Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Magical World:The Lost Prince

šŸ‡®šŸ‡©nodi23
--
chs / week
--
NOT RATINGS
15.1k
Views
Synopsis
Tiga sahabat Justin, Dylan, dan Meghan bertemu dengan gadis misterius yang membawa mereka ke dunia lain. Bersama mereka mencoba menemukan pangeran yang hilang.
VIEW MORE

Chapter 1 - Pria Misterius

"Kau tahu apa yang menyenangkan dari menghayal?"

"Menjadi gila"

"Bukan itu!!! Saat kita berimajinasi kita bebas menciptakan dunia kita. Seperti apa tempatnya, siapa saja yang ada disana, apa saja yang ingin kita lakukan. Apapun mungkin!" jawab Meghan kesal.

Kedua sahabatnya, Justin dan Dylan selalu saja begitu menghina hobinya berimajinasi. Meski dia sadar terkadang kesenangannya berimajinasi membuatnya tidak focus dengan dunia nyata, tapi baginya dengan berimajinasi dia bisa kabur dari dunia yang menyebalkan ini. Baginya berimajinasi seperti menonton film di dalam kepalanya sendiri.

"Dan semua itu tidak nyata." jawab Dylan dengan wajah yang selalu membuatnya kesal.

"Lalu kenapa? Harry Potter tidak nyata tapi semua orang menyukainya. Suatu hari nanti aku juga akan membuat khayalanku yang tidak nyata ini menjadi sesuatu yang akan menertawakan kalian!" jawabnya kesal.

"Ayolah kami hanya bercanda."ucap Justin mencoba menenangkannya.

Untungnya perdebatan mereka harus berhenti karena bel masuk. Jika tidak Justin tahu betul bagaimana ini akan berakhir. Justin, Dylan, dan Meghan sudah bersahabat sejak mereka kecil. Hampir 7 tahun mereka saling mengenal dan kini mereka sudah sangat tahu sikap dan kepribadian masing-masing. Memprediksi bagaimana sebuah perdebatan diantara mereka akan berakhir hampir semudah membalik telapak tangan. Justin selalu menjadi orang yang menghentikan perdebatan itu.

Sepulang sekolah mereka pergi ke rumah Justin untuk mengerjakan tugas sekolah. Karena rumah Justin yang terdekat dari sekolah dan rumahnya selalu kosong di siang hari. Rumah Justin terletak di sebuah apartemen sederhana yang bisa dibilang cukup kumuh untuk ukuran tempat tinggal di kota sebesar New York ini. Secara ekonomi, Justin yang hanya tinggal dengan ibunya ini memang cukup kekurangan. Ibunya hanyalah pelayan di beberapa restaurant. Untuk membantu ibunya terkadang Justin bernyanyi di restaurant tempat ibunya bekerja. Meski dengan semua kekurangan itu, Justin tidak pernah merasa terpukul sedikitpun. Dia memiliki ibu yang sangat sempurna, sosok ibu yang setiap anak harapkan.

Mereka bertiga sedang bergurau sambil Justin mencoba untuk membuka pintu. Pintunya memang sedikit rusak, sehingga Justin memerlukan waktu yang cukup lama untuk membukanya. Pria yang tinggal tepat di depan apartemen Justin tiba tiba saja keluar membuat mereka berhenti tertawa. Bukan karena pria itu memarahi mereka yang berisik, tapi karena pria itu sangat misterius dan seram. Melihatnya saja sudah cukup membuat mereka takut. Justin bahkan sampai terburu-buru membuka pintunya.

"Kenapa kita begitu takut padanya?" tanya Dylan begitu mereka sudah masuk kedalam.

"Entahlah, mungkin karena pakaiannya seperti orang gila, dia tidak pernah tersenyum, hampir tidak pernah keluar rumah, dan dia begitu misterius." jawab Justin

"Apa kau pernah bicara dengannya."

"Melihatnya saja aku takut apalagi berbicara padanya. Suatu hari aku tidak sengaja menabraknya dan dia terus menatapku dengan tatapan yang sangat menyeramkan. Matanya begitu sayu seperti orang yang tidak tidur berhari-hari."

Mereka mendengar cerita Justin sambil kembali membayangkan orang tadi. Meski takut, tapi mereka sama-sama begitu penasaran dengan orang tadi. Semua tentang dirinya begitu misterius. Jaket hitam panjang yang dipakainya setiap kali dia keluar apartemen yang tampak seperti jaket dari tahun 90 an, rambut panjangnya yang bahkan lebih panjang dari rambut Meghan membuatnya terlihat seperti thor (superhero marvel), mata hitam sayunya yang tampak seperti orang yang kecanduan obat-obatan terlarang, dan pribadinya yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyembunyikan wajahnya dengan tudung jaket tuanya itu.

Sudah dua bulan dia menjadi tetangga Justin, dan Justin bahkan belum tahu siapa namanya. Bisa ia pastikan memang tidak ada orang di apartemen in yang sepertinya tahu namanya. Sekali dia menabraknya, dan yang Justin lihat hanyalah mata sayu itu dan bibir yang sedikitpun tanpa senyum. Justin memikirkan banyak spekulasi tentang orang itu. Mungkin dia memang seorang pecandu berat atau bahkan pengedar, atau anggota sebuah geng criminal.