Cleo memang sengaja mengundang Willy untuk pergi menemaninya menemui Billo-billo karena ia membawa sejumlah uang tunai yang sangat banyak dan berbahaya bagi seorang wanita seperti dirinya untuk membawanya sendirian.
Demi alasan keamanan, ia harus meminta pria berotot itu untuk menemaninya ke sana sebagai seorang bodyguard.
Dengan wajah dan postur tubuh layaknya seorang preman, Willy pasti terlihat sangat menakutkan dari luar. Itu sebabnya, adalah hal yang tepat ia meminta pria itu untuk mendampinginya.
Tapi jika pria itu histeris dan bersikap norak karena belum pernah melihat uang tunai yang begitu banyak di depan matanya, pria itu jelas hanya akan semakin memperkeruh keadaan.
Dengan ekspresi yang masih tidak percaya, Willy kembali bertanya tentang kebenaran uang yang ada di tangan Cleo.
"Kau serius? Tapi... darimana kau mendapatkan uang sebanyak itu? Kau, kau tidak mungkin melakukan sesuatu yang ilegal 'kan? Misalkan dengan merampok sebuah bank atau semacamnya, hanya untuk melunasi semua hutang-hutangmu itu?" Willy melemparinya kecurigan dan ia mulai merasa kalut.
Cleo langsung memukulnya.
"Apa kau pikir aku sudah gila?! Kalau aku baru saja merampok bank, aku tidak mungkin bisa berdiri dengan santai di sini bersamamu!! Seseorang pasti akan memanggil polisi dan mengejarku kemari. Apa kau tidak bisa melihat itu?"
Cleo menatap Willy dengan kesal. Walaupun Willy punya otot yang besar dan juga kekar di penampilan luarnya, pria itu jelas jarang menggunakan otaknya.
"Sudah jangan banyak bicara! langsung antar aku ke tempat Billo-billo. Kau masih ingat dimana tempatnya 'kan?" tanya Cleo yang tidak ingin berdebat. Willy pun langsung mengangguk.
Ia menyalakan mesin motornya dan membantu Cleo menjinjing tas yang dibawanya ketika wanita itu naik ke atas motornya. Lalu dalam hitungan detik, keduanya pun melesat pergi.
Tak selang berapa lama, Mereka sampai di sebuah gedung usang yang ada di sela-sela gang sempit di dekat pasar malam. Jika dilihat dari luar mungkin tempat itu terlihat sangat tidak terurus dan cukup terbengkalai. Tapi begitu masuk ke dalam, suasana dan keadaannya tidak seburuk keadaan di luar.
Setelah menghampiri dua penjaga yang ada diluar dan langsung mengemukakan tujuannya datang ke sana, Cleo dan Willy langsung diantar masuk ke dalam untuk menemui Billo-billo.
Sesampainya di sebuah ruangan yang sangat berasap rokok dan tidak banyak pencahayaan, Cleo langsung menemukan sosok yang dicarinya tengah duduk di sebuah sofa yang panjang. Sambil bermain kartu dengan beberapa temannya dan dua orang wanita cantik yang duduk di sampingnya, Billo-billo menatap kedua tamunya dengan mata menyelidik.
Pria itu sedikit terkejut. Terutama setelah ia mendengar anak buahnya membisikkan sesuatu tentang apa yang dibawa Cleo untuknya. Dengan sebuah seringai yang menjijikkan, Billo-billo terlihat seperti seorang oom-oom senang yang bertubuh gemuk dan gembul yang siap untuk dipukul.
"Sudah lama aku tidak melihatmu. Kau semakin cantik dari saat terakhir aku melihatmu, gadis kecilku sayang."
Cleo tahu itu hanya serangkaian kata basa-basi biasa yang asal diucapkannya. Tapi ucapannya itu membuat Cleo merasa geli. Ia menatap Billo-billo dengan tidak senang.
Sejak kapan aku jadi gadis kecilmu??!
"Siapa yang menyangka, kau akan datang kemari untuk langsung melunasi semua hutangmu itu padaku?" Billo-billo menatap Cleo dengan mata yang berbinar.
"Darimana kau bisa mendapatkan uang itu? Terakhir kali aku menawarimu pekerjaan, kau menolaknya. Dan lihat sekarang, dengan sangat cepat kau bisa langsung mendapatkan uang sebanyak itu? tidakkah aku perlu curiga darimana kau mendapatkannya?" Billo-billo bertanya dengan antusias.
Ia menghentikan permainan kartunya, dan mulai menatap Cleo secara menyeluruh. Dari atas hingga ke bawah.
Seolah bisa menebak darimana uang yang dapatkan Cleo dengan hanya sekali melihat saja, pria itu tersenyum dengan penuh arti.
Cleo menertawakannya.
"Memangnya aku perlu untuk memberitahumu darimana aku mendapatkannya? Aku rasa itu jelas bukan urusanmu!" balas Cleo dengan malas.
"Apa pria yang ada di sampingmu itu yang memberikannya padamu?" tanya Billo-billo sambil melemparkan pandangan ke arah Willy.
Jika melihat penampilannya, terlihat sekali bahwa laki-laki itu tidak memiliki uang. Tapi mungkinkah orang itu yang memberikannya uang secara cuma-cuma?
Billo memandang dengan sangsi.
Dan Cleo mencoba mengabaikan itu. Ia melangkah maju dan meletakkan tas yang dibawanya di atas meja. Lalu dengan tatapan sengit, ia menatap Billo-billo.
"Buka dan hitunglah. Aku telah membulatkan uang itu menjadi 600juta. Tidak kurang. Tidak lebih. Dengan ini semua hutangku lunas. Berikan padaku bukti pembayaran dan pelunasan hutang milik paman."
Melihat setumpuk uang di depan mata, Billo-billo tersenyum senang. Ia menunjuk salah satu anak buahnya untuk mengambil tas itu dan mereka mereka untuk menghitungnya.
Tak perlu waktu yang terlalu lama, semua anak buah Billo-billo telah berhasil menghitung jumlah uang tersebut dan melaporkannya pada bosnya.
"Semua benar 600juta, bos. Tidak kurang. Tidak lebih," seru salah satu dari mereka.
Tawa Billo-billo langsung meledak.
"Sangat bagus! Kau ternyata berhasil mengumpulkan uang itu hanya dalam waktu sekejap. Tidak kurang dari kurun waktu dua minggu. Padahal, aku sebetulnya berencana ingin memberimu sedikit kelonggaran waktu sampai minggu depan. Tapi lihat ini! Kau membawakanku langsung semua uang itu dengan tidak kurang se-sen pun bahkan kau melebihkannya sedikit. Wah, kau ternyata cukup dermawan!!" puji Billo-billo.
Dan walaupun telah dipuji seperti itu, Cleo sama sekali tidak merasa senang. Ia meminta kembali apa yang seharusnya menjadi haknya.
"Berikan bukti surat hutang lunas padaku! Aku juga ingin kau memberikanku surat perjanjian hutang yang dulu pamanku tandatangani. Dengan itu, aku dan almarhum pamanku sudah tidak berhutang apapun lagi denganmu!"
"Kau ternyata sangat tidak sabaran. Baiklah, berikan padanya apa yang ia minta," Seru Billo-billo pada salah satu anak buahnya.
***