Seorang pria keluar dari ruangan dan ketika ia kembali, ia membawa beberapa lembar kertas pada Cleo. Itu adalah surat perjanjian hutang dan bukti bahwa hutang itu telah lunas.
Dengan perasaan lega Cleo menatap kertas-kertas itu. Mungkin karena terlalu bersemangat, Cleo menggenggam kertas-kertas itu dengan lebih kuat. Air matanya hampir saja menetes, jika saja ia tidak secara tiba-tiba mendengar Billo-billo berkata lagi.
"Kau pasti sangat terharu ya, sekarang? Merasa telah bebas dari kungkungan?" tanya Billo-billo dengan nada yang mengejek dan sedikit terkesan masa bodoh.
Cleo menatapnya.
Dengan mengulaskan sebuah senyum yang bagai ular, pria itu kembali memperlihatkan sederetan giginya yang tidak rapi.
"Sayang sekali, padahal aku lebih berharap kau bisa bekerja padaku di rumah bordil atau di klub malam. Dengan begitu, kau bisa lebih menghasilkan banyak uang untukku. Tapi karena sepertinya kita tidak berjodoh untuk kali ini, kau boleh mencariku lagi jika kau membutuhkan uang lagi seperti pamanmu dulu. Tentu pintuku akan selalu terbuka untukmu, gadis kecilku."
"Terima kasih banyak. Tapi aku tentu tidak akan pernah sudih lagi menginjakkan kakiku kemari. Sampai kapanpun dan apapun yang terjadi. Aku... tidak akan pernah mencarimu lagi untuk alasan apapun. Karena itu, kalian juga berhentilah menggangguku. Selamat tinggal, Tuan Billo-billo!"
Ketika Cloe selesai mengucapkan kata-kata perpisahannya itu, ia berbalik dan mengajak willy untuk keluar bersamanya. Dengan langkah mantap dan percaya diri, Cleo akhirnya bisa merasakan udara di sekitarnya mendadak menjadi lebih baik dan hidup.
Ia belum pernah merasa seringan ini dalam hidupnya semejak kedua orangtuanya meninggal. Hari-harinya tentang bekerja keras dan berparuh waktu tiada henti kini telah berakhir. Ia tidak perlu lagi berkerja seperti orang gila yang tidak kenal waktu dan tenaga, seperti seorang pekerja rodi.
Kini ia bisa tidur lebih lama daripada biasanya ia tidur. Ketika semua orang tidur dan ia masih harus bekerja, kini ia bisa tidur lebih cepat. Ketika semua orang belum terbangun dari tidurnya, dan Cleo sudah sibuk di tempat kerjanya, kini ia bisa bangun lebih siang.
Sungguh ini seperti sebuah mimpi.
Hari ini ia harus merayakan kebebasannya dengan sangat meriah!!
Semangkuk ayam goreng, seloyan pizza dan beberapa kaleng coca-cola telah hadir di hadapan Cleo dan Willy yang tengah merayakan kebebasannya Cleo di salah satu sudut kota, di tengah malam dan di taman yang ada di dekat rumah Cleo.
Sambil mengangkat kaleng minumannya, Cleo berteriak dengan senang.
"Yeah!! Selamat untuk kebebasanku!!" seru Cleo dengan suara lantang dan cukup keras.
Taman ini hanya ada mereka, dan jauh dari pemungkiman warga. Sehingga walaupun Cleo berteriak dengan kencang, tidak akan ada orang yang mendengarnya selain Willy tentunya.
Willy merespon dengan ekspresi yang aneh.
"Bukankah kau mengatakan ingin merayakannya secara meriah? Apa ini yang kau sebut dengan meriah??" tanya Willy dengan tidak senang karena awalnya ia pikir akan mendapatkan makanan yang sangat menggugah selera.
Tapi apa ini? hanya semangkuk ayam dan seloyan pizza serta beberapa kaleng minuman yang biasa juga sering ia makan dan minum? Bahkan porsi ini saja tidak cukup untuk mengisi kekosongan perutnya! Makanan ini hanya akan menyempil di sela-sela perutnya yang lebar.
"Ya!! Apa kau bermaksud protes padaku? Masih bagus aku mengajakmu makan enak. Kenapa kau malah menggerutu. Aku tahu kau sudah jarang makan makanan yang enak selama beberapa hari ini karena kau terlalu sibuk. Dan lihat sikapmu ini? kau menghina anugerah makanan yang maha besar!!" protes Cleo dengan menunjuk-nunjuk Willy dengan sepotong ayam yang dipegangnya.
"Hah!.. makanan begini juga sudah sering aku makan! Kau saja yang terlalu pelit makanya jarang makan-makanan yang seperti ini. Lihat bagaimana kau begitu royal menambahkan pembayaran di hutangmu pada Billo-billo?! Dan bagaimana kau begitu pelit pada sahabatmu sendiri yang sudah membantumu mengawal!? Aku benar-benar kecewa," Willy memajukan bibir bawahnya tanda ketidakpuasan.
Cloe merasa geli.
"Kenapa kau harus merasa kecewa? Apa kau tahu persis berapa hutangku padanya? Jangan bertingkah seperti anak kecil!" Cleo membalas dengan malas-malasan sambil terus mengunyah ayamnya.
Mendengar Cleo membahas tentang jumlah hutangnya, mata Willy segera berkilat.
"Memangnya berapa hutangmu pada Si Pak Tua Gendut itu?" tanya Willy dengan rasa penasaran. Selama ini Willy tidak pernah tahu berapa banyak persisnya hutang Cleo pada Billo-billo karena tentu saja hutang itu terus melambung dengan tinggi.
Dan semakin ia perhitungkan, kepalanya terasa semakin sakit dan berkedut tidak karuan karena tidak terbiasa dengan angka-angka besar itu.
Alih-alih menjawab, Cleo justru menatap ke atas langit. Ia berpikir sejenak lalu memberikan jawaban.
"Aku juga tidak tahu. Walaupun anak buah Billo-billo selalu datang padanya dan menyebut jumlah hutangku padanya, aku tidak berniat mengingatnya. Tapi setelah aku yakin aku bisa melunasinya, aku kemudian bertanya pada mereka. Dan... kau tahu, aku hanya menambahkan uang sebanyak 17.583 rupiah untuk pembulatannya. Apa setelah ini kau masih bisa merasa iri?" Cleo melemparkan sindirannya dengan setengah bercanda.
Willy melotot.
"Apa? jadi kau hanya menambahkan 17.583 rupiah padanya?" Willy tertawa terbahak-bahak saat mendengar penuturan Cleo.
"Kau benar-benar spesial. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa padamu. Sikap sombongmu itu yang mengatakan telah menambahkan uang yang cukup untuk membulatkannya sangat memukau! Dan sekarang kau mengatakan hanya menambahkan uang 17ribu itu ke kantong mereka? Luar biasa!"
Willy mengancungkan kedua jempolnya pada Cleo. Wanita itu memang artis sejati. Pantas saja, tadi Billo-billo menyindirnya dengan kata-kata dermawan. Ternyata itu hanya bentuk sarkasme belaka.
Sebetulnya Willy tidak benar-benar iri dengan nominal yang ditambahkan Cleo dalam pelunasan hutangnya. Ia hanya ingin meledek Cleo yang dirasanya sangat menyebalkan.
Darimana dan bagaimana wanita itu mendapatkan uang itu, sampai saat ini dia belum menceritakan apapun padanya. Tidakkah itu cukup menyebalkan dan sedikit mengganggunya? Itu sebabnya Willy secara iseng mengolok-oloknya.
***