Chereads / Ingatan Gelap / Chapter 3 - CHAPTER 2 - HILANG INGATAN(2)

Chapter 3 - CHAPTER 2 - HILANG INGATAN(2)

Terdengar olehnya percikan pelan, dan ia merasakan air masuk ke dalam sepatu kanannya. ia mundur dan berpaling, mulai berjalan ke arah yang berlawanan. pelan-pelan sembari meraba-raba, matanya mulai mampu melihat bentu-bentuk di sekelilingnya. Sebuah bayangan lereng. Ia menatapnya penuh keraguan, namun akhirnya ia mendakinya. pikirannya seolah terselubungi kapas, seakan ia masih bermimpi. Mungkin memang begitu. Mungkin memang ini tidak nyata. Mungkin ia terjebak di tengah-tengah mimpi.

Bukan, ia meyakinkan dirinya bahwa ini nyata.

ia berada di tempat terbuka entah dimana, di malam yang sunyi, ditinggalkan oleh semua orang. Tapi bagaimana ia bisa yakin akan hal itu? Bagaimana ia bisa yakin akan apa pun itu?

Ia melanjutkan mendaki sebisa mungkin. Ranting-ranting menggores dan melukai wajahnya. Ia menepisnya, memandang langit kelam di atas.

Ada sesuatu di sana.

Ia mematung. Ingatan akan hal buruk melintas di pikirannya. Namun itu tidak lama dan ia tidak bisa mengingat apa pun lagi.

Wanita itu terus mendaki dan akhirnya sampai di puncak lereng. Ia melihat-lihat sekelilingnya, Menyentuh duri-duri yang tajam, daun-daun, pasir dan batu kerikil. Ia merasa seolah dirinya begitu kecil, begitu rendah. Rasa nyeri di tangan kanannya bertambah parah dan sepertinya setiap urat di tubuhnya kesakitan.

Ia mendengar suara kerisik daun-daun di dekatnya. Saat ia menoleh ke arah suara itu, kerongkongannya tersekat. Memangnya ia pikir itu apa? Ia tidak tau, Tapi apa pun itu, pasti adalah sesuatu yang buruk dan sudah menyebabkan semua ini terjadi padanya.

Tidak ada apa-apa. Suara daun tadi sudah lenyap. Pasti hanya karena tiupan angin, pikirnya, atau binatang kecil. Ia melihat barisan pohon beberaoa yard di depannya.

Ia merongoh saku jaketnya. Kosong. Kemudian dirogohnya saku celana panjangnya. Saku yang kiri berisi benda logam. Sepertinya sebuah kunci. Kunci apa?

Mau kemana dia sekarang? Yang ia tau, Hutan itu bisa saja bermil-mil luasnya. Yang lebih penting dulu. Ada apa di balik barisan pohon itu?

Ia memaksakan diri untuk lanjut berjalan ke depan. Tak lama kemudian ia menabrak rating-rating yang menyayat baju dan bahunya. Ia langsung mundur, mencoba ke arah lain. Dahan-dahan pohon menyabetnya dan daun-daun bersuara di bawah kakinya.

Ia tersandung. Entah bagaimana, kaki kirinya tersangkut tumit kanannya. Ia terjatuh karena kehilangan keseimbangan, setengah sadae menggapai-gapai sesuatu untuk ia pegangi.

Namun ia terjatuh lagi, bertambah lagi rasa sakit pada tubuhnya. Samb mengerang kesakitan, ia mengusap-usap lengannya yang cidera dengan tangan kirinya dan menunggu rasa sakitnya mereda.

Setelah rasa sakitnya reda, ia bergegas bangkit lagi dan berjalan seperti orang mabuk. Sejauh apa, pikirnya, ia bisa berjalan sebelum jatuh lagi tanpa bisa berdiri kembali? Tubuhnya menyuruhnya untuk istirahat, dan pikirannya menuntut jawaban, tapi ia tidak mampu memenuhi kedua-duanya. Setiap detik, ingin sekali rasanya berhenti dan menyerah. Tapi entah bagaimana ia bisa mengumpulkan kekuatan untuk terus melangkah. Kerongkongannya kering. Ia butuh air untuk di minum.

Dunia aneh di sekelilingnya kemudian berubah. Hilang sudah kesadarannya. Ia tidak lagi bertanya-tanya siapa dirinya, apa yang telah terjadi padanya, atau bahkan dimana ia berada. Yang tersisa hanyalah sensasi mengerikan bahwa pikirannya seperti terpisah dari tubuhnyan Bagian-bagian tubuh tidak bisa menyatu dengan dirinya. Ia melayang di malam hari seperti hantu. Ia menubruk pohon beberapa kali tanpa merasakan apa pun. Ia juga tersandung dan terjatuh dan bahkan tangan kanannya tidak merasakan sakit. Ia belajan dengan lambat, menembus dunia yang hanya berisi hutan dan kegelapan lebih jauh lagi.

-Bersambung-