Chereads / Sistem Teknologi Gelap / Chapter 39 - Surat Pengacara, Mari Kita Cari Tahu (Untuk Ketiga Kalinya)

Chapter 39 - Surat Pengacara, Mari Kita Cari Tahu (Untuk Ketiga Kalinya)

Hari ini suasana hati Zhu Fangcai sedang baik.

Dulu, beliau adalah seseorang yang tidak berguna dan hanya suka memberi kritikan, tetapi secara tak terduga ia bisa berada di pencarian utama.

Meskipun Universitas Jinling dan badan editorial Komunikasi Modern Dan Teknologi Informasi Geografis telah memberikan respon dan mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan makalahnya, tetapi orang-orang tidak peduli.

Sekarang Universitas Jinling tidak punya pilihan lain selain mengirimkan surat pada Zhu Fancai melalui pengacara.

Dalam surat tersebut, pihak universitas Jinling telah menjelaskan bahwa tidak ada masalah pada makalah dan artikel yang dibuat oleh Luzhou. Pihak universitas juga memohon agar Zhu Fangcai menghapus postingannya pada Weibo dan meminta maaf. Jika Zhu Fangcai tidak bersedia, maka pihak universitas Jinling akan mengajukan tuntutan.

Selain itu, para pejabat Universitas Jinling juga telah memberikan respon dengan cara menunjukkan balasan dari beberapa editor akademik yang bertanggung jawab atas peninjauan di jurnal Komunikasi Modern Dan Teknologi Informasi Geografis. Mereka menunjukkan bahwa makalah Luzhou masih memiliki nilai akademis.

Namun, apakah pihak universitas tidak takut dengan Zhu Dacui?

Apakah ada seseorang yang sedang mempermainkan para pejabat fakultas?

Mengirimkan surat melalui bantuan pengacara adalah hal yang bagus!

Ini bukanlah pertama kalinya untuk mengajukan tuntutan.

Pihak universitas khawatir tidak akan dapat menahan tekanannya!

Hanya dalam waktu dua hari, Zhu Fangcai telah menarik perhatian sejumlah 400.000 orang, bahkan sekarang sudah melampaui 3 juta orang! Setelah mendapatkan surat dari universitas Jinling, mungkin Zhu Fangcai akan menerima lebih banyak perhatian dari masyarakat.

Oleh karena itulah, Zhu Fangcai tidak mempedulikan surat yang dikirimkan oleh universitas Jinling melalui pengacara. Ia justru menyalakan komputer dan membuka situs Weibo untuk mengedit postingan blog yang kedua.

Hal ini sudah seperti perang kata-kata.

'Seseorang yang Munafik Sedang Marah——dan Mengirimkan Surat Peringatan Melalui Pengacara.'

Zhu Fangcai merasa puas setelah melihat judul artikelnya. Ia kemudian mulai mengetik di atas keyboardnya.

"Universitas Jinling memberikan balasan, dan mengatakan bahwa tidak ada yang salah dengan makalahnya."

"Meskipun tidak ada yang salah dengan makalahnya, tetapi mari kita pikirkan kembali dengan baik. Mengapa ada mahasiswa semester awal yang bisa menerbitkan 9 makalah SCI dalam waktu sebulan? Siapa yang dapat membuktikan bahwa makalah itu memang ditulis sendiri? Saya menduga semua itu adalah hasil menjiplak! Mungkin makalahnya ditulis oleh orang lain!"

"Ini adalah kali pertama, ada sebuah universitas yang mengalami hal seperti ini, tetapi tidak menginvestigasi mahasiswa yang terlibat dan justru berusaha menutup mulut pelapor dengan mengirimkan surat peringatan melalui pengacara. Hal ini tentu sangat mengecewakan bagi orang-orang yang peduli dengan pendidikan. Sepertinya latar belakang mahasiswa ini tidak begitu jelas!"

"Jika saya membuat siapapun tersinggung, saya minta maaf. Akan tetapi, saya tidak merasa telah menyinggung siapapun! Mengapa saya harus meminta maaf saat saya melakukan hal yang benar? Saya sendiri adalah seorang peneliti ilmiah. Menurut saya, menyelesaikan sembilan makalah dalam waktu satu bulan adalah hal yang mustahil! Sebagai seorang komentator pendidikan, saya merasa bahwa hal ini harus diungkapkan ke publik dan diselidiki!"

"Saya ingin meminta maaf, kecuali jika Luzhou bisa menemui saya dan menjawab semua pertanyaan saya, tetapi apakah ia berani?"

Saat mengetik dua kata ini [Marga Lu], Zhu Fangcai berhenti. Ia kemudian tersenyum sinis lalu menekan tombol backspace untuk menghapus dan menggantinya dengan nama [Mahasiswa Zhou].

Sekarang Zhu Fangcai tidak hanya menuliskan inisial nama Luzhou sebagai Lu.

Ia telah menambahkan nama Zhou!

Klik kirimkan!

Zhu Fangcai kemudian menekan tombol kirim, lalu ia menyandarkan punggungnya di kursi komputer, dan mengangkat satu kakinya. Beberapa saat kemudian, komentar dan pujian pun muncul.

[Saya terkejut, ternyata ia adalah seorang mahasiswa tingkat satu!]

[Ia bermarga Lu dan bernama Zhou, jadi ternyata mahasiswa yang merupakan seorang "ahli" itu bernama Luzhou! Ini benar-benar mengejutkan]

[Kami kecewa dengan kondisi dunia pendidikan kami…]

[Dukung Guru Zhu! Berjuang untuk melawan penipuan akademik! (Berjuang) (Berjuang)]

[Jika berada di negara X, dan ketahuan melakukan penipuan akademik, hal itu akan ditangani oleh pihak kepolisian…]

[Universitas Jinling pasti membantu mahasiswanya demi mempertahankan reputasi. Tapi kalau dilihat-lihat, jika ia membuat masalah sebesar ini, habislah dia (tertawa)]

[...]

Ha ha ha ha!

Ketika melihat komentar-komentar tersebut, Zhu Fangcai menjadi girang.

Lalu, HP nya yang berada di atas meja pun berdering.

Setelah berdehem singkat, ia mengambil HP nya dan menerima panggilan telepon tersebut.

"Halo?"

"Halo, Tuan Zhu, ini adalah Kantor Pengurusan Akademik Universitas Jinling…"

"Oh, ya baguslah kalau begitu. Pertama-tama saya ingin mengatakan bahwa saya bukan mahasiswa anda, jika anda ingin mengatakan sesuatu, katakanlah saja." Ujar Zhu Fangcai sambil mengeluarkan rokoknya lalu menaruhnya di mulutnya dan menyalakannya.

Sikap angkuh Zhu Fangcai membuat dosen yang berada di seberang telpon menjadi heran, tetapi masih mampu menahan diri dan berkata, "Kalau begitu saya akan secara langsung mengatakan bahwa tuduhan Anda yang tidak masuk akal telah menimbulkan masalah bagi mahasiswa kami. Kami harap Anda bisa menanggapi masalah ini dengan serius, lalu meminta maaf atas perkataan dan tindakan Anda."

Sementara itu, Zhu Fangcai hanya tertawa sambil membuang abu rokoknya. Ia kemudian berkata dengan girang. "Apakah ada masalah? Saya rasa tidak ada masalah. Anda boleh menganggap saya salah, tetapi Anda tidak boleh menghalangi hak saya untuk bicara. Saya bebas untuk mengatakan apa saja!"

"Tuan Zhu!" Dosen yang menelepon Zhu Fangcai pun menjadi tersulut emosi setelah mendengar ucapan barusan, tetapi ia berhasil menahan amarahnya.

Dosen tersebut berusaha menahan amarahnya karena khawatir bahwa panggilan telepon ini direkam secara diam-diam. Ia khawatir hal tersebut akan semakin memperburuk citra universitas jika ia meluapkan emosinya.

Zhu Fangcai kemudian berkata, "Baiklah, jangan membuang-buang waktu. Saya akan minta maaf, asalkan Anda bisa membuktikan dua hal yaitu, buktikan bahwa makalah tersebut merupakan makalah berkualitas tinggi dan bukan makalah yang berkualitas rendah! Dan yang kedua adalah, buktikan jika makalah itu memang ditulis oleh Luzhou sendiri! Jika Anda tidak mampu memberikan bukti atas dua hal tersebut, maka saya tidak akan meminta maaf! Saya akan berjuang sampai akhir demi komunitas akademik!"

Setelah itu, Zhu Fangcai tidak mengatakan apapun dan mengakhiri panggilan telepon.

...

Belakangan ini, Luzhou merasa bahwa ia telah menjadi seseorang yang paling dicari. Ia tidak tahu siapa yang membocorkan WeChat-nya, tetapi tiba-tiba ada begitu banyak orang yang mengirim pesan padanya.

[Tuan, tolong buatkan makalah!]

[Aku ingin berkonsultasi tentang SCI, apakah kamu bisa membantuku?]

[Aku ingin menulis makalah SCI bagi orang lain, apakah biayanya bisa ditawar?]

Tampaknya masih ada orang yang benar-benar mendukungnya.

Meskipun cara mereka untuk memberikan dukungan agak membingungkan.

Tetapi, tentu saja, Luzhou juga mendapatkan banyak ejekan dari orang-orang yang mendukung tindakan Zhu Fangcai.

Luzhou sudah terbiasa dengan ejekan tersebut, karena kurang lebih isinya sama semua. Hanya berisi dua kalimat yang tidak begitu kreatif.

Sedangkan untuk anggota keluarganya, karena mereka tidak menggunakan situs Weibo, maka mereka tidak melihat berita negatif tersebut. Masalah tersebut juga tidak terlalu berdampak pada hidup Luzhou. Ia juga masih menjadi guru les matematika bagi Han Mengqi.

Tidak ada yang mengenalinya saat di jalan, dan kampus juga sepi karena sedang liburan musim panas.

Lalu, tiba-tiba Luzhou mendapatkan pesan dari Chen Yushan.

[Chen Yushan : Aku belakangan ini tidak pernah melihatmu di perpustakaan. Apa kamu baik-baik saja?]

[Chen Yushan : Orang itu benar-benar keterlaluan! Kamu jelas-jelas menulisnya dengan susah payah.]

[Chen Yushan: Apa kamu mau keluar malam ini? Apa kita bisa makan bersama?]

Pesan dari Chen Yushan tersebut membuat Luzhou merasa terhibur, karena masih ada orang yang peduli padanya. Jarin-jarinya kemudian berada di atas layar HP nya dan mulai mengetikkan pesan balasan: [Lain kali saja. Sebentar lagi aku harus menghadiri wawancara dengan Harian Jinling, dan aku tidak tahu kapan akan selesai.]

[Chen Yushan : Apakah kamu akan masuk dalam berita???]

[Luzhou : Sepertinya bukan untuk sesuatu yang baik…]

Luzhou menunggu sebentar, lalu Chen Yushan mengirimkan dua balasan.

[Aku percaya kepadamu!]

[Semangat!]

Hm.

Luzhou pun tersenyum sambil melihat HP nya.

Waktunya sudah hampir tiba!

Ketika Luzhou datang, di dalam ruang kelas tersebut sudah ada Direktur Lu dan beberapa pemimpin dari Departemen Matematika yang lain.

Para Profesor tersebut merasa terkesan setelah melihat makalah Luzhou. Ketika Luzhou menyapa mereka, para Profesor tersebut juga tersenyum balik dan mengangguk dengan ramah.

Tidak ada masalah dengan mahasiswa di universitas mereka, sama seperti dengan universitas lainnya.

Ketika wartawan Harian Jinling sedang mempersiapkan alat untuk wawancara, Direktur Lu membawa Luzhou ke sudut ruangan. "Apakah kamu sudah siap? Kamu hanya perlu menjawab pertanyaan yang mudah dijawab."

"Saya tahu." Balas Luzhou sambil menganggukkan kepalanya.

Direktur Lu tidak berkata apapun, lalu beliau menepuk pundak Luzhou. "Ayo kita pergi."

Wawancara pun dimulai.

Luzhou kemudian duduk di sebuah kursi dan menghadap ke arah kamera dan mikrofon. Ia tak menyangka bahwa wawancara ini berjalan lebih tenang daripada dugaannya.

Wartawan wanita yang rambutnya dikuncir kuda tersebut tersenyum padanya. Setelah beliau mendapatkan tanda untuk memulai, beliau kemudian bertanya dengan suara penyiar: "Halo, saya adalah seorang wartawan dari Harian Jinling. Bisakah saya mewawancarai Anda? Bagaimana anda bisa menyelesaikan 9 makalah SCI dalam waktu satu bulan?"

Luzhou sudah tahu bahwa pertanyaan tersebut akan muncul.

Luzhou berpikir sejenak lalu menjawab, "Sebenarnya, saya pribadi merasa itu tidaklah sulit. Sembilan artikel SCI yang saya tulis, berisi tentang penerapan kecerdasan buatan dalam logistik pesawat tanpa awak. Bidang tersebut merupakan bidang yang relatif terbatas, dan saya rasa itu bukanlah hal yang sulit untuk menyelesaikan makalah tersebut. Selain itu, saya juga sudah mempelajarinya, tetapi saya baru menulis makalahnya beberapa waktu belakangan."

Wartawan tersebut menganggukkan kepalanya lalu menatap Luzhou dengan tatapan ramah. Ia kemudian kembali memberikan pertanyaan kedua. "Apa yang hendak anda katakan mengenai kecurigaan Tuan Zhu terhadap makalah Anda?"

"Saya merasa makalah berkualitas rendah itu adalah pernyataan yang salah, karena beliau tidak mengerti tentang teknologi komputer. Seharusnya beliau tidak boleh menyebut makalah saya sebagai makalah berkualitas rendah. Apakah beliau sudah membaca makalah saya? Apakah beliau sudah memvalidasi algoritma yang saya bahas dalam makalah? Mungkin beliau belum membacanya sama sekali, atau mungkin beliau tidak memahaminya…" Luzhou berkata dengan ragu.

"Saya khawatir jika Tuan Zhu tidak mau mendengarkan hal ini. Beliau selalu menyebut dirinya sebagai seorang peneliti." Wartawan tersebut tersenyum, lalu lanjut bertanya, "Tetapi jika ada seorang mahasiswa semester dua mampu menerbitkan sembilan makalah di SCI dalam waktu satu bulan memang luar biasa, tetapi publik menjadi curiga. Karena itulah Tuan Zhu mengira bahwa makalah tersebut disalin atau bukan ditulis sendiri."

"Itu adalah tuduhan yang tidak masuk akal." Jawab Luzhou yang berusaha untuk menahan nada berbicaranya. "Dari makalah matematika yang saya terbitkan pertama kali, saya selalu mengerjakan makalah saya di perpustakaan. Jika perlu, Anda bisa memastikannya dengan melihat kamera CCTV yang ada di perpustakaan."

"Tidak perlu. Bukankah barusan Anda mengatakan bahwa Anda pernah menerbitkan makalah sebelumnya?" Tanya Wartawan tersebut.

Luzhou tidak ingin menyembunyikan hal tersebut. Lebih baik ia mengungkapkannya sendiri daripada hal tersebut nantinya akan digunakan oleh orang lain untuk menyerangnya.

Luzhou kemudian berkata, "Ya, benar. Bukan hanya makalah tentang komputer, saya juga telah menerbitkan dua makalah dalam jurnal asing yang berjudul Komunikasi Teori Dan Penerapan Matematika, dan salah satu dari makalah saya diterbitkan sebelum sembilan makalah komputer. Oleh karena itu, sebenarnya saya tidak menerbitkan sembilan makalah, melainkan sepuluh makalah dalam waktu satu bulan."

Wartawan tersebut membelalakkan matanya, bahkan Direktur Lu pun terkejut saat mendengar pengakuan Luzhou barusan. Direktur Lu kemudian menatap Luzhou dengan tatapan putus asa. Seharusnya Luzhou tidak membicarakan hal tersebut.

Luzhou kemudian tak sengaja bertemu pandang dengan Direktur Lu.

Karena orang lain telah menyerangnya, maka tidak ada gunanya ia menyembunyikan hal ini. Luzhou hanya harus terus menghadapinya.

Lagipula, makalah Luzhou sudah menjadi perdebatan dan publik sudah terlanjur memandang negatif seluruh makalah yang Luzhou terbitkan. Bahkan jika ada seorang editor akademik khusus yang dapat membuktikan kualitas makalah Luzhou, orang-orang juga akan tetap meragukannya.

Luzhou berharap agar orang lain tidak termakan pendapat Zhu Fangcai.

Ia berharap agar mereka membaca sendiri makalah Luzhou dan tidak mudah percaya dengan tanggapan Zhu Fangcai.

Terlepas dari apa yang sebenarnya terjadi, opini publik tetap tidak bisa dibendung. Mereka tetap akan dengan sewenang-wenang menyimpulkan segalanya.

Luzhou sudah memikirkannya.

Orang biasa tidak dapat melakukannya, tetapi ia bukanlah orang biasa.

Semenjak publik menganggapnya sebagai kanker akademis yang hanya bisa membuat makalah berkualitas rendah, Luzhou memutuskan untuk berusaha menjadi seorang jenius!

Wartawan itu pun menganggukkan kepalanya dan hendak mengajukan pertanyaan berikutnya. Namun, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

Wawancaranya pun terhenti. Direktur Lu mengerutkan keningnya dan bertanya ada keperluan apa, namun dosen yang datang tersebut berbicara dengan nada yang gembira.

"Direktur Lu! Kami menerima surat ucapan terima kasih dari Universitas New York yang ditujukan kepada… Luzhou!"