Chereads / Ingatan Gelap / Chapter 2 - CHAPTER 1 - HILANG INGATAN

Chapter 2 - CHAPTER 1 - HILANG INGATAN

Di manakah dia? Apa yang terjadi? Ia tidak bisa mengingat apapun.Apakah dirinya telah melintasi batas mimpi dan kenyataan? Apakah ia terbangun dari mimpi buruknya? Di manakah dia?.

Terdengar suara air tidak jauh darinya. Sungai? Air terjun? Angin dingin melewati tubuhnya. Ia mencoba melipat tangannya, Ia sudah berusaha tapi ternyata tidak bisa. Dalam keadaan telentang. Ia bertanya-tanya mengapa ia tidak tahu dimana ia berada dan apa yang dilakukannya di tempat dingin seperti ini. Yang lebih buruknya lagi, ia tidak bisa mengingat dirinya sendiri.

Kepala bagian kanannya terasa sakit sekali. ia berusaha mengangkat salah satu tangannya,

Meraba lukanya, Tapi lagi-lagi tidak bisa. Tapi ia bisa mengangkat tangan satunya lagi.

Jari jemarinya perlahan-lahan memijat kepalanya yang sakit itu. Meraba dan tidak sengaja menyentuh benjolan aneh di belakang kepalanya yang berdarah.

Tangannya meraba rambut hitam panjangnya dan kemudian terjatuh ke samping tubuhnya di atas batu-batu yang basah. Telapak tangan kanannya menyangga tubuhnya untuk berdiri.

Kemudian ia mengamati dirinya. Ia mengenakan celana panjang, Baju berlengan panjang dan memakai jaket.

Kini sudah gelap sekali. Ia hanya bisa mendengar suara air dan angin meniup pepohonan. Ia menatap gelapnya malam dengan seksama.

Dimana aku? Apa yang sebenarnya terjadi padaku?

Lalu pertanyaannya yang lain, yang membawanya ke puncak kepanikan, Siapa aku?

Tidak ada jawaban di pikirannya, tidak satupun jawaban terpikir olehnya.

Jantungnya berdetak.

Namun kemudian disadarinya mengapa ia tidak bisa menggerakan tangan kanannya. Tubuhnya menindih tangannya hingga mati rasa. Tangannya kirinya menyangga tubuhnya lebih kuat. Rasa pusing menderanya dan ia pun merasa seolah kepalanya seperti ingin meledak. Ia menyentuh tangan kanannya, mencubitnya. Rasanya seperti menyentuh orang lain, bukan dirinya sendiri.

Ketika darah mulai mengalir ke tangannya, dirasakannya rasa sakit luar biasa ia rasakan.

Ia menggertakkan giginya, ingin berteriak rasanya namun yang keluar hanya air matanya.

"Sial,Sial,Sial!!"Gumamnya.

Kata-kata pertamanya, terucap dalam embusan angin di dunia asing ini. Ia duduk di situ sambil maju mundur, mendekap tangan kanannya erat-erat ke perutnya. Sesaat dunia tempat ia bangun itu seakan seperti menghilang. Kabut depan cepat menutup pandangan matanya, dan ia berpikir dirinya akan jatuh ke dunia lain berisi mimpi, mimpi buruk.

Beruntung, rasa sakit di tubuhnya mulai mereda. Tangan kanannya tetap sakit, dan ia berpikir bahwa tangannya itu retak atau patah.

Angin melewati wajahnya, Dinginnya seperti es, membuat tubuhnya menggigil kedinginan.

Ia mencium bau tanaman mati dan kayu yang sudah berjamur. Hari sudah malam, dan bisikan air mengalir menandakan bahwa ada air sungai di dekatnya.

Tapi,Apa benar ia sendirian?

Kalau ia memang sendirian, artinya ia sudah mencelakai dirinya sendiri, dan pikiran itu pasti sudah membuatnya tertawa kalau saja ia tidak sedang kesakitan.

Matanya mencari-cari sesuatu di dalam kegelapan, namun yang bisa dilihatnya hanya bayang-bayang tanpa bentuk. Batu-batu kecil dan besar?Semak-semak?Atau pepohonan?

Ia berusaha bediri.Tapi lututnya menekuk. Ia terjatuh lagi, dengan hati-hati ia menggunakan tangan kirinya untuk menompang tubuhnya.

Ia merasakan memar dan perih di sekujur tubuhnya.

Ia berusaha bangun dan kali ini berhasil, meskipun awalnya seperti orang mabuk. Tapi mau kemana emangnya? Ia sama sekali tidak tau.

Perlahan, ia maju beberapa langkah sambil menjulurkan tangan kirinya ke depan seperti orang buta. Ia tidak mau terpeleset atau tersandung batu.

-Bersambung-