Karena terlena akan liburan ditempat yang memang dari dulu adalah impiannya, Mirella sampai melupakan Surat perceraian yang diberikan pengacaranya padanya. "Ya Tuhan....bagaimana mungkin aku melupakan hal yang sangat penting itu" gumam Mirella sambil mencari Surat yang harusnya dirinya kasihkan kepada Daniel.
Diatas meja, di Laci, ditempat tidur, dirinya tidak menemukan keberadaan Surat tersebut. " bagaimana mungkin suratnya hilang,,ah...mungkin aku menyimpannya dilemari,,,tapi....kan aku tidak membuka lemari,,bagaimana ini....jangan - jangan aku membawanya kemeja makan" kembali Mirella menuju ke ruang makan, tidak ada apapun disana. "non Mira pingin sesutu?" Tanya Bi Sari. "ah....Bibi tadi ada map tertinggal dimeja makan tidak?" Tanya Mirella penuh harap. "map,,map apa ya non, biar Bibi tanya sama yang lain, karena tadi yang bereskan meja makan yang lainnya non" kata Bi Sari sopan. "map warna coklat bi,,tolong ya bi,,nanti kalau ketemu kasih ke Mira" kata Mirella. " baik non,,kalau gitu Bibi tanya yang lain dulu ya" kata Bi Sari sambil berlalu.
Mirella kembali kekamar dengan perasaan kesal luar biasa, bagaimana dirinya seceroboh itu hanya karena liburan. "ih....bodoh benar bah..bisa - bisa nya melupakan hal sepenting itu, kenapa juga diriku tergiur,,padahal kan aku bisa kesana sendiri" gumam Mirella lagi sambil masih terus berkeliling kamarnya.
ketukan pintu terdengar, tidak lama bi Sari masuk bersama dua ART lainnya. "gimana bi,,dapat kah?" Tanya Mirella antusias. "maaf non, kami tadi yang membersihkan meja makan, namun tidak Ada map apapun disana non" kata salah satu ART yang datang bersama bi Sari. "ya udah deh,,ndak apa, tapi tolong carikan ya,,itu penting banget soalnya" kata Mirella dan diangguki oleh mereka.
Mirella hendak menghubungi pengacaranya, untuk meminta lagi suratnya. Namun disaat itu tiba - tiba no pengacaranya tidak ada, bahkan di riwayat pangilan juga tidak ada. "ya Tuhan....bagaimana mungkin,,,kenapa tidak ada no nya,,kenapa bisa begini sih..." kesal Mirella sambil melemparkan hp nya ke tempat tidur. "memangnya kenapa kalau aku tidak punya no nya,,pasti pengacara hugs nanti menghubungiku untuk kebanyakan langkah selanjutnya" kata Mirella lagi optimis.
selagi Mirella sedang kesal karena kehilangan Surat perceraian juga no pengacaranya, Daneil kini tengah jengah dengan kedatangan Mika dikantornya. "ayolah sayangku, kenapa kamu gini sama aku" rayu Mika. Daniel kembali menepis tangan Mika dibahunya. Entah sejak kapan Daniel merasa risih dengan segala bentuk sentuhan Mika, padahal dahulu sentuhan Mika selalu membuatnya bahagia.
"Mika...aku mohon,,mengertilah, aku mohon sebagai teman meminta pengertian padamu, tolong mengertilah, aku sudah menikah, jadi tolong hormati pernikahanku" kata Daneil memandang sendu ke arah Mika, wanita yang menemaninya Selama beberapa tahun ini. "mengerti,mengerti kamu bilang,,apa Selama ini aku kurang mengerti dirimu!" bentak Mika pada Daniel.
"coba kamu bilang sama aku, kurang pengertian apa aku padamu, apa??" Tanya Mika dengan wajah yang frustasi. "Maafkan aku, sungguh aku minta maaf padamu, aku tahu...aku Paling salah padamu, aku juga sadar kamu lah yang paling tersakiti disini" kata Daniel sambil memeluk Mika. "kalau kamu mengerti itu kenapa? kenapa kamu lakuin itu" kata Mika disela isak tangisnya dalam pelukan Daniel. "aku tidak ingin istriku tersakiti" kata Daniel lirih. perkataan Daniel menyulut amarah dihati Mika, segera saja Mika mendorong tubuh Daneil hingga terlepas pelukan mereka.
"kamu tidak ingin dia tersakiti,,lalu bagaimana dengan aku,,kamu tidak tahu bagaimana hancurnya hatiku saat aku harus menyaksikan pernikahan kekasihku dengan wanita lain,,kamu tidak tahu kan,,kamu tidak tahu bagaimana aku menangis sepanjang Hari karena pernikahanku dengan wanita cacat itu,...kamu tidak tahu...bagaimana sakitnya aku saat kamu mengenalkanku sebagai seketarismu saja, disetiap pertemuan Kita dengan banyak orang, kamu tidak tahu.....!" teriak Mika pada Daniel.
Daneil mundur karena kaget dengan perkataan Mika. dirinya sadar kalau segala yang terjadi pasti menyakiti wanita didepannya saat ini, namun dirinya tidak menyangka mendengar langsung dari Mika membuat hatinya juga remuk.
Bayangan kesakitan Mika menari - nari dipikiran Daneil, rasa bersalah semakin mengerogoti hatinya. 'bagaimana aku bisa menjadi begitu brengsek, aku menyakitinya sampai begitu dalam' batin Daniel.
Daniel menjadi meragu, apakah dirinya akan tetap melanjutkan keputusannya untuk terus bersama Mirella , atau dirinya harus bersama Mika, seorang wanita yang selalu disampingnya menahan segala perih sendiri. Saat Daniel akan kembali memeluk Mika. nyatanya bayangan Mirella tiba - tiba merasuk mengalahkan bayangan kesedihan Mika.
"aku tahu aku adalah lelaki brengsek, untukmu juga untuk Mirella, aku menyakiti kalian berdua, tapi....maafkan aku Mika, Mira lebih membituhkanku dibanding dirimu, aku yakin kelak kamu akan menemukan lelaki lain yang baik untukmu, yang tidak akan menyakitimj seperti apa yang aku lakukan padamu saat ini " kata Daneil menatap sendu Mika.
"tapi....aku tidak menginginkan lelaki lain, aku ingin kamu...., lagi Pula kenapa kamu bilang wanita cacat itu lebih membutuhkanmu, aku ....aku lah yang lebih membutuhkanmu" marah Mika kembali. "tidak Mika,,kamu lihat sendiri, Mira tidak sehat,, dia belum bisa berjalan kembali, sedang kan kamu....aku yakin dalam waktu singkat kamu akan mendapatkan lelaki lain di sampingmu" kata Daniel kembali.
"ya....dia cacat,...haghahha....lelaki lain kamu bilang....hahaha....lelaki lain,,kamu tahu bahkan demi perkataanmu yang memintaku untuk menunggu kamu bercerai dengannya, aku menolak semua lelaki yang mendekatimu, karena aku benar - benar percaya padamu! namun apa ....apa yang aku dapat sekarang" teriak Mika sambil menangis.