Chereads / Dikala Cinta Menyapa / Chapter 38 - Bab 38 ( Masa Kontrak )

Chapter 38 - Bab 38 ( Masa Kontrak )

Apa ini salah satu triknya untuk merubah kontrak sesuai dengan keinginannya? Jika itu yang diinginkannya, dia jelas telah sangat salah dalam memilih lawan.

Monica melirik jam tangannya sejenak. Sudah 25menit berlalu sejak mereka melakukan negosiasi. Itu pun jika semua yang mereka lakukan tadi masih layak dikategorikan sebagai sebuah negosiasi. Karena sebetulnya, Monica tidak menemukan apapun adanya kemajuan dalam perbincangan tidak bermutu ini bagi mereka.

Karena itu, ia menatap manager pria itu dengan sikap yang mendikte.

"Apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu?" tanya Monica pada sang manager yang terlihat bingung.

"Kenapa sejak tadi, artismu terus berkicau. Tidakkah sebagai seorang manager, kau seharusnya mewakilinya dengan baik untuk melakukan re-banding dan tidak memperlambat sebuah negotiation?" tembak Monica tajam dan sedikit mengandung unsur menekan.

Ditatap dengan tajam, sang manager wanita menunduk. Menatap Kevin sekilas, kemudian menatap Monica dengan menimbang.

���Bukankah Anda tinggal menjawab pertanyaannya saja?" balas manager sedikit ragu, "Ucapanku sama dengannya. Apa yang ingin aku ucapkan, semua sudah dikatakannya."

Monica menatapnya tidak percaya. Apa dia itu benar-benar seorang manager?

Tanpa menanggapi lebih lanjut sikap tidak kompeten sang manager, Monica kembali menatap Kevin dengan tidak sabar. Martha menjadi panik.

Takut Monica akan mengamuk dan membalikkan meja karena terlalu kesal menunggu ketidakpastian, Martha dengan cepat langsung berkata-kata.

"Sebaiknya untuk mempersingkat waktu, Anda lebih baik bersikap profesional juga dalam bernegosiasi sama seperti saat Anda bekerja, Saudara Kevin. Karena itu, karena kami sudah memenuhi persyaratan Anda untuk mendiskusikannya di sini, segera ajukan persyaratan kalian itu sekarang. Tentu itu jika kalian tidak ingin menyesal nantinya," sanggah Martha buru-buru.

Monica menyandarkan tubuhnya dan terus melipat tangan. Kevin tetap bersikap tenang. Dan sang manager tetap dengan sikapnya diawal tidak mengomentari dan tidak mencampuri. Monica terus memperhatikan itu.

"Perpanjangan masa berlaku kontrak," ujar Monica akhirnya dengan datar.

Semua orang menatapnya.

"Sudah kukatakan untuk langsung mengatakan intinya. Aku tidak suka berbelat-belit. Jika kau ingin menambahkan masa waktu kontrak yang menurutmu hanya sebentar, seharusnya kau tinggal mengatakannya saja sejak awal. Bukankah begitu?" ungkap Monica lagi. Tanpa sanggahan.

Kevin tersenyum menatap Monica. Tidak menyangka bos besar di perusahaan Agroemeda ini sangat pintar dalam membaca situasi dan cepat tanggap. Apa itu sebabnya banyak yang menyanjung kinerjanya selama ini?

"Bagaimana Anda bisa menebaknya?" tanya Kevin penasaran.

"Uang dan pekerjaan bukan masalahmu. Dan melihat bagaimana kau sangat berbasa-basi dalam mengajukan re-banding dan bagaimana managermu tidak sanggup mengatakan apapun untuk mendukungmu. Aku yakin tidak ada masalah yang berarti pada isi kontrak itu," terang Monica acuh.

"Jika tidak ada masalah yang berarti, itu artinya waktu adalah masalahnya. Aku tidak tahu apa sebenarnya yang kau harapkan dari adanya perubahan masa waktu kontrak yang sudah ada. Tapi, melihat kau begitu ingin membuang banyak waktu kami dengan percuma untuk semacam permainanmu yang tidak berbobot ini, aku bisa saja membatalkan kontrak kerjasama ini secara sepihak sesuka hatiku. Apa kau tidak tahu hal itu?" ujar Monica dingin dan tegas.

Kevin dan managernya langsung terdiam. Tapi detik berikutnya tawa Kevin meledak. Semua orang menatapnya tidak percaya. Sangking meledaknya ia tertawa, Kevin sampai tidak sanggup mengontrol suara dan air matanya yang keluar terus menerus.

Entah apa yang ia tertawakan. Martha dan Monica menatapnya bingung. Apa ada hal lucu yang membuat pria ini tertawa hingga terpingkal-pingkal?

"Maaf, aku tidak bermaksud tertawa lepas seperti ini. Tapi apa yang baru saja kau katakan itu.. benar-benar sungguh lucu," ujar Kevin menahan tawanya.

Martha berderik.

Lucu? Ucapan yang penuh nada mengancam dan mengintimidasi itu, dia sebut itu lucu? Apa otaknya bermasalah? Apa dia tidak tahu bahwa Monica tidak pernah bercanda saat ia mengeluarkan statementnya?

"Saudara Kevin, aku rasa Anda keliru memahami sesuatu. Nona Monica tidak sedang bercanda. Dan dia serius dengan ucapannya," terang Martha memperingatkan. Ia takut Kevin tidak mengerti ucapan Monica sehingga ia memberikan penjelasan.

Kevin mengangguk beberapa kali.

"Ya, tentu saja aku mengerti semua ucapannya. Aku hanya.. " Kevin tersenyum kembali dan melirik Monica sekilas, "merasa baru pertama kali ini bertemu dengan wanita yang sangat berbeda seperti Anda,"

Kevin sengaja memberi penekanan yang lebih pada kata 'berbeda' diucapkan. Dan langsung Monica menatapnya.

"Berbeda bukan dalam artian buruk. Tapi berbeda dalam artian yang baik. Karena Anda tentu sangat luarbiasa di mata saya. Suatu kehormatan yang besar bisa bertemu dengan orang yang hebat seperti Anda di sini. Saya bahkan sangat menantikan pertemuan kita yang selanjutnya, jika itu dimungkinkan. Terimakasih karena telah menyempatkan waktu Anda yang berharga itu untuk kami," seru Kevin manis. Yang tak satupun di antara ucapannya yang bisa dimengerti Monica dan juga Martha.

Apa pria ini sekarang sedang mengigau? Monica dan Martha menatapnya bingung.

Kevin kemudian bangkit berdiri.

"Kalau begitu, karena masih ada jadwal lain yang harus saya ikuti setelah ini, saya akan anggap masalah ini selesai dengan kecerdasan Anda yang luarbiasa. Saya sudah berjanji akan melupakan masalah ini jika Anda menebak dengan tepat. Dan karena Anda sudah menebaknya dengan sangat tepat, tidak ada apapun yang bisa kami lakukan." Kevin menyunggingkan seulas senyum. Lalu pergi meninggalkan mereka.

Monica dan Martha menatap kepergian Kevin dengan kening berkerut.

"Apa.. dia itu tidak normal?" tanya Monica pada Martha. Martha langsung mengangkat kedua bahunya. Tidak tahu. Dan Monica pun menghelah napas.

Mengabaikan semua kejanggalan yang terjadi hari ini. Dan mempersiapkan diri menerima kemungkinan terburuk yang mungkin akan diberikan oleh ibunya nanti malam.

Bukannya tidak percaya pada ibunya. Hanya saja Mommy sering kali memiliki selera yang unik dan berbeda dibandingkan dengan oranglain. Karena itu, Monica sedikit khawatir dengan calon pilihan Mommy-nya kali ini.

"Jangan lupakan acara makan malammu nanti dengan ibumu. Dia pasti akan memberikanmu kejutan yang spesial. Kuharap calonmu yang ini adalah yang terbaik. Walaupun sebetulnya juga, aku tidak terlalu yakin." Martha berujar dengan ragu.

Monica bisa memahami itu. Sama seperti Monica yang khawatir dengan bagaimana calon yang akan dipilihkan oleh ibunya. Martha juga pasti punya prediksi yang buruk tentang masalah ini.

"Berapa lama lagi?" tanya Monica singkat. Tapi Martha bisa langsung memahaminya.

"Dua jam dari sekarang. Karena itu, aku rasa kau harus bersiap-siap."

Monica mengangguk mengerti lalu mempersilahkan Martha pergi. Setelah menyelesaikan beberapa dokumen dan merapikannya, Monica segera bersiap-siap. Ia pergi menuju hotel yang berada di atas gedung restoran tempat ia memiliki janji dengan Veronika.

Setelah membersihkan diri dan bermake-up, Monica mengambil gaun yang sudah Martha persiapkan untuknya. Sebuah longdress berwarna tosca yang elegan dan juga menampilkan bentuk punggungnya yang cantik.

***