Chereads / Nikah kontrak / Chapter 7 - Bab 7 ( Di Rumah Sakit )

Chapter 7 - Bab 7 ( Di Rumah Sakit )

Semalaman penuh Cleo telah memikirkan berbagai macam cara agar Nenek Harry bisa mengakuinya dan menyukainya. Tapi berapa banyak dan berapa kali pun ia memikirkan berbagai cara, ia tidak tahu dengan pasti pilihan mana yang tepat untuk ia pergunakan.

Alasannya, Cleo tidak tahu bagaimana sifat dan watak dari Nenek Harry. Ia tidak bisa sembarangan saja bersikap karena ini adalah pertama kalinya mereka akan bertemu. Seperti kata orang, kesan pertama harus berkesan karena itu akan melekat untuk waktu yang lama. Karenanya, Cleo tidak ingin membuat kesan buruk apapun untuk pertemuan pertama mereka kali ini.

Cleo sempat menyesal karena tidak sempat bertanya lebih banyak pada Dirga soal Nyonya besarnya itu tadi siang saat mereka bertemu. Padahal, saat itu adalah kesempatan yang bagus untuknya bisa tahu lebih banyak tentang orang yang akan menjadi targetnya.

Cleo bisa saja menghubungi Dirga untuk bertanya, tapi ia terlalu enggan untuk melakukannya. Apalagi karena ini sudah sangat malam. Rasanya tidak akan sopan jika ia harus menghubungi orang yang tidak kenalnya dekat, di malam yang selarut ini.

Waktu telah menunjuk pukul 12 malam, tapi Cleo belum juga bisa memejamkan matanya yang sudah terasa berat karena terlalu bersemangat dan cemas menantikan hari esok.

Ia tidak tahu apakah pertemuannya nanti dengan Nyonya Sofia akan berjalan lancar atau tidak, tapi sekiranya, seperti yang sudah pernah ia katakan sebelum-sebelumnya, lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali.

Sekalipun ia gagal, ia tidak akan rugi apapun karena memang tidak ada apapun yang ia korbankan. Walaupun tentu saja ia berharap usahanya ini akan bisa membuahkan hasil yang baik untuknya.

Cleo telah membuat beberapa daftar karakter dan situasi yang akan ia perankan nanti saat ia bertemu dengan Nyonya Sofia. Dan walaupun telah banyak melakukan pertimbangan serta membuat pilihan, Cleo tetap saja tidak tahu mana yang harus ia pakai.

Atau apakah ia sebaiknya menjadi dirinya sendiri daripada ia harus berpusing ria memikirkan segala macam cara yang bahkan ia sendiri tidak tahu apakah itu akan berhasil atau tidak?

Semua mertua pasti menginginkan seorang wanita yang baik-baik untuk menjadi menantunya. Mereka pasti ingin seorang menantu yang penurut dan tidak banyak menuntut. Karena itu apakah ia sebaiknya bersikap biasa saja saat ia menemui nenek itu nanti? Daripada ia harus bersikap berlebihan dan malah akan terlihat seperti dibuat-buat?

Toh sepertinya, ini akan menjadi pertemuan yang sangat dinanti-nantikan oleh Nyonya Sofia karena memang beliau sudah sangat menginginkan seorang cucu menantu dari cucunya, Harry Miles.

Tapi... mungkinkah akan semudah itu?

Bila perlu, apakah ia perlu untuk sedikit menambahkan beberapa bumbu penyedap di antara cerita-ceritanya nanti agar terdengar lebih dramatis dan tidak membosankan?

Ehm.. sepertinya Cleo akan melakukan hal itu jika diperlukan. Ia jelas tidak bisa begitu saja memaparkan tentang dirinya dengan gamblang.

Lagipula, sekretaris Harry sendiri juga telah memberinya kuasa untuk bebas mengarang cerita apapun tentang hubungannya dengan Harry di depan Nyonya Sofia selama itu berada di batas kewajaran.

Hah ~ semakin dipikir semakin membuat kepala terasa pusing saja!!

Tanpa sadar, mata Cleo sudah terpejam dan ia tertidur dengan lelap malam itu. Entah mimpi apa yang sedang ia mimpikan setelahnya, sekilas seulas senyum tersungging di bibirnya. Seolah ia sedang bermimpi indah dan menolak untuk bangun kembali pada dunianya yang nyata.

Berkat itu, Cleo bangun terlambat esok paginya. Ia begitu terkejut saat membuka matanya setelah ia mendapati waktu di jamnya menunjuk pukul 8 pagi. Dengan tergesa-gesa Cleo bangun lalu mandi dan membereskan seluruh dirinya dengan segera.

Tak lebih dari sepuluh menit ia telah selesai bersiap. Setelah mengambil tas dan mengunci pintu, Cleo langsung bergegas menuju ke jalan utama dan memesan sebuah taksi untuk membawanya ke rumah sakit.

Tak lupa, ia mampir ke sebuah swalayan untuk membeli beberapa buah dan membungkusnya menjadi sebuah parsel. Lalu, tak lebih dari setengah jam setelah ia membeli beberapa buah-buahan itu, Cleo kini telah sampai di sebuah rumah sakit besar dengan perasaan yang semakin tidak menentu.

Semakin ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah sakit dan mengitari setiap sudut koridor yang ada di sana, Cleo merasa detak jantungnya semakin berdetak dengan cepat dan tak karuan karena gugup.

Sambil mengatur napas dan mengurangi sedikit ketegangan yang ada di salah satu telapak tangannya yang dingin, Cleo dengan takut-takut mengetuk pintu kamar milik Nyonya Sofia yang berada di lantai tiga rumah sakit.

Dengan sedikit keraguan ia membuka perlahan pintu kamar nomor 303 dan mendongakkan kepalanya ke dalam.

"Permisi, apa benar ini kamar Nyonya Sofia?" tanya Cleo begitu ia telah mencondongkan bagian atas tubuhnya ke dalam kamar dan mendapati dua orang wanita berada di dalam kamar itu sedang menatapnya dengan terkejut.

Seorang wanita tua duduk di atas ranjang dengan pakaian rumah sakit dan ada seorang wanita lain yang duduk di samping, di kursi yang ada di dekat ranjang. Wanita itu juga seorang wanita tua. Mungkin dia adalah seorang tamu juga.

Merasa tidak nyaman karena kedua wanita itu tidak menjawab pertanyaan Cleo dan malah menatapnya dengan terkejut dan bingung, Cleo kembali mengulang pertanyaannya itu sekali lagi.

"Apakah ini benar kamar Nyonya Sofia?" tanya Cleo mengulang.

Kedua wanita itu awalnya saling melemparkan pandangan satu sama lain. Hingga kemudian salah satu di antara mereka memberi jawaban.

"Itu benar. Tapi siapa kau dan ada keperluan apa kau kemari?" tanya wanita yang duduk di kursi.

Cleo lega mendengar dirinya telah mengetuk pintu yang benar. Karena itu, Cleo yang awalnya hanya mencondongkan kepalanya saja ke dalam kamar, langsung bergerak maju untuk menampilkan keseluruhan dirinya ke depan.

Dengan sikap yang sopan ia berdiri dan mulai menyapa serta memperkenalkan diri pada kedua wanita yang ada di depannya itu, sambil tentunya tidak lupa mengulaskan sebuah senyuman yang paling lebar yang dimilikinya.

"Ah.. Selamat pagi!! Perkenalkan. Nama saya Cleo Alayster. Saya adalah pacar cucu Anda, Harry Miles. Emm... Maaf karena baru berkunjung sekarang. Apa Anda sudah lebih baik?" sapa Cleo sekaligus tanyanya secara berurutan.

Ia tidak tahu kata-kata apa yang tepat untuk menyapa. Tapi setidaknya sapaannya tidak buruk.

Kedua wanita tua yang ada di ruangan itu saling berpandangan. Cleo sama sekali tidak menangkap kejanggalan apapun dari tatapan keduanya. Hingga kemudian ia melihat Nyonya Sofia, wanita yang duduk di atas ranjang bersuara.

"Kau.. pacar cucuku... Harry Miles?" tanya wanita itu dengan nada yang tidak hanya terkejut tapi juga tatapannya.

Cleo mengangguk, "Ya."

"Kau serius kau itu adalah pacarnya cucuku Harry Miles?? Harry Miles Theodore??"

Cleo merasakan ada banyak nada tidak percaya di setiap kata-kata yang diucapkan Nenek Harry padanya.

Sehingga saat di awal ia bisa mengangguk dengan yakin, pertanyaan kedua itu mulai membuat Cleo bingung harus membalas apa. Apa satu anggukkan saja tidaklah cukup?

"Ya. Saya pacarnya. Saya tahu Anda mungkin sangat terkejut. Tapi ini benar. Saya adalah pacarnya Harry, cucu Anda. Apa itu masih diragukan?" tanya Cleo dengan ragu dan tidak yakin akan keputusannya untuk datang ke sana.

Cleo tidak tahu kenapa kedua wanita yang ada di depannya ini terus saja menatapnya dengan tidak percaya dan terkejut. Walau tentu saja keduanya terus saling melempar pandangan dan memberi kode satu sama lain tanpa Cleo sadari, Cleo hanya bisa menatap mereka dengan wajah serius dan diusahakannya semeyakinkan mungkin.

Entah apakah kedatangannya ini akan disambut dengan baik atau malah akan langsung diusir dengan tanpa persiapan.

Sementara Nyonya Sofia menatap wanita yang baru dikenalnya itu dengan perasaan tidak jelas.

Setengah jam sebelum kedatangannya, Nyonya Sofia telah meminta Daniar, asistennya untuk menyamar menjadi dirinya dan bertukar posisi menggantikannya berbaring di atas ranjang.

Dengan maksud untuk mengelabui banyak orang, Nyonya Sofia meminta Daniar untuk menyiapkan segala sesuatunya yang mereka butuhkan dalam proses melakukan penyamaran dan mengenakan semua barang-barang itu pada diri mereka masing-masing.

Tak selang beberapa menit mereka telah selesai bertukar peran, wanita muda itu datang dan mengetuk pintu. Sungguh membuat jantung hampir lepas saja jika mereka tidak melihat siapa yang menolehkan kepala dan masuk.

Lantas, belum lepas dari keterkejutan itu, wanita itu masuk dan memperkenalkan diri sebagai pacar Harry, cucunya?

***