicara tentang hal-hal paling rumit, dan pemula pun pasti akan mendengarkannya dengan seksama.

Namun, bobot penjelasan di akhir jauh lebih ringan daripada penjelasan awal, sehingga Luzhou memutuskan untuk fokus memikirkan bukti hipotesis bilangan prima kembar tadi.

Luzhou mengingat saat ia bekerja di perpustakaan, seraya menatap tulisan pada papan yang ada di depan. Ia mendapatkan inspirasi, namun lagi-lagi ia terlambat, dan inspirasi itu hilang lagi.

Tidak lama kemudian, kelas telah selesai.

Anggota Himpunan Mahasiswa berjalan maju ke baris terdepan dan mulai melakukan presensi.

Akhirnya, setelah namanya dipanggil, Luzhou bersiap untuk pergi ke perpustakaan. Namun gadis yang tadi duduk di sebelahnya lagi-lagi memanggil.

"Kakak, Kak, tunggu sebentar. Bisakah aku menambahkan QQ-mu?"

Tidak ingin menghabiskan waktu, Luzhou segera menuliskan username-nya di kertas yang diberikan gadis itu, lalu pergi tanpa mengatakan apa-apa. Gadis itu bahkan hanya bisa diam.

Namun, baru beberapa saat setelah ia berjalan, dan seseorang yang menghentikannya.

Bukan orang sembarangan–— sosok yang menghentikannya adalah profesor Ren sendiri.

Pria tua itu tersenyum, dan Luzhou menyesal tidak menunggu di tangga dekat pintu masuk.

"Ah, Nak. Kita bertemu lagi."

"???" Luzhou tampak bingung mendengar sapaannya.

Kita sudah pernah ketemu?

Iya sih, rasanya pernah lihat…

Sebelum Luzhou sempat menjawab, pria tua itu angkat bicara.

"Nak, apa kamu tertarik bekerja dalam bidang antariksa?"

Luzhou yang masih sibuk memikirkan tentang bilangan prima kembar tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan itu.

Sial, apa ini pertanyaan yang akan membuatku menjadi astronot?

Harus jawab apa ini?!

Kemudian Luzhou tersenyum. "Uh, Profesor, aku masih tidak ingin pergi ke langit."