Chereads / Pulau yang Hilang / Chapter 10 - Angka

Chapter 10 - Angka

Setelah selesai makan, Candra dan Andre kembali ke sel, sedangkan Beno pergi ke tempat ibadah terlebih dahulu.

Candra dan Andre berjalan bersama menuju sel. Sel Candra lebih dekat ketimbang selnya Andre. Saat akan berpisah, Candra melambaikan tangan kepada Andre. Dan Andre membalasnya dengan lambaian tangannya juga.

Penjara itu tak terlalu ketat kali ini. Sehingga para tahanan tak lagi diiring menuju sel mereka.

Saat Candra hendak memasuki sel nya, ia melihat sesuatu di dekat pegangan pintunya. Ada sebuah besi lempengan tertempel dibawah pegangan pintu itu. Ada tulisan yang tercetak di atasnya, A-32.

" Jangan-jangan ini adalah nomor sel yang kemarin kita bicarakan", kata Candra.

Lalu Candra pun berlari mengejar Andre yang tengah berjalan menuju selnya yang ada di bagian paling belakang.

" Andre!! Andre!! tunggu!!!", ucap Candra sambil berlari mendekati Andre.

Andre pun berhenti dan membalikkan badannya setelah mendengar seruan Candra. Candra yang sedang berlari kencang, sulit menghentikan laju kakinya saat itu. Akhirnya ia menabrak tubuh Andre.

Dan...

Brukkk...

Mereka terjatuh. Tubuh Candra menindih tubuh Andre.

Candra berkata, " Aku tahu nomor sel itu ada dimana". Lalu ia pun terbangun dari tubuh Andre. Dan Andre pun berdiri. Dan menatap Candra dengan penuh antusias.

"Yang benar kamu? Dimana? ", tanya Andre.

" Ayo kutunjukkan!!", jawab Candra sambil menarik Andre menuju selnya.

Saat hendak menuju ke sel milik Candra, tiba-tiba di depan mereka ada 2 orang penjaga menuju ke arah mereka. Penjaga itu mendekat. Andre dan Candra mulai ketakutan, tapi Andre berkata, " Jangan menampakkan wajah takut, agar mereka tak curiga".

Andre dan Candra berusaha untuk tak kelihatan mencurigakan. Mereka diam terpatung disana. Hingga salah satu penjaga bertanya, " Sedang apa kalian disini? ".

Tiba-tiba Andre memegang perutnya. Ia menjerit kesakitan. " Aduh.. sakit... tolong aku", rintih Andre yang kemudian jatuh ke tanah.

"Tolong teman saya Pak! ", kata candra kepada penjaga-penjaga itu. Ia tahu Andre pasti sedang berpura-pura.

Andre dibopong oleh kedua penjaga itu. Candra hendak mengikutinya, tapi salah satu penjaga itu mencegahnya dan malah menyuruhnya kembali ke selnya.

Beno yang baru saja pulang dari tempat ibadah, ia melihat dari kejauhan, Andre yang dibopong dan Candra sedang berbicara dengan penjaga. Ia berjalan setengah lari menuju Candra untuk mengetahui apa yang terjadi.

" Apa yang terjadi, Dra? ", tanya Beno setelah ia beberapa meter dari Candra.

Candra belum menjawab, saat Beno telah berdiri di sampingnya, ia baru berkata," Aku tahu dimana kita bisa mengetahui nomor sel kita, saat aku hendak memberi tahu Andre, kita kepergok oleh penjaga-penjaga itu. Kita sangat panik tadi. Tapi Andre menyuruhku untuk tak kelihatan panik. Aku sudah berusaha. Tapi yang selanjutnya terjadi adalah ia pura-pura sakit perut sepertinya. Aku tak tahu maksudnya, jadi aku biarkan dia dibawa oleh penjaga itu. Aku tau dia pasti sedang menjalankan sebuah rencana".

" Lalu dimana aku bisa menemukan nomor selku? ", tanya Beno.

Candra berjalan terlebih dahulu, ia menuju sel Beno. Lalu menunjukkan lempengan besi dibawah pegangan pintu milik sel Beno.

"Ini dia!", ucapnya.

Beno dengan cepat mendekat, kemudian mengamati dengan seksama lempengan itu. Ada nomor yang tertera disana, A-33. Ya, itu nomor sel Beno. Ia telah mengetahuinya sekarang.

"A-33? Nomor selmu? Berapa?", tanya Beno pada Candra.

Sontak saja Candra menjawab, "A-32".

"Sel kita bertetangga, makanya nomornya juga bersebelahan. Lalu bagaimana dengan nomol sel Andre? Kau sudah tahu?", tanya Beno lagi.

"Hei!! Kalian!! Cepat masuk ke sel kalian!", seru penjaga yang memergoki mereka yang tengah berbincang di depan sel Beno.

Candra segera berjalan menuju ke dalam selnya sebelum penjaga tadi mendekat ke arah mereka, begitu juga Beno. Dalam langkahnya, Candra menjawab pertanyaan Beno tadi, " Entahlah tapi sepertinya dia ada di urutan terakhir".

Beno menghentikan langkahnya dan melirik saat Candra menjawab pertanyaanya tadi. Ia tak memberi jawaban apapun lagi setelah itu. Ia hanya mengangguk pelan dan kembali berjalan masuk ke dalam sel berbentuk sangkar itu.