Waktu telah berlalu dan ujian matematika tingkat tinggi 2 berlangsung sesuai dengan jadwal.
"Mohon untuk mematikan telepon seluler anda dan letakkan kartu identitas siswa serta kartu tanda penduduk anda di atas sudut kiri meja. Sekali lagi, saya menekankan untuk bersikap disiplin di dalam ruang ujian. Barangsiapa yang ketahuan melakukan kecurangan saat ujian, tidak akan saya beri toleransi dan akan dikirim ke kantor pengurusan akademik untuk dihukum. Kalian semua akan menjadi mahasiswa tingkat dua, harap kalian tidak memiliki masalah prinsip pada saat penting seperti ini. Jangan melakukan perbuatan tidak terpuji dan harap kalian bisa disiplin."
Seorang profesor tua yang tidak dikenal itu berdiri di atas podium dan menatap ke bawah. Setelah itu, beliau mengangkat dagu nya di hadapan para mahasiswa yang berada di samping. "Xiaowang, kamu mulai dari sebelah kanan."
"Baiklah." Pria yang bernama Xiaowang itu pun mengangguk dan mulai memeriksa dokumen identitas para siswa dari sebelah kanan.
Sementara itu, profesor tua tadi menaruh termos di atas meja dan mulai memeriksa dari sebelah kiri.
Luzhou pun bersandar sembari mematikan telepon selulernya, lalu menaruhnya ke dalam tas ransel. Sementara itu, buku referensi dan peralatan elektronik ditaruh di meja barisan pertama.
Akhirnya hari ini tiba juga!
Setelah waktu ujian berlalu, ada banyak waktu yang bisa digunakan untuk melakukan aktivitas sendiri.
Luzhou menunjukkan kartu tanda penduduknya dan kartu identitas siswanya untuk diperiksa. Ia kemudian duduk dengan ekspresi linglung sembari menunggu ujian dimulai.
Sebagai salah satu universitas terbaik, pelaksanaan ujian di Universitas Jinling itu cukup ketat dan disiplin.
Jangan melihat pria tua yang memakai kacamata baca dengan senyuman ramah di wajahnya. Jika ada yang berani melihat kertas catatan atau melihat telepon genggam secara tersenyembunyi, beliau bahkan bisa meliriknya dengan sekejap.
Ada beberapa siswa yang ingin mencontek. Mereka duduk dengan ekspresi pucat dan merasa gelisah. Mereka ingin mencontek tetapi tidak berani melakukannya.
Luzhou menghela nafasnya lalu terdiam melihat para mahasiswa yang tidak beruntung tersebut. Ia kemudian mulai mengerjakan soal dengan penuh semangat.
Dengar-dengar, soal ujian ini dibuat oleh Profesor Tang. Namun, tidak peduli siapa yang membuat soal ujiannya, soal ini pasti dibuat berdasarkan kurikulum yang berlaku. Setidaknya menurut pendapat Luzhou, soal ini cukup mudah.
Kategori yang pertama adalah soal esai. Soal yang pertama adalah menemukan solusi umum persamaan diferensial yang bisa secara langsung dihitung menurut penghitungan rutin. Walaupun rumusnya agak rumit, akan tetapi tidak bisa dipisahkan dari akarnya. Menurut pendapat Luzhou, ini merupakan sebuah soal sub-topik.
(Persamaan diferensial adalah persamaan matematika untuk fungsi satu variabel atau lebih, yang menghubungkan nilai fungsi itu sendiri dan turunannya dalam berbagai orde).
Soal yang kedua adalah menemukan persamaan linear yang sejajar dengan garis lurus melalui titik koordinat spasial. Soal ini juga merupakan sebuah soal sub topik.
(Persamaan linear adalah sebuah persamaan aljabar, yang tiap sukunya mengandung konstanta, atau perkalian konstanta dengan variabel tunggal. Persamaan ini dikatakan linear sebab hubungan matematis ini dapat digambarkan sebagai garis lurus dalam Sistem koordinat Kartesius).
Soal yang ketiga adalah soal penurunan. Sedangkan soal yang keempat adalah kurva integral. Dua soal tersebut juga merupakan soal sub topik.
Soal yang kelima ini cukup menarik. Yang diketahui hanya persamaan f (x)=..., dan f (x) dengan 3/2π menjadi ekspansi dan fungsi deret Fourier sinus untuk periode S (x). Temukanlah nilai dari S (-5/2π).
Emmm….
Sepertinya agak sulit.
Luzhou mengklik penanya dengan ringan sebanyak tiga kali, lalu mulai mengerjakan soal tersebut. Ternyata ia dapat menyelesaikannya dengan cepat.
Soal ini agak rumit, karena harus mencari poin pengetahuan dari deret Fourier sinus. Produk persamaannya diselidiki bersama-sama, tetapi persamaan parsial itu tidak begitu mudah. Akan tetapi setelah solusinya ditemukan, proses penghitungan menjadi mudah.
Setidaknya untuk Luzhou yang telah menguasai dua buku pelajaran.
Luzhou kemudian melihat soal pilihan ganda. Di dalam soal pilihan ganda tersebut juga masih ada soal sub-topik. Ia lalu menuliskan jawabannya.
Berikutnya adalah pertanyaan besar, waktunya beraksi!
Luzhou menggosok-gosok tangannya dan selesai melakukan pemanasan. Sekarang ia siap untuk kembali mengerjakan soal. Namun ketika melihat topiknya, ia tercengang.
Bukan karena terlalu sulit.
Tetapi karena…
Emmmm…
Apakah ini levelnya?
Luzhou diam-diam melirik teman yang berada di sebelahnya. Temannya tampak sedang menggigit tutup pena dengan wajah yang murung.
Luzhou kemudian melihat ke belakang. Teman-temannya tampak sedang melipat kertas buram menjadi bentuk dadu dan melemparkannya untuk menentukan jawaban yang benar.
Lalu, tiba-tiba seorang mahasiswa berdiri dan berjalan menuju ke podium. Ia menaruh kertas soal ujian lalu keluar dengan santai.
Luzhou lalu mengangkat kepalanya dan melihat orang itu dengan pandangan hormat.
Orang itu juga merasakan hal yang sama!
Ternyata bukan hanya aku yang merasa bahwa soal ujian ini mudah! Pikir Luzhou.
Setelah itu, Luzhou tanpa ragu-ragu lagi ia mulai mengerjakan soalnya dan menuliskan jawabannya. Ia hanya membutuhkan lima menit untuk mengerjakan soal-soal itu, kecuali untuk soal yang terakhir. Untuk soal yang terakhir ia membutuhkan waktu lima menit.
Ia mengambil kertas soal ujian untuk memastikan bahwa tidak ada satupun yang tertinggal. Kemudian Luzhou melihat kertas buram yang seperempatnya masih bersih. Ia lalu mengemasi barangnya dan berdiri untuk mengumpulkan kertas ujiannya.
Profesor tua yang duduk di atas meja dan sedang meminum teh, tidak memperhatikan Luzhou yang sedang mengumpulkan kertas soal ujian.
Tetapi ketika beliau melihat kertas ujian yang terakhir dikumpulkan, beliau menyipitkan matanya.
Hei.
Apakah sudah selesai semua?
Mereka telah dalam waktu setengah jam?!
Beliau hanya mendengus pelan, lalu mengulurkan tangannya untuk mengambil kertas tersebut. Kemudian ia membenarkan letak kacamatanya dan memeriksa kertas soal ujian tersebut.
Jawaban dari soal yang pertama sudah benar.
Jawaban soal yang kedua juga benar.
Jawaban soal yang ketiga…
Semakin beliau melihat ke bawah, ekspresinya menjadi semakin serius.
Para mahasiswa yang berdiri di samping merasa penasaran dengan apa yang tertulis di atas kertas soal ujian itu. Raut wajah serius dari profesor tersebut membuat para mahasiswa mengurungkan niatnya untuk pergi. Beliau diam-diam berjalan dari podium dan berpatroli di belakang ruang kelas.
Waktu terus berlalu. Ketika melihat baris terakhir dari soal terakhir, alis Lu Fangping yang mengerut akhirnya menjadi lemas dan sedikit mengangguk setuju.
Ini menarik.
Terlalu menarik.
"Sepertinya Profesor Tang telah mengajari mahasiswa dengan baik." Profesor Lu Fangping menghela napas kemudian membuka cangkir teh lalu meminumnya.
Dua orang mahasiswa yang pergi terlebih dahulu, membuat para mahasiswa yang masih berada di dalam ruangan ujian menjadi terdiam.
Kecuali Liurui yang duduk di belakang Luzhou.
Ia melihat sendiri bahwa Luzhou telah menuliskan seluruh jawaban di atas kertas soal ujian.
Meskipun tidak melihat jelas apa yang telah ditulis oleh Luzhou, akan tetapi format jawabannya terlihat sangat rapi dan tidak ditulis dengan sembarangan.
Mungkinkah...?
Liurui kemudian melihat kertas soal ujiannya sendiri. Ia masih harus memeras otak untuk memberikan jawaban pada soal terakhir yang masih kosong. Ia masih belum mengetahui jawabannya.
Seharusnya, soal yang tidak bisa dijawab sebaiknya diabaikan saja. Dan lebih baik mengerjakan soal yang bisa diselesaikan terlebih dahulu, lalu baru kembali lagi mengerjakan soal tersebut.
Aku benar-benar iri. Pikir Liurui
Ini membuatku merasa Kesal. Batinnya.
Aaa…
Pikiranku mau meledak! Maki Liurui dalam hati.
Liurui pun menjambak rambutnya dan merasa buruk.
...
Setelah keluar dari ruang ujian, Luzhou tidak berkeliaran di luar, tetapi kembali lagi ke kamar asrama. Ia kemudian menyalin makalahnya ke dalam U Disk. Setelah itu, ia pergi ke gedung laboratorium untuk mencari kantor Profesor Tang.
Kantornya sangat sunyi. Ada profesor Tang yang sedang berdiri di depan jendela sambil merokok. Selain itu, hanya ada dua mahasiswa senior yang sedang sibuk mengerjakan proyek di depan komputer. Ketika Luzhou masuk, profesor Tang tidak menyadarinya sama sekali.
Setelah menyadari kedatangan Luzhou, profesor Tang kemudian menggunakan tatapannya untuk memberikan isyarat pada Luzhou untuk masuk. Ketika beliau melihat U Disk yang ada di tangan Luzhou, beliau sambil tertawa berkata, "Hei, apakah makalahmu sudah selesai?"
Sembari tersenyum sopan Luzhou berkata, "Yah, akhirnya selesai juga. Ada versi Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris di dalamnya. Bisakah anda bantu saya untuk melihatnya?"
"Baiklah. Berikanlah makalahmu padaku. Bukankah itu alasan mengapa kamu berada di sini?"
Beliau mengambil U Disk dari tangan Luzhou lalu berjalan ke mejanya. Beliau kemudian menyalakan laptop untuk membaca makalah yang sudah dikerjakan oleh Luzhou.
"Bagaimana ujiannya?" Tanya profesor Tang.
"Baik. Saya merasa kesulitan saat mengerjakannya." Jawab Luzhou.
"Ah, kalau begitu saya akan secara pribadi mengoreksi kertas soal ujianmu." Ucap profesor Tang.
"Lebih baik tidak usah, Profesor. Saya harap makalahku dan ujianku tidak membuat anda terlalu kepikiran."
Tang Zhiwei tersenyum lalu membuka makalah Luzhou. Jika seandainya saja orang lain yang meminta permohonan semacam ini pada beliau, beliau akan merasa kesal. Tetapi ketika Luzhou mengatakan hal ini pada beliau, beliau justru tidak merasa kesal sedikitpun. Beliau hanya tertawa saja.
Beliau mengetahui tingkat kemampuan siswa yang telah beliau ajari. Membuat Luzhou mengerjakan soal ujian berdasarkan dari silabus merupakan hal yang sia-sia.
Mahasiswa seperti Luzhou tidak ditakdirkan untuk mengikuti ujian akhir universitas, tetapi untuk mengikuti kompetisi nasional Tantangan Kejuaraan Akademis atau karya ekstrakurikuler dan ilmiah mahasiswa, serta kompetisi tingkat nasional seperti Kompetisi Pemodelan Matematika Untuk Mahasiswa.
Profesor Tang pun fokus pada makalah Luzhou, lalu beliau memakai kacamatanya dan melihat ringkasan dari makalah Luzhou.
Sejujurnya, ketika Luzhou datang ke kantornya dengan komposisi makalahnya, hati beliau merasa terkejut.
Mempelajari hal ini seperti memegang tong kayu, mengangkut air dari lautan menuju ke waduk, sangatlah sulit.
Harus melalui jalan yang bergelombang dan berbahaya. Selain itu harus melalui gunung dan melewati terpaan angin serta paparan sinar matahari untuk sampai ke waduk besar. Lalu, menuangkan setetes air ke dalam waduk dengan tong kayu yang dibawa. Ini bukanlah jalan yang mudah.
Jika ingin menjadi orang yang terpelajar, seseorang harus memiliki ketulusan hati. Barangsiapa yang ingin cepat sukses dan mendapatkan keuntungan secara instan, pasti akan gagal.
Jika ada ahli matematika yang lain, berapa banyak lagi air yang bisa dibawa di dalam tong?
Air itu dikhawatirkan akan menguap di tengah jalan.
Oleh karena itu, suasana hati profesor Tang Zhiwei merasa tenang. Beliau tidak terlihat seperti seorang matematikawan ketika sedang membaca makalah Luzhou. Beliau lebih terlihat seperti seorang pendidik yang melindungi tunas bunga yang baru saja keluar dari tanah.
Bahkan sebelum melihat makalah tersebut, beliau telah berpikir, bagaimana cara menyuruh Luzhou untuk mengerjakannya ulang makalah tersebut secara halus tanpa menyakiti hati luzhou.
Namun, profesor Tang tiba-tiba tertegun. Lalu alis beliau tampak mengerut.
Ini…
Apakah ini benar-benar sebuah makalah yang ditulis oleh seorang sarjana?
Bukankah ini disalin dari sebuah buku referensi?
Profesor Tang merasa curiga setelah membaca makalah Luzhou. Ia kemudian mencoba memindainya untuk memeriksa keaslian makalah tersebut.
Tidak cocok.
Karena masih merasa tidak percaya, beliau akhirnya membuka sebuah website dan mengunggah seluruh makalah pada website tersebut.
Ketika melihat hasil pencarian, matanya terbelalak.
Bagaimana mungkin?!