Cleo menghelakan napas yang panjang. Bukan syarat jika itu dibuat mudah. Setelah meneguk beberapa kali minumannya, Cleo kembali menatap Dirga dengan ragu-ragu.
"Kalau saya boleh tahu, Nyonya.. Sofia, dia sedang sakit apa?" tanya Cleo dengan hati-hati. Ia tidak bermaksud mencari tahu terlalu banyak urusan keluarga orang, tapi setidaknya ia harus tahu sedikit tentang sakit apa yang sedang diderita orang yang akan dibesuknya itu nanti.
Cleo juga tidak berharap ini akan menjadi seperti sebuah cerita dalam novel atau drama. Dimana ada seorang nenek yang berpura-pura sakit, atau malah benar-benar sakit parah. Karena itu ia meminta sebuah permintaan terakhir yang mendesak pada keluarganya, seperti sebuah pernikahan untuk cucunya yang tersayang atau semacamnya.
Itu terlalu mengerikan untuk ia bayangkan.
"Beliau tidak sedang sakit. Dia hanya sedang mogok untuk pulang karena alasan tertentu," ucapan Dirga mematahkan semua argumen Cleo tadi.
Mogok?
Cleo menatapnya dengan tidak percaya. Orang dewasa mana yang mau dirawat di rumah sakit yang penuh dengan bau obat dan jarum suntik, jika ia tidak benar-benar sedang sakit? Bahkan anak kecil saja benci dengan bau rumah sakit.
"Lalu apa yang boleh aku katakan padanya dan tidak boleh aku katakan padanya? Tidakkah kita seharusnya menyamakan suara agar aku benar-benar terkesan sebagai pacar olehnya? Sejujurnya... aku tidak terlalu tahu banyak soal tentang bosmu itu. Karenanya, berapa lama aku harus katakan pada Nyonya.. Sofia, bahwa kami telah berpacaran?"
Dirga terdiam sejenak. Menundukkan kepalanya ke bawah untuk berpikir, lalu kemudian mengangkatnya kembali.
"Anda berhak mengarang cerita apapun tentang hubungan kalian selama itu berada dibatas kewajaran. Tuan Harry tidak pernah menceritakan apapun soal kekasihnya pada Nyonya Sofia. Ia hanya mengatakan pada Nyonya Sofia, bahwa ia telah menjalin hubungan dengan seorang wanita selama dua tahun secara rahasia karena alasan tertentu. Dan tentu saja, semua itu hanyalah cerita fiktif belaka yang ia karang untuk Nyonya Sofia karena wanita itu tidak pernah ada," jelas Dirga.
Jadi, neneknya-lah yang ia sebut keluarga yang memaksanya untuk menikah sehingga ia akhirnya mau tidak mau mencari seseorang untuk dinikahkan dengannya secara tertulis?
Walaupun merasa terbebani dengan persyaratannya, Cleo merasa setidaknya ia harus berterima kasih pada Nyonya Sofia karena berkatnya-lah, Cleo jadi bisa melunasi seluruh hutang-hutangnya itu dengan segera.
Jika benar apa yang dikatakan Harry dan sekretarisnya soal ia akan memenuhi apapun yang dimintanya sebagai imbalan, maka Cleo yakin tidak akan masalah jika ia meminta beberapa ratus juta sebagai upah karena pria itu sangat kaya.
Mungkin ia akan dianggap materialistis atau sebagainya, tapi Cleo tidak perduli karena ini adalah bentuk kerjasama yang saling diuntungkan dan dibutuhkan. Toh, Harry dari awal juga sudah tahu alasan mengapa ia mengajukan diri dalam masalahnya itu.
Ya, karena itu anggaplah ini benar-benar kerjasama yang akan saling menguntungkan dan dibutuhkan. Harry untuk menghindari pernikahan panjang yang tidak diinginkan. Dan Cleo demi untuk kelangsungan hidupnya sendiri.
"Baiklah. Aku akan menyanggupinya."
Ucapan Cleo jelas menegaskan dirinya bersedia melakukan apapun untuk kontrak itu.
Dirga sudah tahu apa yang akan wanita itu ajukan sebagai imbalan jika seandainya kontrak ini terlaksana. Walaupun ia tidak sepenuhnya yakin dengan keputusan bosnya itu, sebagai bawahan Dirga hanya bisa menurut saja.
Ia telah menyelidiki lebih dalam tentang wanita yang ia temui ini. Cleo Alayster hanyalah seorang wanita biasa yang telah hidup sebatang kara setelah kedua orangtuanya meninggal saat ia masih kecil, dan pamannya dua tahun yang lalu.
Dia bukan berasal dari keluarga yang lengkap dan berada. Tentu saja karena itu juga wanita itu begitu berinisiatif untuk menawarkan dirinya melakukan perjanjian kontrak yang tidak biasa itu karena alasan finansial.
Tetapi dengan statusnya itu, ia tidak yakin wanita itu akan diterima dengan mudah di keluarga besar milik bosnya itu. Dan apakah bosnya itu bisa menjamin wanita itu akan menuruti semua keinginannya itu dan tidak membuat masalah? Dirga sama sekali tidak bisa memperkirakannya.
Ia kembali mengenang perkataan Tuan Harry beberapa waktu yang lalu saat dirinya tengah mempertanyakan kesungguhannya soal kontraknya ini.
"Dia sendiri yang menawariku duluan. Aku hanya sekedar mencoba. Jika dia berhasil, maka itu akan menjadi keuntungan buatnya. Dan jika dia tidak berhasil, maka aku hanya perlu mencari orang lain untuk menggantikannya. Aku tinggal mengatakan pada nenek bahwa dia hanya wanita yang terobsesi padaku karena aku menolaknya. Tentu saja nenek akan percaya padaku, jika dia tidak menyukainya."
Saat itu, Dirga bahkan tidak bisa membalas apapun ucapan bosnya dan hanya bisa mengangguk.
"Apa ada hal lain yang ingin Anda tanyakan?" tanya Dirga setelah ia kembali dari ingatannya dan menatap kembali Cleo.
"Ehm.. untuk sementara tidak ada. Ah, ada satu lagi yang ingin saya pastikan. Apa benar Harry Miles akan memberikan berapa pun yang saya minta jika saya berhasil membuat neneknya percaya dan menyetujui saya untuk menjadi cucu menantunya?" tanya Cleo dengan setengah mati menahan rasa penasarannya dan berusaha memastikan.
Cleo jelas tidak ingin apa yang akan ia lakukan menjadi tidak berguna dan sia-sia. Lagi pula ia sangat bergantung pada hal ini sekarang. Jadi ia sangat berharap mereka tidak berbohong.
Dirga menarik sedikit garis bibirnya.
"Tentu saja. Tuan Harry tidak pernah berbohong. Ia selalu menepati janjinya," seru Dirga dengan yakin.
Cleo bernapas lega. Bebannya seolah sedikit terangkat.
Sementara Dirga yang melihat pembicaraan mereka sepertinya telah selesai dan masih ada pekerjaan yang menunggunya untuk diselesaikan, ia langsung mohon pamit pada Cleo.
"Karena sepertinya kita telah mencapai kesepakatan dan tinggal menunggu hasilnya, maka saya rasa, saya harus undur diri dulu. Anda boleh menemui Nyonya Sofia kapan pun Anda siap. Tapi tentunya itu haruslah dalam waktu dekat ini. Itu pun jika Anda benar-benar serius."
Sangat cepat dan tepat. Itulah cara kerja orang-orang yang profesional.
Cleo mengangguk menanggapi.
"Tentu saja. Saya akan menemuinya besok, pagi-pagi," balas Cleo dengan yakin, tanpa perlu ia berpikir dua kali.
Keduanya pun mengakhiri pembicaraan.
***