Chereads / Pulau yang Hilang / Chapter 29 - Dua hati berlabuh

Chapter 29 - Dua hati berlabuh

Candra mencoba berpikir jernih, menimang keputusan. Dan tanpa pikir panjang lagi, ia hendak melompat kedalam aliran sungai yang begitu deras. Tapi tiba-tiba....

Br...br...bbrrrr.... suara helikopter datang menghampiri kerumunan mereka. Menyekat antara keberadaan Candra dan para penjaga yang mengejarnya. Sehingga pandangan mereka teralihkan pada helikopter itu. Biasanya helikopter mendarat bukan disana. Ada helipad, tempat para tamu atau yang berurusan dengan Max dan punya helikopter mendarat, tapi jaraknya lumayan jauh dari sana. Biasanya akan ada kendaraan penjemput para tamu yang menggunakan helikopter.

Ini adalah kali pertama ada helikopter mendarat bukan pada tempatnya. Hingga Max yang tadi di ruang pengendali bersama Andre menjadi keluar. Ia berdiri di barisan paling depan bersama para penjaga. Menunggu siapa yang akan keluar dari dalam heli itu.

Suara mesin menderu telah mati. Pintu heli terbuka. Dan pria berumur kira-kira 40 tahun keluar dari sana. Berkacamata hitam. Memakai pakaian batik. Rapi. Dan dibelakangnya diikuti wanita berparas cantik.

" Pak kepala desa?Elia? Ngapain mereka disini?", tanya batin Andre.

Langkah kaki mereka terus berjalan menuruni tangga. Menjadi pusat perhatian seketika para penghuni benteng. Setelah semua anak tangga terpijak, langkah kaki mereka terhenti. Dan Max segera menghampiri Kepala desa itu. Ia menyalami kepala desa dan putri cantiknya itu.

Helikopter yang tadi mereka tumpangi telah pergi ke tempat helipad berada sepertinya. Deru kembali terdengar, meninggalkan tempatnya mendarat.

" Mari, Pak", ajak Max sambil berjalan ke dalam. Saat ia berjalan melewati kerumunan penjaga ia berkata pelan kepada salah satu dari mereka," Tangkap pria itu!".

Penjaga yang mendengar ucapan Max itu segera berpencar hendak menangkap Candra. Tapi, saat mereka melihat ke tempat terakhir Candra berdiri, Candra tak ada disana. Para penjaga pun kebingungan. Dimana Candra? Candra hilang. Mereka mengira Candra menjatuhkan diri ke derasnya aliran sungai. Dan bahkan mereka mengiranya sudah meninggal.

"Sepertinya dia mati", ucap salah satu penjaga sambil berlari menyusul Max ke dalam.

----------------------------------------------

Andre masih mengikuti langkah adiknya. Ia menyimak semua pembicaraan Max dan Kepala desa. Langkah mereka melambat.

" Jadi bagaimana? Kita sepakat kan?", tanya Max pada Pak Kepala desa sambil memandangnya.

Pak Kepala desa tak langsung menjawab pertanyaan Max. Ia memandang terlebih dahulu putri cantik yang berjalan di belakangnya bersama Andre.

Andre melihat Elia mengedipkan mata perlahan. Seperti isyarat mengiyakan pandangan sang Ayah. Barulah Pak Kepala desa menjawab pertanyaan Max,

" Iya, kita sepakat".

Andre masih bertanya-tanya tentang apa yang sedang mereka bicarakan. Apanya yang sepakat?Kenapa Pak kepala desa mengiyakannya?. Namun Andre hanya diam menyimak.

Sembari menyerahkan map merah pada Pak Kepala desa, Max berkata," Tolong tandatangani ini". Pak Kepala desa mengambil map dengan tangan kanannya. Lalu membukanya, membaca dengan teliti setiap kata yang tertulis disana. Tapi tiba-tiba pelayan datang membawa minuman yang tak sengaja tumpah ke atas map itu hingga map tersebut basah.

Tentu saja Max marah dan membentak pelayan itu,

" Bisa kerja gak sih kamu tuh? Hah?". Pelayan itu meminta maaf sembari mengelap-ngelap baju Pak Kepala desa yang juga basah tersiram.

"Apa-apaan ini!", bentak Pak Kepala desa yang kemudian berjalan menjauhi Max sambil menarik lengan Elia. Mereka hendak meninggalkan tempat itu.

Max berusaha mencegahnya, ia menyusul Pak Kepala desa dan juga putrinya. " Pak, Pak tunggu! Saya benar-benar minta maaf, mari kita lanjutkan kesepakatan kita", pinta Max sambil memohon-mohon pada Pak Kepala desa.

"Saya mencintai putri Bapak yang cantik ini, saya mohon lanjutkan kesepakatan kita, ya, Pak?", sambungnya lagi.

Andre semakin penasaran, apa sih yang sedang mereka bicarakan? Kesepakatan apa? Kenapa Max mencintai Elia segala. Ia juga mencintai Elia. Jelas saja ia cemburu hingga melontarkan pertanyaan kesal pada Max, " Apa ini? Kamu mencintai Elia? Tidak,, tidak!!".

Max terkejut mendengar pertanyaan Andre, kemudian bertanya kembali, " Apa maksudmu? Jangan-jangan kamu juga mencintai Elia?".

" Iya, memangnya kenapa? Kalau kamu mencintainya, kenapa kamu kurung semua warga desa sana dengan Elia juga didalamnya?", tanya Andre dengan nada tinggi.

Max terdiam, ia tak bisa menjelaskan semuanya dari awal. Ia juga sebenarnya tak tahu kalau Elia ada di desa itu. Ia kebetulan saja bertemu, dan saat itu juga ia jatuh hati padanya.

_________________________________

Jadi, waktu itu, saat Max telah mengurung tempat itu. Membuatnya terasingkan di telinga para manusia. Ia mencoba masuk kesana bersama dua penjaganya. Ia hanya ingin melihat lebih dekat keadaan mereka.

Awalnya, ia aman-aman saja disana. Tak ada yang mencurigainya. Karena memang manusia disana bukan lagi manusia. Ia kira semua orang disana sudah berubah saat ia membangun benteng labirin pengurung desa itu. Karena saat itu juga air sumber kehidupan semua warga disana diberi sebuah ramuan. Semua sumber air yang masuk kesana ia beri ramuan. Dan dapat dipastikan semua orang pasti akan menggunakan air itu kemudian berubah jadi manusia abnormal, sebutan dari Max untuk para warga desa yang berubah.

Tapi saat ia mencoba masuk ke dalam pasar desa itu. Ia mendapati seorang wanita berlari. Apa? Berlari? Manusia abnormal tak bisa melakukan itu. Tapi kenapa wanita itu bisa? Max menatapnya keheranan. Ia mencoba mengejar wanita itu.

" Hei!! tunggu!!", teriaknya.

Gerakan kaki wanita tadi terhenti lalu menoleh ke arah orang yang memanggilnya. Ia heran, kenapa ada pria berdandan rapi disini. Bukannya semua orang disini telah berubah. Langkah Max menjadi terdiam saat wanita itu menoleh. Cantiknya mengalahkan kecantikan wanita yang pernah ia temui. Meski berpakaian kuno, Max tetap menyukainya.

Wanita itu juga masih terpatung di keramaian pasar. Memandang heran kenapa ada pria serapi Max disana. Begitu juga Max, ia masih mengagumi kecantikan wanita itu. Tiba-tiba...Bruk..Seseorang menabraknya dari belakang hingga membuatnya terjatuh ke tanah becek milik pasar itu.

"Sial!! Kalau jalan liat-liat dong!", bentaknya sambil melihat siapa yang menabraknya tadi, ternyata si manusia abnormal. 'Ehh.. tapi untuk apa juga ia marah-marah pada orang itu, orang itu kan udah gak waras', pikirnya sambil membangunkan tubuhnya yang kini basah.

Max berdiri. Melihat ke arah terakhir wanita tadi berdiri. Kemana wanita itu? Kok hilang?. Max mencoba mencarinya. Semakin masuk kedalam pasar. Hingga ia mendapatinya tengah bersembunyi di bagian belakang pasar tepat disamping salah satu kios sepi. Max mendekatinya dengan hati-hati. Setelah semakin dekat, ia mencoba menyapanya,

" Hei!".

Wanita itu terkejut. " Siapa kamu? Kenapa mengejarku?", tanya wanita itu setengah ketakutan dan mencoba menjauh dari Max.

" Tenang, tenang, aku Max. Siapa kamu? Kenapa kamu berbeda dari yang lain?", ucap Max dengan nada yang menenangkan kemudian mengulurkan tangannya.

Tampaknya wanita itu mulai tenang. Ia mengamati wajah Max, sepertinya bukan orang jahat. Terus kenapa tadi ia tanya aku berbeda? Berbeda apa maksudnya?, pikir wanita itu sebelum kemudian ia menjawab, "Aku Elia. Aku tak paham apa maksudmu berbeda?". Sambil membalas uluran tangan Max.

Max mencoba menjelaskannya perlahan, " Kamu lihat kan mereka seperti robot, terlihat kaku, lamban, dan mungkin hanya mendengar perintah saja,mereka bukan manusia lagi, tapi kamu, orang yang tinggal bersama mereka disini, bisa berlari, berbicara, dan kau seperti manusia normal. Lantas kenapa kamu berbeda?".

Elia mendengar dengan jeli setiap kalimat yang diucapkan oleh Max. Mencoba mencernanya. Lalu bertanya pada Max, " Lalu apa maksud kedatanganmu kemari?".

" Aku hanya melihat-lihat kesini, sepertinya aku tersesat. Aku sedang mencari temanku disini", jawab Max yang kemudian kedua penjaganya datang mencarinya.

" Pak!", seru mereka yang membuat Max menoleh ke arah mereka.

Tapi Max kembali menoleh pada Elia. Dan Elia hilang. Kemana ia? Tapi ya sudahlah ia tak terlalu peduli. Setelah mereka bertemu kembali mereka memutuskan untuk kembali ke markas besar.

Saat perjalanan pulang, Max menceritakan bahwa masih ada manusia normal disana, " Aku menemukan satu manusia normal disana, dan sepertinya masih ada manusia normal lain juga disana. Kalian! Kirim beberapa pasukan ke desa itu. Bawa senjata secukupnya. Dan awasi mereka. Cari manusia-manusia normal dan kurung di penjara. Nanti akan kubuatkan penjara dekat rumah kepala desa. Tapi jangan penjarakan wanita yang tadi aku lihat juga keluarganya, biarkan saja mereka bebas berkeliaran, tapi tetaplah awasi!", perintah Max.

____________________________________

Max terpatung di ruang itu bersama Andre yang masih memandangnya, menunggu jawaban Max.