Chereads / CIRCUMPOLAR / Chapter 4 - Part 3

Chapter 4 - Part 3

~Seperti seberkas cahaya yang dapat bercerita tentang massa blackhole hingga temperatur piringan gas yang jatuh ke permukaannnya. Sama sepertiku, mungkin saja bisa bercerita tentang apa yang terjadi, tapi tak akan ada yang benar-benar memahami semuanya~

***

Author

Mobil merah itu memasuki pelataran rumah bercat abu-abu cerah. Masih dengan senyum mengembang, Ero menapakkan kakinya di lantai marmer garasi rumah megah itu. Ia melangkahkan kakinya riang ke arah pintu utama, melupakan sesuatu di belakang sana.

"Woy, lo main tinggal-tinggal aja ya! Mentang-mentang seneng baru foto sama sapa tuh? Temennya alfa sama beta," cerocos Indah seraya berlari mencoba menyejajarkan langkahnya dengan gadis yang mendahuluinya. Gadis tadi tak mengindahkan apa yang baru saja Indah lontarkan. Senyumnya semakin mengembang saat melihat wanita paruh baya turun dari tangga coklat rumah itu.

"Cie, anak Mama kok keliatan seneng banget sih? Gimana barusan HUTnya?" tanya Vani-Mama Ero-.

"Ini nih Te, masa kelas Indah yang menang tapi malah Ero yang paling bahagia di sini. Tante tau? Ero barusan fot...up," kata Indah tercekat karena mulutnya sudah dibekap oleh gadis di sampingnya itu.

"Nggg... Anu Ma, ya kan kelas Ero juga menang, Ma," gadis itu mencoba mencari alasan.

"Oh gitu, ayo makan dulu, terus Indah beres-beres ya. Nanti papa kamu ke sini buat jemput kamu," jelas Vani.

"Hah? Indah balek? Kok gitu?" Netra abu-abu milik gadis dengan rambut hitam itu menyendu menatap sahabatnya.

"Elah lebay amat lu, gue pindah depan rumah lo juga," kata Indah yang hanya dibalas cengiran oleh Ero.

Suara bel mengalihkan konsentrasi ketiga insan yang berada di ruang tamu itu. Langkah kaki yang mulai terdengar membuat gadis berambut coklat itu gusar.

"Eh, om," Indah menyalami pria yang baru masuk itu.

"Ero naik ya, Ma," pamit gadis pemilik manik abu-abu itu dingin.

"Ero makan dulu!" panggil Vani. Namun, pemilik netra abu-abu itu tak mengindahkan panggilan Mamanya. Ia memilih melangkahkan kakinya, berharap ia segera sampai dan melupakan apa yang baru saja terjadi.

"Ro," panggil Indah sesaat memasuki kamar bernuansa biru itu. Ero yang masih berbaring sambil membentangkan tangannya hanya melirik Indah sekilas dan memilih bangkit untuk ke toilet.

"Ro, lo napa sih?" Indah masih mencoba bertanya, berharap yang sedang di kamar mandi merespon apa yang ia ucapkan.

"Lo gak bisa apa maafin?" Indah terus pada pendiriannya hingga suara gemericik air membuatnya menghentikan apa yang ia lakukan sedari tadi.

Di balik daun pintu biru itu, gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin wastafel kamar mandinya. Ia sengaja menghidupkan air di kamar mandi dalam demi menghentikan pertanyaan Indah yang terus membuatnya kesal. Ia terisak di sana, menatap wajahnya yang sekarang banjir dengan air mata. Membuatnya semakin tenggelam dalam pilu yang menghujam hatinya.

Wajah itu tak terlihat seperti habis menangis, bahkan senyum manis terukir jelas di bibirnya membuat seseorang yang sedari tadi menungunya mengernyitkan dahi bingung.

"Lo kenapa, Ro?"

"Nggapapa. Udah lo cepet beres-beres, gue masih mau minta tolong Bi Min cuciin celana ini," katanya sambil menunjukkan celana abu-abu yang sedari tadi ia pegang, lalu melangkahkan kakinya keluar.

***

Pemilik netra abu-abu itu menyamarkan senyumnya saat pintu balkon di depan kamarnya mulai tertutup. Ia menatap langit yang enggan menunjukkan bintangnya.

Angin malam mulai mengelus pipi dan tubuh gadis itu yang tak terbalut kain. Ia memilih melangkahkan kakinya.

"Buset! Jebol dah notiv gue. Ngomongin apa coba!" serunya sesaat melihat notivnya penuh dari pesan whatsapp.

Club Robotika

Maurero. A : Ngomongin apa woy?

Vega : scroll bego!

Maurero. A : Kok lo nyolot sih! Lagian males baca sebanyak ini. Langsung intinya napa?

Kak Dendy : Ngomongin lomba, Dek. Bikin robot soccer beroda. Setim 3 orang.

Maurero. A : Ada yang belum dapet tim kagak?

Vega : GAK ADA!

Maurero. A : Apa sih lo? Lagian gue cuman butuh 1 lagi!

Vega :Gak ada curut!

Maurero. A : Gue bunuh lo @Vega

Arganata. R : Aku belum, Kak

Maurero. A :Tuh liat, ada yang belum ingus unta! @Vega

Ero yang begitu berminat dengan lomba itu segera menghubungi sang patner lomba-Alta

Alta

Ta, ada lomba robot. Ikut ya? Bareng gue

Terserah lo dah.

Klung

08994xxxxxxx

Kak,

Iya, siapa?

Nata, Kak

Oh. Iya celananya gue balikin besok kok dek.

Bukan kak, saya boleh ikut tim kakak?

Apa?

Lomba robot soccer

Oh iya dek. Ini baru aja selese ngajak temen.

Oke kak makasih

Gadis itu segera meletakkan ponselnya karena panggilan dari sang pemilik salah satu pintu surga sudah berkumandang.

"Wow, tumben Mama masak banyak gini? Dan tumben juga Mama ikutan masak?" tanya Ero tak tertahankan. Mamanya hanya tersenyum. Tak perlu menunggu lama, gadis tadi segera mencepol rambutnya asal, ingin segera menikmati masakan di hadapannya itu.

"Ma, mau satu ya," katanya yang hanya dijawab anggukan.

"Ero," panggilan itu berhasil menggagalkan niat Ero memasukkan paha ayam ke mulut mungilnya. Ia kembali mengatupkan mulutnya dan meletakkan paha ayam kembali di piringnya.

"Ero lupa, Ma. PR Ero belum kelar, dikumpulin besok. Ero naik ya," dustanya.

"Ero dengerin Papa ngomong dulu!" Pria itu setengah berteriak.

***

"Sumpah ngeselin amat sih Alta! Bego ya dia," umpat Ero sesaat membanting tubuhnya ke jok kemudi sambil melempar dua lembar uang seratus ribuan ke dashboard.

"Gila! Gak konsisten banget dia! Tadi malem bilang iya sekarang malah nyuruh gue bareng sama orang yang gak recommended banget, pake ngebayarin uang pendaftarannya lagi. Bego Alta ya," masih dengan kekesalannya gadis tadi memukul setir mobil dengan keras, seolah itu bisa menghilangkan amarahnya.

"Alamak, ini mah gue yang bego! Pake lupa segala lagi. Semoga dia gak pulang," pemilik netra abu-abu itu tiba-tiba teringat celana Nata belum ia kembalikan. Ia segera turun dari mobilnya yang belum berpindah tempat barang sesenti pun.

"Nata udah pulang?" tanyanya masih dengan napas yang tidak teratur karena habis berlari.

"Belum. Nat, Nata!"

Dengan senyumnya, sang hazel itu menghampiri sang abu-abu.

"Makasih, dek." katanya seraya memberikan apa yang menjadi milik cowok di depannya itu. Tanpa menunggu jawaban dari Nata, gadis mungil itu sudah berlalu, ia terlihat begitu buru-buru.

Buuuk

"Uuuhhh," keluh gadis berambut coklat itu.

"Lo emang gak pernah bener ya jalan?"

"Dan kenapa gue nabrak ingus unta terus ya?" sembur Ero dan mencoba berlalu dari hadapan cowok itu.

"Tunggu woy! Lo ya, gak bisa minta maaf gitu sama gue yang baru aja ditabrak sama curut?" tanya Vega agak memelas sambil menahan pergelangan tangan gadis di depannya.

"Lo ngatain gue? Hah? Dasar ingus unta!" balas gadis itu dengan tatapan tajamnya dan segera berlalu saat tangannya sudah lepas dari cekatan pemilik iris cokelat itu.

Tak jauh dari tempat itu, ada sepasang mata yang menatap mereka terluka. Sang hazel hanya bisa menghela napas berat mencoba tersenyum.

"Ngeliatin apa Nat?" tanya seseorang mengikuti arah pandang sang hazel.

Nata hanya meliriknya dan memilih berlalu dari hadapan gadis dengan rambut cat pirang itu.

"Lo kenapa, Nat? Sakit liat cewe aneh itu deket sama Vega?" tanya gadis itu mencoba menyejajarkan langkahnya dengan lawan bicaranya.

"Jangan sebut dia dengan sebutan aneh. Ngerti lo!" sentak Nata.

"Lo suka sama dia? Apa sih yang lebih dari dia?"

"Lo gak perlu tau tentang gue dan dia," balas Nata dingin dan lebih memilih meninggalkan cewek yang masih terpaku itu.

"Anjay Ero! Ninggalin gue seenaknya! Gue pulang pake apa dodol!" teriakan itu membuat sang hazel menoleh dan mendapati Indah sedang bersimpuh menatap mobil merah yang mulai menjauh.

"Angkat Ero," masih dalam keadaan bersimpuh Indah memaikan ponselnya dengan kasar.

"Mbak, temennya Mbak Ero ya? " suara itu membuat Indah mendongak, mendapati cowok imut yang sekarang berada di depannya dengan senyum manis yang tidak cukup membuat cewek itu melayang. Ya, tidak cukup karena dia bukan tipe Indah.

"Iya, gue ditinggal sama dia. Kan ngeselin. Apa coba. Gue segede ini dia lupa. Giliran yang namanya apa itu? Yang kecil komponen robot inget tuh bocah. Sakit ati gue," cerocos Indah yang malah membuat Nata mengulum bibir menahan tawa sampai sebuah mobil merah berhenti mendadak di depan mereka, membuat debu beterbangan.

"Uhuk uhuk. Lo ya... Uhuk... Ningga uhuk..."

"Sorry, gue lupa. Lagian lo, lemot banget! Jangan-jangan lo balik ke Indonesia gak diterima di Bangkok, gara-gara lemot," cibir Ero membuat sang hazel yang berada di sana ikut tertawa.

"Eh, ada Nata. Belum pulang dek?" pertanyaan yang tak perlu dijawab.

"Ini baru mau pulang Mbak. Duluan,"

"Iya. Hati-hati," balas Indah.

"Ah, lo! Udah ayo pulang cepet. Udah tau gue kesel kek gini coba. Masi ketinggalan. Untung gue temen yang baik. Rela balik!"

***

"Duluan, Ro," pamit Indah sesaat turun dari mobil Ero. Ero hanya menatapnya sejenak, memastikan temannya itu benar sedang menuju kelasnya.

Ia menyampirkan ranselnya di bahu kanan lalu melangkahkan kakinya menuju kelas. Sepi. Ya, masih tak banyak yang datang karena ini masih terbilang pagi.

"Heh, lo!" Suara seorang gadis dan tarikan dari sebuah tangan membuat Ero berbalik.

***

Yak cukup dulu ya part ini.

Gimana menurut kalian?

Maaf kalau gak memuaskan

Ditunggu vommentnya ya.